Menghina Bangsa Sendiri

Benar apa yang dikatakan presiden, boleh memuji bangsa lain, tetapi jangan menghina bangsa sendiri. Namun, harus segera ditambahkan tumbuhkanlah sikap saling menghargai di antara berbagai komponen bangsa ini.

Boleh memuji bangsa lain, tetapi jangan menghina bangsa sendiri. Kalimat bersayap ini diucapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika membuka Rembuk Nasional (National Summit) 2009 di Jakarta. Presiden berpendapat bangsa ini akan sukses jika berhasil memadukan tiga komponen yang dimilikinya, yakni tidak mudah menyerah, berpegang pada persatuan dan kebersamaan, serta teguh berpijak pada jati dirinya.

Kita harus berani mengakui sudah lama bangsa ini bersengketa tentang berbagai masalah yang memang penting untuk diperdebatkan. Cuma sayangnya, perdebatan seperti itu cenderung dibiarkan berlarut-larut dan bahkan diulang-ulang. Berapa banyak produk undang-undang yang susah payah diloloskan di DPR, tetapi setelah disahkan malah menimbulkan kontroversi. Anehnya, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama terbit lagi produk seperti itu.

Dalam sengketa antara Polri dan KPK yang masih berlangsung pun, kesan seperti itu tertangkap oleh masyarakat. Kedua lembaga yang mestinya seiring sejalan dalam mengawal dan melaksanakan ketentuan hukum tersebut, khususnya di dalam memberantas korupsi, malah saling hantam. Meski sudah telanjur seperti itu, masyarakat mengharap kredibilitas kedua lembaga tersebut cepat dipulihkan sebab kalau dibiarkan berlarut-larut tidak akan ada manfaatnya.

Di sinilah pentingnya kita memaknai kalimat bersayap yang dikemukakan Presiden di atas. Meski sudah terkesan sebagai jargon politik tanpa makna, tetapi kesadaran bahwa kita adalah bangsa yang (memiliki potensi sangat) besar tidak ada salahnya untuk dihidupkan kembali. Bukan sebagai kebanggaan hampa, melainkan sebagai kesadaran dalam memikul tanggung jawab secara bersama-sama. Tumbuhkan sikap saling menghargai dan jauhi saling menghina.

Rembuk Nasional 2009 diselenggarakan dengan tujuan utama sebagai wadah untuk mengungkapkan dan mencari solusi atas berbagai hambatan di dunia usaha. Namun, masyarakat mengharap apa yang disepakati dalam wadah tersebut akan mampu menimbulkan efek yang lebih luas. Dunia usaha tidak mungkin bergerak sendiri tanpa dukungan politik. Sementara kebijakan politik tidak akan dapat dijalankan dengan mantap tanpa landasan hukum yang kokoh dan berpihak pada kepentingan rakyat.

Keberpihakan seperti itulah yang masih jauh panggang dari api. Masih ada kesan yang cukup kuat bahwa pemerintah merasa pintar sendiri. Kritik kalangan sipil terhadap diselenggarakannya Rembuk Nasional yang tidak mengajak serta mereka mesti dipahami pemerintah dengan sikap bijaksana. Pemerintah pun mesti dengan lapang dada mengakui dalam beberapa kasus keputusannya ternyata keliru.

Benar apa yang dikatakan Presiden, boleh memuji bangsa lain, tetapi jangan menghina bangsa sendiri. Namun, harus segera ditambahkan tumbuhkanlah sikap saling menghargai di antara berbagai komponen bangsa ini. Saat ini, masih ada kecenderungan bahkan pemerintah sendiri lebih menghargai pendapat atau saran dari bangsa lain ketimbang yang dikemukakan oleh bangsanya sendiri.

Yang mesti segera diberi catatan di sini adalah munculnya kesadaran masyarakat sipil dalam memberikan kontribusi terhadap berbagai masalah besar yang menyangkut kepentingan bersama sebagai bangsa. Semangat reformasi yang didasari oleh keinginan untuk tidak mengulang kesalahan di masa lalu telah ikut menumbuhkan semangat bahwa masa depan bangsa ini mesti diurus dengan baik. Salah satu konsekuensinya, masyarakat sipil terkesan bawel. Dalam situasi seperti itu, wajar kalau lembaga-lembaga pemerintah menjadi sasaran utama untuk dikomentari dan dikritik.

Kalau kepolisian merasa diadili media massa sehingga kemudian menetapkan menahan kedua tersangka KPK, sudah pasti masalahnya tidak demikian. Masyarakat sipil yang bawel mestinya dihargai sebagai partisipasi yang positif sebab tujuannya pun hanya mengingatkan. Opini masyarakat yang kemudian timbul sebagai akibatnya, justru merupakan bagian penting dalam menata pilar-pilar demokrasi yang telah sama-sama kita muliakan.

Soalnya, dalam menata aturan bernegara yang demokratis semua pihak sudah sepakat untuk saling mengingatkan. Bahkan, justru di situlah salah satu asas mengapa sistem demokrasi kita sepakati untuk menjadi pilihan bersama. Asas-asas demokrasi ditegakkan dengan kesadaran bahwa di satu sisi kita membutuhkan sebuah sistem kekuasaan yang kuat, namun di balik itu muncul pula kekhawatiran jika kekuasaan dibiarkan menjadi sangat kuat justru akan meruntuhkan asas-asas demokrasi itu sendiri.

Presiden Yudhoyono yang sangat berkepentingan agar masa pemerintahannya selama lima tahun ke depan mampu menghasilkan prestasi yang cemerlang sudah menyampaikan ajakan. Makna dari ajakan tersebut, yakni jangan menghina bangsa sendiri adalah satu keinginan yang bernilai luhur sebab di dalamnya terkandung makna martabat yang harus dipertaruhkan dengan sungguh-sungguh.***
Mendahulukan Orang Lain

IBNU Athaillah berpendapat, "Tanda orang yang zuhud terhadap dunia terbagi dua, yaitu tanda ketika memiliki harta dan tanda ketika tidak memilikinya. Ketika memiliki harta, orang yang zuhud selalu mendahulukan orang lain dan ketika tidak memilikinya, ia selalu bersikap lapang dan menerima apa adanya. Orang yang mendahulukan kepentingan orang lain, berarti mensyukuri nikmat keberadaan. Dan orang yang merasa lapang ketika tidak punya, berarti mensyukuri nikmat ketiadaan. Itulah buah pemahaman dan makrifat. Sebab, anugerah Allah tidak hanya berupa pemberian harta, Dia tidak memberi pun merupakan salah satu bentuk anugerah-Nya."

Ibnu Athaillah berkesimpulan seperti tersebut, setelah ia meneliti kehidupan para sahabat Rasulullah saw. Karena keimanan dan makrifatnya yang tinggi, mereka berani berkorban untuk orang lain. Harta bahkan jiwa dikorbankan, bukan karena ingin mendapatkan balasan, tapi mereka melakukannya sebagai wujud keimanannya kepada Allah. Mereka sangat yakin, dengan berbuat baik kepada orang lain, akan mendapat rida Allah SWT.

Suatu malam, Rasulullah saw. kedatangan beberapa orang tamu. Beliau tak bisa menjamunya. Kemudian, beliau menawarkan kepada para sahabatnya. Abu Thalhah dan Ummu Sulaim segera menyambut tawaran Rasulullah saw. tersebut. Padahal pada malam itu, di rumahnya hanya tersedia jatah makanan bagi keluarga mereka.

Ketika pulang ke rumahnya, mereka segera menidurkan anak-anaknya. Lalu dengan sengaja, lampu minyaknya agak diredupkan, mereka pura-pura makan di ruangan lain, agar tamu mereka bisa makan dengan tenang. Akhirnya, sepanjang malam mereka lewatkan dengan menahan lapar, sementara si tamu merasa hilang lapar dan dahaganya.

Perilaku Abu Thalhah tersebut menjadi sababun nuzul (sebab turunnya) Q.S. 59:9. "Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Para ulama ahli ahlak menyebut pengorbanan para sahabat Rasulullah saw. dalam mendahulukan kepentingan orang lainsebagai itsar, kebalikannya adalah atsarah, egois, individualis.

Mendahulukan kepentingan orang lain merupakan wujud kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT. Mendahulukan kepentingan orang lain juga merupakan akhlak mulia yang bernilai tinggi di hadapan Allah SWT. Para ahli akhlak menggolongkannya sebagai akhlak mahmudah (akhlak terpuji) yang berada di urutan paling atas. "Orang yang paling sempurna keimanannya di antara kalian adalah yang paling mulia akhlaknya." (H.R. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Hibban, dan Al Hakim)

Ibnu Qayyim berpendapat, itsar identik dengan kedermawanan. Menurut dia, terdapat sepuluh macam kedermawanan, yakni dengan mengorbankan jiwa demi tegaknya kebenaran dan keadilan, dengan kekuasaan (mendahulukan kepentingan rakyat daripada kepentingan dirinya), dengan kesenangan (melayani kepentingan orang lain), dengan mengajarkan ilmu, dengan jabatan yang dimilikinya untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, dengan kekuatan badan, dengan tidak membalas kejelekan terhadap orang yang berbuat zalim, dengan kesabaran dalam menghadapi berbagai masalah, dengan berupaya keras memiliki akhlak mulia, dan dengan mengeluarkan harta benda demi kepentingan orang lain.

Diakui ataupun tidak, pada saat ini, itsar merupakan perilaku yang sangat mahal di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Pola hidup masyarakat pada saat ini sudah mengarah kepada egoisme, mementingkan diri sendiri, tak peduli lagi dengan kepentingan orang lain.

Contoh kecil, dalam sebuah bus kota atau bus antarkota terpampang sebuah stiker, "Utamakan tempat duduk bagi lansia, wanita hamil, dan anak-anak." Namun, stiker hanya hiasan. Sekalipun di hadapan orang yang tengah duduk berdiri seorang nenek, wanita hamil, ataupun anak-anak, mereka pura-pura tidur, tak peduli lagi dengan orang lain yang kepayahan.

Demikian pula di sebuah kantor pelayanan jasa yang banyak dikunjungi orang, terpampang tulisan, "Demi kenyamanan bersama, terima kasih Anda tidak merokok di ruangan ini." Namun yang terjadi, stiker hanya dianggap sebagai tulisan penghias dinding. Para perokok tak memedulikannya lagi, bahkan tak peduli lagi dengan orang-orang yang batuk-batuk di sampingnya, karena asap rokok yang keluar dari mulutnya.

Di jalan raya sama saja. Para pengendara sudah tak memedulikan lagi orang lain, sekalipun orang lain dalam bahaya. Suara sirene ambulans atau pemadam kebakaran yang meraung-raung meminta jalan sudah tak dihiraukannya lagi. Padahal, sirine ambulans atau pemadam kebakaran dinyalakan bukan untuk gaya-gayaan, tapi memang sedang tergesa-gesa meminta diberi jalan, agar cepat sampai ke tujuan dan segera dapat menolong orang yang sedang dalam bahaya.

Sungguh suatu kemuliaan apabila kita dapat menghidupkan dan menerapkan kembali itsar dalam kehidupan keseharian kita. Dengan perilaku itsar, insya Allah persatuan, persaudaraan akan kembali terjalin kokoh, bukan saja di kalangan umat Islam, tapi di antara sesama manusia. Lebih dari itu, itsar merupakan satu langkah mulia untuk membuktikan keluhuran dan kemuliaan ajaran Islam. Selayaknya kita memohon perlindungan kepada Allah, agar dijauhkan dari sikap egois dan melupakan kepentingan orang lain.
Ibnu Ismail Al Jazari (1136 –1206) Bapak Perintis Robot

BILA bicara soal robot, tak pelak lagi, Jepang menjadi acuan bagi perkembangan teknologi perobotan saat ini, bahkan meninggalkan dunia barat yang terkenal dengan revolusi industrinya. Namun siapakah sebenarnya yang pertama kali menciptakan robot? Ternyata bukanlah orang Jepang atau orang Barat. Perintis pembuatan robot adalah seorang jenius Arab abad ke-13 bernama Ibnu Ismail Al Jazari, insinyur mekanik Kesultanan Turki dari Dinasti Artuqid.

Pada 1206, Ibnu Ismail Al Jazari telah mampu menciptakan robot manusia (humanoid) yang bisa diprogram, jauh sebelum Leonardo da Vinci dari Italia sanggup merancang robotnya pada 1478, yang selama ini diklaim sebagai perintis robot pertama. Prinsip automasi humanoid inilah yang telah mengilhami pengembangan robot saat ini.

Mesin robot yang diciptakan Al Jazari kala itu berbentuk sebuah perahu terapung di sebuah danau yang ditumpangi empat robot pemain musik; dua penabuh drum, seorang pemetik harpa, dan peniup seruling. Robot ini diciptakan untuk menghibur para tamu kerajaan dalam suatu acara jamuan minum. Untuk menggerakkan robot manusia ini Al Jazari dengan cerdiknya menggunakan tenaga air (hidrolik). Karena kecerdikannya itu dunia pun mengakui penemuannya hingga ia dikenal sebagai "Bapak Robot".

Sayangnya, tidak banyak informasi mengenai kehidupan pribadi Al Jazari. Satu-satunya sumber yang mengupas autobiografinya ada dalam pengantar buku yang ditulisnya. Pemilik nama lengkap Al-Shaykh Rais Al-Amal Badi Al-Zaman Abu Al-Izz Ibn Ismail Ibn Al-Razzaz Al-Jazari ini diperkirakan lahir pada 1136. Sebutan "Al Jazari" merujuk pada tempat kelahirannya di Jazirah Ibnu Umar di Diyar Bakir, Turki. Ada juga pendapat yang menyebutkan Al Jazari lahir di Al Jazira, suatu kawasan di sebelah utara Mesopotamia (sebelah utara Irak dan timur laut Syiria).

Al Jazari mengabdikan diri sepenuhnya kepada raja-raja Dinasti Artuqid di Turki dari 1174 sampai 1200, melanjutkan pengabdian ayahnya sebagai seorang insinyur dengan menciptakan berbagai mesin.

Atas permintaan Sultan Nasir al-Din Mahmud, Al Jazari menuliskan seluruh penemuannya dalam suatu risalah yang fenomenal, Kitab fi ma`rifat al-hiyal al-handasiyya (Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices). Setelah 25 tahun menjadi ahli teknik di bawah kepemimpinan tiga raja Dinasti Artuqid, ia wafat beberapa bulan setelah menyelesaikan karyanya.

Risalah yang berisi 50 penemuan yang diciptakannya itu mengundang kekaguman dari para sejarawan teknologi dunia. Di dalam risalah tersebut, ahli teknik luar biasa ini memaparkan berbagai petunjuk dan tata cara untuk membuat peralatan atau teknologi yang diciptakannya sehingga memungkinkan setiap pembaca risalahnya bisa merangkai dan membuat beragam penemuannya itu.

Sebagai seorang kepala insinyur kerajaan, Al Jazari tak hanya mampu menciptakan robot pemain musik, ia pun telah memelopori lahirnya sederet adikarya dalam bidang teknik dan teknologi. Berikut ini adalah sumbangsih Al Jazari terhadap dunia teknologi modern:

1. Mesin engkol

Al Jazari berhasil menciptakan mesin engkol yang terhubung dengan sistem rod (batang) pada 1206.

2. Roda gigi

Roda gigi merupakan penemuan penting dari Al Jazari. Dialah insinyur perintis yang menemukan roda gigi. Penemuannya itu jauh mendahului jam astronomi Giovanni de Dondi pada tahun 1364, dan karya Francesco di Giorgio (1501) dalam desain permesinan Eropa.

3. Mesin pemompa air

Al-Jazari menemukan lima jenis mesin untuk menaikkan air, di antaranya watermill dan water wheel.

4. Jam

Al Jazari juga merancang dan membuat beragam jam. Ada jam air, jam lilin, termasuk jam portabel bertenaga air yang mirip jam tangan modern. Ia juga menemukan jam astronomis bertenaga air untuk menampilkan model matahari, bulan, dan bintang-bintang yang bergerak. Jam gajah adalah inovasi lainnya yang memadukan jam air dan automasi dengan penunjukkan waktu yang akurat. Jam ini sempat direkonstruksi secara sukses di Science Museum di London pada 1976.

5. Piston & kruk as

Salah satu ciptaan yang luar biasa dari sang maestro teknik ini adalah mesin pompa yang digerakkan oleh air dengan bantuan piston.
Intai Musuh dengan Robot Mata-mata

Dua robot mata-mata ini dilahirkan untuk membantu tugas para tentara di medan perang. Memiliki wujud seperti alat untuk berolah raga, salah satu robot, yakni robot yang beroda, difungsikan untuk memata-matai musuh dengan cara melemparkannya. Robot yang berbobot 500 gram ini dibekali dengan sejumlah perangkat lain seperti kamera dan sensor. Terbuat dari titanium, robot tersebut bisa dilempar oleh tentara ke dalam tempat-tempat di mana musuh bersarang untuk melihat aktivitas mereka. Robot ini dioperasikan dengan joystick dan juga piranti layar sentuh (hand-held screen). Piranti layar sentuh yang digenggam ini memungkinkan sang operator untuk melihat kelemahan dalam formasi musuh secara real-time atau langsung tanpa membahayakan dirinya. Sementara itu, robot yang lain berupa helikopter mini yang digerakkan dengan remote control. Dilengkapi dengan 4 kamera berbobot ringan, robot ini mampu berputar-putar di atas posisi musuh. Robot ini tentunya lebih mumpuni karena memungkinkan pemilik robot melihat aktivitas musuh dengan sudut pandang yang luas melalui foto yang dikirimkan ke monitor atau piranti khusus. Kedua robot mata-mata itu telah melalui uji coba yang ekstensif dan didemonstrasikan di Defence and Equipment Support, Abbey Wood, London. Robot tersebut bisa digunakan oleh tentara di Afganistan untuk memata-matai Taliban.
Musik Tingkatkan Ritme Berolah Raga

Sering kita melihat seseorang melakukan olah raga jogging atau lari-lari kecil sambil mendengarkan musik dengan menggunakan earphone atau headset. Selain bisa memengaruhi suasana hati, berolah raga sambil mendengarkan musik dipercaya dapat membuat seseorang menjadi lebih berenergi. Selama dua puluh tahun, ahli psikologi olah raga Costas Karageorghis dari Brunel University Inggris, telah melakukan riset untuk memahami kebutuhan manusia untuk bergerak dan mengikuti alur. Dalam penelitian terbarunya, Karageorghis menguji reaksi manusia terhadap irama yang didengarkannya. "Ada empat faktor yang memengaruhi kualitas motivasi sebuah lagu, yaitu respons irama, musikalitas, serta dampak terhadap budaya dan asosiasi," kata Karageorghis. Dalam kaitannya dengan olah raga, sinkronisasi irama yang diputar per menit dapat meningkatkan efisiensi ketika berolah raga. Musik juga dapat membantu Anda asyik melakukan olah raga, sehingga seolah memblokir perintah pada otak untuk berhenti melakukannya. Pada studi yang diterbitkan di Journal of Sport and Exercise Psychology, tiga puluh orang partisipan diminta melakukan olah raga lari sambil mendengarkan musik berirama 125 bpm. Sebelum melakukan eksperimen, mereka juga diminta mengisi daftar pertanyaan yang menyatakan jenis-jenis lagu yang paling memotivasi mereka saat melakukan latihan jogging di treadmill. Hasilnya, dibandingkan dengan yang tidak mendengarkan musik, mereka yang dimotivasi oleh musik mengalami peningkatan daya tahan sebesar 15 persen dalam berolah raga.
Berinternet Tingkatkan Fungsi Otak

HASIL penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari University of California, Los Angeles (UCLA) menemukan bahwa kegiatan berselancar di dunia maya bagi para pengguna internet paruh baya atau lebih tua dapat meningkatkan fungsi otak mereka. Dr. Gary Small dari Semel Institute for Neuroscience and Human Behavior di UCLA mengatakan, "Kalangan orang tua dengan pengalaman menggunakan internet yang minim, bisa meningkatkan kemampuan fungsi otak mereka dengan berselancar di dunia maya. Bahkan meski hanya sebentar, kegiatan berinternet mampu mengubah pola aktivitas kinerja otak serta meningkatkan fungsinya. "Small dan timnya menyeleksi sekitar 24 partisipan berusia antara 55 hingga 78 tahun. Setengah dari sampel partisipan memiliki pengalaman menggunakan internet, sementara sebagian lainnya tidak terlalu berpengalaman dalam berinternet. Setelah diberikan pelatihan internet, peneliti kemudian menganalisis aktivitas otak para partisipan yang minim pengalaman. Dengan alat khusus, terlihat bahwa hanya dalam waktu singkat, pola aktivitas otak mereka sangat mirip dengan mereka yang berada dalam kelompok yang mahir berinternet. "Hasil penelitian tersebut menunjukkan, berselancar secara online bisa menjadi bentuk latihan sederhana yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pengenalan pada orang-orang paruh baya," kata peneliti lainnya Teena D. Moody. Menurut Moody, saat melakukan pencarian dan browsing di internet, kemampuan dalam mengingat dan menggali informasi penting dari sebuah gambar atau kata menjadi sangat penting. Oleh karena itulah, otak dipicu untuk bekerja (berpikir) lebih keras.
Kaset, Si Pemutar Suara yang Semakin Dilupakan

Kalau musisi kesayangan Belia mengeluarkan album biasanya kamu mendapatkan albumnya dalam bentuk apa? Atau mungkin cukup mendengarkan di radio atau televisi yah? Kalau dulu sih pastinya kaset jadi pilihan utama. Karena faktanya, dari tahun 1970 sampai 1990-an, kaset merupakan salah satu format media yang paling umum digunakan dalam industri musik.

Tetapi sejak sekitar tahun 2000, kaset mulai ditinggalkan karena menjamurnya Compact Disk (CD) dan ditambah mudahnya mendapatkan CD bajakan. Dan ini terjadi hampir di seluruh belahan dunia. Bagaimana dengan kalian? Apakah diantara kalian ada enggak sih yang masih memiliki kaset di rumah? Kata orang, tak kenal maka tak sayang, daripada dibuang lebih baik kita kenali si kaset ini.

Kaset sebenarnya berasal dari bahasa Prancis "cassette" yang berarti "kotak kecil". Si kotak kecil ini, seperti yang kamu tahu, berisi pita. Makanya orang barat sana biasa menyebut kaset dengan sebutan "tape" alias pita. Kenapa si pita ini bisa merekam lagu? Pita tersebut bukan pita biasa, tetapi merupakan pita magnetik yang mampu merekam data dengan format suara.

Lebih jelasnya, selain pita kaset juga terdiri dari kumparan-kumparan kecil yang terbungkus plastik berbentuk kotak pipih berbentuk persegi panjang. Di dalamnya terdapat sepasang roda putar untuk pita magnetik tadi. Nah, pita ini akan berputar dan menggulung ketika kaset dimainkan atau merekam. Ketika pita bergerak ke salah satu arah dan yang lainnya bergerak ke arah yang lain. Hal ini membuat kaset dapat dimainkan atau merekam di kedua sisinya, makanya ada istilah "side A" dan "side B".

Walaupun popular di tahun 1980-an tapi sebenarnya kaset sudah dipopulerkan sejak 1963 oleh perusahaan Phillips di Eropa. Dan tahun 1964 kaset mulai masuk ke Amerika dengan nama "compact cassette". Namun di tahun 1970-an lah kaset baru mulai memasuki industri musik perlahan-lahan menggantikan piringan hitam yang ketika itu merupakan media utama untuk industri musik. Nah, karena kehadiran rekorder poket portable seperti Sony Walkman, maka penggunaan kaset semakin pesat di tahun 1980-an.

Meskipun peminat kaset saat ini mulai berkurang, tetapi kamu harus tahu kalau kaset memiliki beberapa keunggulan. Seperti lebih tahan terhadap debu, panas, dan goncangan jika dibandingkan CD. Ia juga popular di komunitas-komunitas musik karena keawetan dan kemudahannya untuk dikopi. Nah, meskipun teknologi semakin berkembang, tidak ada salahnya menyukai atau menghargai salah satu hasil penemuan manusia yang luar biasa ini, kaset. ***
Memupuk Ikhlas Meraih Takwa

ADA banyak persoalan yang menghadang di depan kita, entah itu masalah pribadi, keluarga, ataupun yang lebih luas dari itu. Sebanding dengan banyaknya masalah, banyak pula cara yang dapat kita lakukan untuk menyelesaikannya. Bisa mengandalkan kecerdasan akal, kemampuan fisik, harta kekayaan, sanak saudara, atau teman-teman. Namun, tidak ada yang paling ampuh selain pertolongan Allah, karena tidak ada satu pun masalah yang terjadi, kecuali atas izin-Nya. Semuanya ada dalam genggaman Allah. Jika demikian, alangkah mudahnya bagi Allah untuk membuka jalan kemudahan bagi siapa pun yang ditimpa masalah.

Oleh karena itu, masalah terbesar dalam hidup, saat kita tidak mendapatkan pertolongan Allah. Seberat apa pun persoalan, akan menjadi ringan apabila ditolong Allah. "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya, Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Q.S. ath-Thalaaq [65]: 2-3)

Jadi, kunci pembuka pertolongan Allah ada pada takwa. Apabila kita senantiasa terus berupaya meningkatkan ketakwaan, insya Allah, pintu-pintu pertolongan Allah akan semakin terbuka lebar. Sebaliknya, apabila semakin ingkar, pintu-pintu pertolongan Allah semakin tertutup. Na’udzubillah.

Imam Ibnu Atha’ilah menegaskan pesan takwa ini, "Jangan menuntut Allah karena terlambatnya permintaan yang telah engkau panjatkan kepada-Nya. Namun, hendaknya engkau koreksi diri dan tuntut dirimu agar tidak terlambat melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap Tuhanmu."

Istikamah dalam beramal merupakan bagian dari proses menuju keikhlasan dan ketakwaan. Ibadah yang dilakukan hanya sewaktu-waktu, tidak kontinu, dan sesuai dengan keadaan, adalah tanda keikhlasan yang belum sempurna. Pada umumnya, aktivitas ibadah yang dilakukan tidak secara rutin lebih dimotivasi oleh kondisi lahir dan urusan duniawi. Pendekatan diri kepada Allah dilakukan ketika sedang butuh, mengalami kesulitan, tertimpa musibah, dan mengalami ujian. Ia meminta agar Allah menolong dan membantunya meringankan penderitaan, tetapi ketika semua kesulitan itu telah hilang, ia meninggalkan amal-amal ibadah yang sebelumnya dilakukan.

"Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu, memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan." (Q.S. Yunus [10]: 12)

Hamba Allah yang ikhlas—yang tetap istikamah melakukan ibadah dan amal saleh—ketika diberi kesulitan, ia duduk bersimpuh dan sujud memohon pertolongan Allah. Ketika diberi kelapangan, ia akan semakin banyak bersyukur dan mendekat kepada Allah yang melapangkan kehidupannya. Untuk itu, mari berusaha menjadi wanita ikhlas karena kekuatan wanita yang sesungguhnya terdapat pada keikhlasannya.

Wanita dengan segala hak dan kewajibannya, menjadikan ia harus berjuang tiada henti. Bagaimana tidak, dalam 24 jam, rata-rata wanita kuat menjalani pekerjaan domestik seperti menyiapkan perlengkapan suami, mengurus anak, memasak, dan menyelesaikan pekerjaan rumah, belum lagi jadwal pengajian, kegiatan sosial, dan segala jenis kegiatan lainnya. Apabila semua itu dilakukan tanpa landasan keikhlasan untuk meraih ketakwaan dan hanya mengharap rida Allah, tentu alangkah sayangnya.

Kecantikan batin adalah keikhlasan dan tekad untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Wanita yang senantiasa memelihara ketakwaan akan dapat mengalahkan kecantikan yang hanya dimiliki secara lahiriah. Inilah senjata ampuh untuk wanita agar selalu menjadi percaya diri, karena kepada Allah-lah tujuan hidupnya dipersembahkan. Dalam Alquran, Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya, kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui." (Q.S. al-Baqarah [2]:103)

Adapun Rasulullah saw. dalam sebuah hadis bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh-tubuh kalian, juga penampilan kalian, tetapi melihat hati dan perbuatan kalian. Takwa itu di sini, takwa itu di sini, beliau pun menunjuk dadanya." (H.R. Bukhari-Muslim)

Inilah bukti keadilan Allah, ternyata yang memiliki tempat dan derajat tertinggi di sisi Allah, bukan karena kecantikan dan kemolekan, melainkan yang menentukannya adalah ketakwaan. Carilah seribu macam cara untuk mendapatkan nilai takwa dan berlomba-lombalah dalam kebajikan. Keindahan wanita tidak hanya dari segi fisik, tetapi seharusnya tecermin dari dalam (inner beauty), yakni mempunyai kecantikan ruhiah; cerdas emosional, cerdas spiritual, dan cerdas intelektual. Itulah kecantikan yang sebenarnya. Sabda Rasulullah saw., "Sesungguhnya Allah Swt tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula pada kedudukan maupun harta kekayaanmu, tetapi Allah memandang hatimu. Barangsiapa memiliki hati yang saleh, Allah menyukainya. Manusia yang paling dicintai Allah ialah yang paling bertakwa." (H.R. Muslim)

Sahabat yang dirahmati Allah, ketakwaan yang dipupuk melalui keikhlasan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, akan menumbuhkan semangat pantang menyerah, pantang mengeluh, dan pantang menjadi beban. Ingatlah bahwa hati bisa menjadi bersih atau kotor bergantung pada bagaimana cara kita membawanya. Manusia dengan akalnya dapat memilih apakah akan dibawa ke jalan takwa atau sebaliknya. Semoga Allah Yang Maha Menguasai hati ini, senantiasa membimbing kita ke jalan takwa. Amin. Wallahua’lam.***
Adab Berbicara dalam Islam

1. Semua perbicaraan harus kebaikan, dalam hadis Nabi Muhammad SAW disebutkan: “Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)

2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadis Aisyah ra:
“Bahawasanya perkataan Rasulullah SAW itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)

3. Seimbang dan menjauhi berlarut-larutan, berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak bercakap dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai Rasulullah kami telah mengetahui erti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi SAW: “Orang-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi dan dihasankannya)

4. Menghindari banyak berbicara, kerana khuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il:
“Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami pada setiap hari Khamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai Abu Abdurrahman (gelaran Ibnu Mas’ud) seandainya anda mahu mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku khuatir membosankan kalian, kerana akupun pernah meminta yang demikian pada Rasulullah SAW dan beliau menjawab khuatir membosankan kami” (HR Muttafaq ‘alaih)

5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah Nabi Muhammad SAW jika berbicara maka baginda mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila baginda mendatangi rumah seseorang maka baginda pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)

6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diredhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keredhaan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan ia berkata hadis hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan Tirmidzi) dan dalam hadis lain disebutkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Aku jamin rumah di dasar syurga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah syurga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak syurga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR Abu Daud)

8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW: “Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)

9. Menghindari banyak bercanda(bergurau), berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)

10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelaran yang buruk, berdasarkan ayat al-quran, Al-Hujjurat:11, juga dalam hadis Nabi Muhammad SAW: “Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)

11. Menghindari dusta, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:
“Tanda-tanda munafik itu ada tiga, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)

12. Menghindari ghibah(mengutuk) dan mengadu domba, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:
“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara.” (HR Muttafaq ‘alaih)

13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapanya berkata: Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka berkata Nabi SAW: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (dua kali), lalu kata baginda SAW: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun di sisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim) dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi Muhammad SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji. (HR Muslim)
Melanjutkan Gairah Ramadan

Iman itu naik turun. Karena itu, engkau harus selalu berupaya menyegarkan dan memperbaikinya. (Hadis)

Pascaperayaan dan liburan Idulfitri, umat Islam kembali melanjutkan kehidupan keseharian. Berbeda dari hari sebelum Idulfitri atau saat Ramadan, kali ini umat Islam sudah bebas dari tanggung jawab melaksanakan puasa wajib. Secara fisik, tentu berbeda dibandingkan dengan hari-hari saat Ramadan. Lalu, bagaimana secara spiritual?

Inilah yang selayaknya menjadi titik perhatian umat Islam. Ramadan dengan segala aktivitasnya boleh berlalu. Namun, semangat dan gairah spiritual Ramadan selayaknya terus melekat. Sekurang-kurangnya, ada grafik naik dibandingkan dengan sebelum memasuki bulan suci Ramadan. Dengan demikian, ada dinamika atau peningkatan kualitas kesadaran keagamaan yang diharapkan membawa perbaikan terhadap peningkatan kualitas aktivitas sosial. Bila tidak, sungguh terasa mubazir waktu satu bulan Ramadan yang penuh warna itu.

Memang, tidak mudah menjaga apalagi melanjutkan gairah dan semangat spiritual Ramadan. Ada atmosfer dan kondisi sosial berbeda yang memungkinkan terjadinya penurunan gairah dan semangat spiritual. Di bulan Ramadan, dorongan melaksanakan kewajiban puasa yang disertai janji-janji mendapat nilai spiritual, mudah mewujud menjadi energi besar yang membuat seseorang menjadi begitu bersemangat. Di hari biasa seperti sekarang ini, ketika atmosfer sosial biasa-biasa saja, dorongan atau etos tak sekuat saat Ramadan.

Oleh karena itu, perlu ada prioritas-prioritas aktivitas spiritual agar semangat dan gairah spiritual Ramadan tetap berlanjut. Atau kalau terjadi penurunan semangat spiritual, tidak anjlok terlalu jauh. Setidaknya, ada empat hal yang diharapkan dapat terus melanjutkan kegairahan spiritual dan sosial selama Ramadan.

Pertama, melanjutkan kebiasaan salat subuh tepat waktu serta berjamaah di masjid, seperti saat Ramadan. Suasana kebersamaan salat subuh di masjid, tak berbeda jauh dengan suasana masjid saat Ramadan. Secara psikologis, kondisi ini akan terus menyegarkan semangat beribadah. Apalagi bila seusai puasa, ada perenungan mendalam yang membuat seseorang seperti kehilangan momen Ramadan. Suasana salat subuh diharapkan dapat memuaskan dahaga rasa kehilangan momen Ramadan dan menggerakkan seseorang untuk terus memperoleh suasana Ramadan yang indah itu.

Kedua, dengan menyempatkan waktu melaksanakan puasa sunah, Senin dan Kamis. Ini penting, tidak hanya pada tataran aktivitas fisik mencerminkan kelanjutan puasa. Secara psikologis, sikap dan perilaku pengendalian puasa juga mewujud dalam kehidupan keseharian. Seseorang seperti terus disegarkan ingatannya untuk selalu mengendalikan dan menjaga diri. Berupaya terus untuk tidak melakukan hal-hal yang terlarang agama karena sedang menunaikan puasa.

Ketiga, meneruskan aktivitas kepedulian sosial yang selama Ramadan begitu intens dilakukan. Ini sangat tidak mudah walau tidak memerlukan kesiapan fisik khusus. Ego dan kepentingan sendiri kadang lebih mengemuka ketimbang berempati dan peduli pada orang lain. Apalagi ketika diri sendiri sedang menghadapi begitu banyak kesulitan.

Di bulan Ramadan, di samping kondisi fisik yang membuat seseorang peduli dan berempati pada orang lain, juga dipengaruhi atmosfer sosial serta janji-janji pahala, sehingga mudah sekali umat Islam mengulurkan tangan membantu saudaranya. Ketika situasi dan kondisi yang kondusif itu tak ada, kemungkinan terjadi penurunan kepedulian sangat terbuka.

Diperlukan pemahaman dan keyakinan luar biasa untuk menumbuhkan dan melanjutkan sikap peduli sesama pasca-Ramadan. Bahwa kepedulian sosial bukanlah semata-mata sebagai bagian dari Ramadan. Justru, antara lain, untuk membangkitkan kepedulianlah Islam mewajibkan melaksanakan puasa. Kepedulian bukan pelengkap puasa, tetapi justru menjadi salah satu tujuan utama seseorang diwajibkan berpuasa. Umat Islam diwajibkan berpuasa agar bangkit semangat kepeduliannya.

Tujuan puasa, yang eksplisit ditegaskan, agar umat Islam menjadi takwa, secara riil antara lain harus terwujud pada sikap peduli, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam keadaan kaya maupun sedang pailit. (Q.S. 3:134)

Secara gamblang, terpapar di sini bahwa salah satu bentuk riil dari keberhasilan seseorang melaksanakan ibadah puasa adalah meningkatnya kepedulian sosial. Bangkit dan meningkatnya semangat kebersamaan, kesamaan, dan persaudaraan. Tumbuh subur sikap memberi dan pedulinya. Bila semangat mengulurkan tangan ini berkembang indah, insya Allah, terbuka kemungkinan berkurangnya sikap meminta dan mengambil (korupsi) hak orang lain.

Terakhir dan yang terpenting adalah, tekad untuk meningkatkan kualitas spiritual dan sosial pasca-Ramadan. Bahwa seusai Ramadan bukanlah belantara bebas dari kungkungan dan kembali ke lingkungan tanpa batas. Ramadan adalah tahapan, proses menuju tingkatan kualitas hidup yang lebih baik secara spiritual maupun sosial. Berakhirnya Ramadan berarti satu jenjang--yang di dalamnya ada proses pembinaan--terlewati untuk selanjutnya menuju tahapan hidup yang lebih baik.

Belum terlambat untuk meluruskan pemikiran bahwa Ramadan bukanlah momen penjara sosial, tetapi pembinaan yang seharusnya saat Ramadan, seusai mampu meningkatkan kualitas hidup umat Islam. Bila kesadaran ini tumbuh, rasanya lebih mudah melanjutkan gairah dan semangat spiritual dan sosial Ramadan. Insya Allah.***
"Khairu Ummat"

ALQURAN dalam Surat Ali Imran: 110 secara tegas menyatakan, umat Islam merupakan umat terbaik (khairu ummat). Namun, apabila kita melihat kondisi umat Islam saat ini, maka "jauh panggang daripada api", terbalik 180 derajat, karena kondisi umat masih memprihatinkan.

Secara bahasa, umat merupakan kumpulan sesuatu, baik makhluk yang ikhtiyaran dan diberi kehendak, yakni manusia maupun taskhiran yang hanya menerima ketentuan Allah seperti hewan. Dalam makna kumpulan manusia, umat bisa kita lihat dalam Q.S. Alqashash: 28. "Dan, tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan, maka ia menjumpai sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya)...."

Sedangkan umat dalam makna kelompok binatang, bisa dilihat dalam Q.S. Al An’am: 38. "Dan tidaklah binatang-binatang di muka bumi dan burung-burung yang terbang dengan sayapnya, kecuali sebagai umat seperti kamu...."

Umat menurut istilah, bermakna kumpulan manusia yang satu sama lain memiliki ikatan yang sangat kuat, seperti ditulis ar Ragib al ASfahani dalam "Mu’jam Mufrad al Fadlil Qura", yakni umat adalah sekumpulan manusia yang dihimpun oleh satu keyakinan (agama), satu zaman, atau satu tempat. Muhammad Abduh dalam Tafsir Almanar menyatakan, umat lebih khusus daripada jemaah, karena umat tersusun dari orang-orang yang memiliki pertalian yang saling mengikat dan kesatuan hati, layaknya anggota di dalam tubuh manusia.

Umat terbaik merupakan pilar dari jemaah. Kalau diibaratkan, maka tidak berdiri satu negara tanpa adanya rakyat, sehingga tidak akan tegak jemaah tanpa umat.

Sejarah mencatat, umat Islam telah ada sejak manusia pertama Adam, diciptakan Allah yang kemudian diikuti manusia-manusia lainnya. Di antara manusia yang diciptakan Allah, terdapat orang yang dipilih sebagai nabi yang jumlahnya sekitar 120.000 orang dan rasul 313 orang (H.R. Muslim dari Abu Dar Alghifari).

Setiap nabi atau rasul diutus Allah kepada satu umat di zaman tertentu. Meski berbeda zaman, tetapi semua pengikut nabi atau rasul diberi gelar yang sama oleh Allah yakni Muslimun, orang yang berserah diri kepada undang-undang Allah. "Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan (ikutilah) agama orang tuamu, Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian sebagai orang-orang Muslim." (Q.S. Al Hajj: 78)

Umat yang merupakan pilar jemaah, memiliki karakteristik dan ciri yang melekat dengannya. Di antaranya pertama, melaksanakan perintah kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar makruf nahyi munkar) sebagaimana Q.S. Ali Imran: 110. Dalam salah satu hadis diterangkan, "Rasulullah ditanya sebaik-baik manusia. Beliau menjawab, mereka yang memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran." (H.R. Abu Daud)

Kedua, konsisten dalam membela dan mengamalkan kebenaran. "Dari Tsauban berkata, telah bersabda Rasulullah saw., ’Senantiasa ada satu golongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak merugikan mereka kalau orang-orang yang menghinanya sampai datang keputusan Allah, selama mereka tetap berada dalam kebenaran". (H.R. Muslim dari Abu Daud)

Ketiga, tidak durhaka kepada Rasulullah, seperti ditegaskan dalam satu hadis, "Umatku semuanya akan masuk surga, kecuali yang menolak Rasulullah. Lalu, Rasulullah ditanya, ’Siapa yang menolak masuk surga wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, barang siapa yang taat kepadaku akan masuk surga dan barang siapa yang durhaka kepadaku, maka ia yang menolak (masuk surga)." (H.R. Muslim dari Abi Hurairah)

Keempat, ulama ar Ragib al Isfahani menambahkan karakter lainnya, yakni memerhatikan ilmu terutama agama dan beramal saleh serta menjadi teladan bagi yang lainnya.

Ulama terkenal, Sai Hawwa, memberikan delapan karakteristik umat, yakni kesatuan dalam akidah (wihdah fil-aqidah), kesatuan dalam ibadah (wihdah fil-ibadah), kesatuan dalam adat dan kebiasaan (wihdah fil-adat wassuluk), kesatuan dalam sejarah (wihdah fittarikh), kesatuan dalam bahasa (wihdah fil-lughah), kesatuan dalam metode (wihdah fit-thoriq), kesatuan dalam undang-undang (wihdah fid-dustur), dan kesatuan dalam kepemimpinan (wihdah filqiyadah).

Sedangkan Almarhum K.H. E. Abdurrahman memberikan ciri-ciri umat, yakni serasa bermakna rasa Islam, ibarat satu tubuh yang apabila ada anggota tubuh sakit, maka bagian tubuh lainnya ikut merasakan. Ciri lainnya, sesuara yakni menyuarakan kembali kepada ajaran Alquran dan sunah, serta seusaha untuk memajukan Islam dalam segala keadaan.

Dari penafsiran alim ulama di atas, bisa ditarik benang merah bahwa umat memiliki ciri-ciri yang lebih khusus. Pertama, salimul-akidah, yang tidak tercampur dengan takhayul, syirik baik besar maupun kecil, dan amalan-amalan lain yang bisa membatalkan akidah. Syirik sering tidak kita sadari, misalnya berbuat riya, mendatangi dukun/paranormal, atau seperti yang marak saat ini, menggunakan ponsel untuk mengetahui nasib, jodoh, dan lain-lain, seperti ketik reg...

Kedua, shahihul ibadah dengan ibadah yang tepat niat, tepat saat, tepat tempat, dan tepat kaifiat, khususnya ibadah mahdah (khusus). Umat Islam harus meneladani Rasulullah dalam pelaksanaan ibadah ini, sehingga jauh dari bidah.***
Ini Dia Alasan Perempuan Bercinta


Mau tahu alasan sebenarnya perempuan saat bercinta? Ternyata bukan hanya hasrat saja alasannya. Sakit kepala pun bisa menjadi alasannya.

The Sun melakukan sebuah survei kecil. mereka ingin mencari tahu apa yang mendorong perempuan ingin bercinta dengan pasangan. Mereka pun menjadikan 6 perempuan dengan berbagai profesi sebagai nara sumbernya.

Dari jawaban-jawaban para perempuan itu terungkap bahwa terkadang sakit kepala, migrain dan stress adalah alasan perempuan ingin bercinta. Menurut mereka, bercinta adalah salah satu hal yang dapat mengendurkan otot mereka, sehingga stress pun hilang. Perasaan senang yang ditimbulkan juga menghilangkan sakit kepala mereka.

Perempuan juga melakukan seks dengan pasangan untuk meng-improve kemampuan bercinta mereka. Ingat, 'Practice makes perfect'!.

Alasan lain yang juga terungkap bahwa ternyata perempuan bercinta juga demi mengembalikan mood pasangan yang rusak. Selain itu perempuan terkadang menjadikan seks sebagai bahan bargainingnya. Saat pasangannya tak mau melakukan sesuatu untuknya, ia akan merayu pasangannya itu dengan melakukan seks.

Tapi yang pasti ada satu jawaban sama yang diungkap para perempuan tadi. Mereka berujar bahwa rasa cinta terhadap pasanganlah yang membuat mereka mau bercinta. Bercinta adalah sarana bagi perempuan untuk mengungkapkan perasaannya pada orang yang paling ia cintai.
Laki-laki Selalu Berpikiran Seks, Mitos atau Bukan?

Tak hanya perempuan yang memiliki mitos sekitar kehidupan seksnya. Mitos-mitos itu juga berlaku bagi laki-laki. Mau tahu kebenarannya?

Laki-laki identik dengan makhluk yang memiliki hasrat seksual yang menggebu. Dibanding perempuan, laki-laki lebih ekspresif jika membicarakan hal yang berkaitan dengan seks.

Di bawah ini beberapa mitos seks laki-laki yang dijelaskan secara gamblang oleh ahli seks Yvonne Fulbright yang dikutip dari Fox, Selasa (15/9/2009). Apakah mitos itu benar, atau malah menyesatkan?

1. Laki-laki bisa bercinta di mana saja
Di saat usia laki-laki tersebut itu belum matang, ia bisa melakukan seks di mana saja bahkan dengan siapa saja. Namun ketika pikirannya sudah matang, ia akan mencari kepuasan seks dengan melibatkan perasaan serta ikatan emosionalnya dengan pasangan.

2. Laki-laki hanya belaku romantis dengan orang yang ia sayang
Sifat cuek, kurang peduli akan hal kecil adalah ciri laki-laki. Namun saat jatuh cinta, pria bisa bersikap romantis. Pria bisa memberi perhatian lebih pada perempuan yang ia cintai saja. Walau tak jarang maksud akhir dari semuanya adalah hubungan ranjang.

3. Pria memikirkan seks tiap tujuh detik sekali
Kalau ini sudah dipastikan benar. penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pria terjaga selama 17 jam setiap harinya. Selama dia terjaga, pria memikirkan seks sebanyak 61 ribu. Wow!

4. Pria lebih suka melajang seumur hidupnya
Mitos ini ternyata tak sepenuhnya benar. menurt penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, pria melajang tak bisa bertahan hidup. Dan semakin lama, semakin banyak pria yang memasukkan pernikahan dalam rencana hidupnya.

5. Pria hanya menikmati ciuman jika melibatkan lidah
Mitos ini jelas salah. Dari survei yang pernah dilakukan, kebanyakan pria justru menikmati 30 variasi ciuman, dan kesemuanya tak melibatkan lidah.

6. Pria ingin mencapai kepuasan seks secepat mungkin
kalau yang ini bukan mitos. saat melakukan hubungan seks, pria memang tak sabar untuk segera mencapai kenikmatan. Bagi Anda para perempuan, coba kontrol hasrat pasangan Anda yang menggebu, sehingga Anda berdua mendapatkan kenikmatan yang sama.
Warga Padang Meregang, Wakil Rakyat Habiskan Uang Rakyat

Gempa di negeri kita seolah tak mau berhenti datang menimpa. Setelah gempa di Jawa Barat bagian selatan, kini gempa menimpa bumi Minang, Padang, Sumatra Barat. Menurut data yang tersiar, untuk sementara, korban tewas kurang lebih ada 547 orang. Belum lagi orang yang masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang roboh. Sungguh, musibah yang sangat memilukan.

Kita sebagai manusia yang sangat lemah dan tidak punya kekuatan apa-apa hanya bisa menyaksikan dengan hati yang menyayat. Betapa Tuhan menunjukkan kekuasaanya dengan sedikit "keras" pada kita. Dengan musibah ini, kita bisa mengambil hikmahnya dan merenung kembali, apa saja yang sudah kita lakukan pada alam ini. Mungkinkah kita terlalu serakah? Mungkinkah kita terlalu egois dan tidak memedulikan nasib orang lain? Itu semua hanya bisa dijawab oleh pribadi masing-masing.

Yang sangat ironis bagi kita adalah, di tengah gempa yang menimpa Padang Sumatra Barat, di Jakarta malah ada "pesta" para anggota dewan "terhormat". Dilantik dengan kemewahan yang luar biasa. Konon katanya, pelantikan anggota dewan terhormat tersebut menghabiskan uang rakyat miliaran rupiah. Sungguh tidak adil, di saat orang-orang di Padang meregang nyawa, para anggota dewan asyik dengan kemewahan yang didapat. Miliaran rupiah hanya untuk acara seremonial belaka, hanya hitungan jam.

Ini menunjukkan bahwa elite di negeri ini masih mengidap pola hidup hedonisme. Belum apa-apa sudah menghabiskan uang rakyat. Coba bayangkan saja kalau uang sebesar itu dialokasikan buat rakyat miskin atau buat pendidikan, pasti akan lebih bermanfaat ketimbang untuk pelantikan anggota dewan yang "terhormat" yang hanya bisa duduk dan sebagian lagi tidak peduli pada rakyat kecil. Bagaimana rakyat akan sejahtera kalau wakil rakyatnya saja sudah bergaya glamor seperti itu.

Kita harus bisa mengkritisi tingkah wakil rakyat kita agar kerjanya tidak melulu menghabiskan uang rakyat. Hemat saya, terlalu sia-sia kalau hanya seremonial yang hanya berdurasi hitungan jam menghabiskan uang rakyat miliaran rupiah. Katanya kita itu negara berkembang, tetapi gayanya sudah seperti itu.

Mungkinkah gaya hedonisme para anggota dewan ini ada kaitanya dengan musibah yang menimpa saudara-saudara kita yang ada di Padang Sumatra Barat? Wallahualam, hanya Tuhan yang tahu. Tetapi yang pasti, segala apa yang terjadi di negeri ini pasti dari akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, baik moral maupun akhlak.

Atas nama kemanusian, kita turut berdukacita atas musibah ini. Kita juga harus membantu mereka yang terkena musibah ini, baik materi maupun lainnya. Semoga mereka yang terkena musibah diberikan kekuatan dan kesabaran menghadapinya.***
Potret Kinerja DPR

Kinerja DPR periode 2004-2009, khususnya dalam bidang legislasi, sangat buruk dan mengecewakan. Dibatalkannya sejumlah pasal dalam UU Pemilu dan beberapa UU lain oleh Mahkamah Konstitusi (MK) sepanjang 2009, mengindikasikan ada yang tak beres dalam proses pembuatan UU yang dilakukan DPR selama ini.Tidak sedikit UU yang dihasilkan tumpang tindih dengan UU lainnya. Semua merupakan bukti nyata ketidakcermatan anggota legislatif dalam meramu produk UU ke dalam sistem yang komprehensif dan juga cermin dari buruknya kualitas legislasi DPR.

Bila ditinjau dari segi kuantitas, UU yang dihasilkan DPR periode 2004-2009 masih jauh di bawah target Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Dari 284 Rancangan Undang-Undang (RUU) yang harus disahkan, hingga akhir masa baktinya DPR hanya menyelesaikan 175 UU. DPR juga kurang jeli menetapkan UU apa yang harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Mencermati realitas tersebut, sebagai pihak yang memberi mandat, rakyat pantas kecewa. Realitas ini memberikan pelajaran amat berharga kepada kita. Ternyata, menguatnya peran dan fungsi legislasi DPR tidak mampu mengubah kinerja DPR menjadi lembaga pembuat UU yang baik.

Pascaperubahan UUD 1945 terjadi perubahan mendasar terhadap fungsi legislasi DPR. Jika sebelum perubahan UUD 1945, berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) dan Pasal 20 Ayat (1) UUD 1945, DPR hanya mempunyai fungsi legislasi semu dalam proses pembentukan UU (pseudo wetgever). Setelah perubahan pertama UUD 1945, rumusan yang terdapat dalam Pasal 5 Ayat (1) dan Pasal 20 Ayat (1) mengalami perubahan yang signifikan, sehingga berimplikasi menempatkan DPR sebagai lembaga utama pemegang kekuasaan pembuatan UU (primaire wetgever). Dominasi DPR dalam proses legislasi diperkuat dengan hadirnya Pasal 20 Ayat (5) UUD 1945.

Jika dicermati, setidaknya terdapat tiga faktor yang menjadi penyebab buruknya kinerja DPR di bidang legislasi. Pertama, lemahnya kesadaran konstitusionalisme dari DPR sehingga dalam proses pembuatan UU, DPR tidak memperhatikan secara cermat kaidah-kaidah hukum dalam batang tubuh UUD 1945. Semestinya, DPR dalam menyusun suatu UU wajib memperhatikan dengan cermat UUD 1945.

Kedua, semrawutnya Prolegnas disebabkan ketidakjelasan politik hukum nasional yang ada. Sehingga akhir kepentingan politik yang diusung berbagai pihak lebih mendominasi dalam proses pembuatan UU.

Ketiga, dalam melaksanakan proses pembuatan UU, DPR tidak didahului dengan melakukan penelitian dan pengkajian akademis secara mendalam. Hal itu, berimplikasi pada banyak produk legislasi yang dihasilkan cepat usang karena tidak mampu mengikuti dinamika perkembangan zaman.

Ada sejumlah strategi untuk memperbaiki fungsi legislasi DPR. Pertama, mengkaji dan menata ulang Prolegnas. Sebab, Prolegnas 2004--2009 dapat dikatakan tidak berorientasi pada menghasilkan UU yang berkualitas melainkan pada kuantitas. Ini tercermin dalam Prolegnas 2004--2009 yang menargetkan 284 UU. Berarti setiap tahunnya DPR mesti menyelesaikan empat UU per bulannya. Tentu pekerjaan ini sangat berat bagi DPR dan mustahil DPR dapat menghasilkan UU yang berkualitas.

Kedua, hendaknya DPR sebelum melaksanakan proses pembuatan suatu RUU terlebih dahulu menyusun naskah akademik. Menurut Ann dan Robert Siedman (2001) penyusunan naskah akademik (the concept paper) merupakan salah satu tahapan penting dalam proses pembentukan undang-undang (law making process). Naskah akademik diperlukan untuk menjelaskan secara lebih terbuka kepada seluruh stakeholder tentang signifikasi kehadiran sebuah RUU.

Ketiga, DPR harus lebih memaksimalkan peran serta masyarakat. Bukankah dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ditentukan adanya kewajiban melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan UU. Selain itu, dalam Peraturan Tata Tertib (Tatib) DPR Pasal 139-141 menyebutkan, masyarakat dapat memberikan masukan baik lisan maupun tertulis kepada DPR dalam rangka penyiapan dan pembahasan suatu RUU.

Keempat, perlu bagi DPR untuk melibatkan pakar hukum sebagai tim pengkaji (constitutional panel review) dalam setiap pembahasan RUU. Dengan begitu, DPR diharapkan dapat membuat legitimasi produk UU semakin kuat dan dapat mengurangi ketidakcocokan dengan UUD 1945. Kiranya DPR dapat menggandeng pihak-pihak yang kompeten sesuai dengan spesifikasi UU yang akan dibuat.

Terakhir, kita berharap agar DPR dapat secepatnya memperbaiki kualitas kerjanya dalam bidang legislasi. Karena kita tidak ingin UU yang dibuat DPR terus menuai gugatan, bahkan menjadi mainan karena tidak menjaga hak-hak konstitusional rakyat yang dilindungi dalam UUD 1945.***
Ironi di Tengah Bencana

Jumlah simpati yang mereka tunjukkan sesungguhnya jauh lebih kecil dari pemborosan yang sudah dipertunjukkan para wakil rakyat hari itu.

BANGSA Indonesia kembali berduka. Kurang dari satu bulan setelah gempa dahsyat berkekuatan 7,3 pada skala Richter mengguncang Jawa Barat, gempa berkekuatan 7,6 pada skala Richter mengentak Sumatra Barat, Rabu (30/9), pukul 17.27 WIB. Sehari kemudian, gempa berkekuatan 7 pada skala Richter menggoyang Kerinci, pukul 8.52 WIB. Bencana demi bencana seakan tak mau lekang dari bumi pertiwi

Dua peristiwa gempa yang terjadi terakhir, dikabarkan sudah menelan ratusan korban jiwa dan ribuan lainnya luka-luka. Jumlah korban kemungkinan bertambah karena masih ada sejumlah warga yang terperangkap puing bangunan. Dari sisi materi, ribuan rumah, gedung, dan infrastruktur lainnya mengalami kerusakan.

Seperti biasa, ketika terjadi bencana, kepanikanlah yang selalu terjadi. Masyarakat panik menyelamatkan diri, sementara pemerintah panik karena harus menyiapkan dana untuk rehabilitasi. Hampir tidak ada koordinasi yang jelas antarinstitusi.

Pesan dan penjelasan mengenai mitigasi bencana hanya menjadi penghias situs-situs resmi pemerintah daerah, tetapi tak ada waktu menyosialisasikannya kepada publik atau mengajarkannya kepada siswa-siswa dengan menyisipkan ke kurikulum nasional atau muatan lokal.

Selama ini kita hidup di daerah rawan bencana. Namun, nyaris tidak ada kebijakan, strategi, perencanaan, dan program-program yang diperkenalkan kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kewaspadaan kita saat menghadapi bencana. Oleh karena itu, korban jiwa dan harta benda selalu saja besar setiap terjadi musibah.

Sementara itu, di Senayan, pemandangan kontras kita saksikan ketika para anggota dewan periode 2009-2014 dilantik dengan biaya hingga Rp 46 miliar. Wajah-wajah mereka terlihat ceria dalam balutan jas dan kebaya mahal. Ironisnya, tak ada secuil pun ajakan dari pimpinan DPR sementara untuk berdoa atau minimal menyatakan belasungkawa atas musibah gempa bumi di Sumatra.

Memang di luar acara, ada usulan dari mantan Ketua MPR Amien Rais agar gaji pertama anggota MPR dipotong sekitar 20% untuk disumbangkan kepada korban gempa. Sementara itu, anggota DPR terpilih dari daerah pemilihan Sumatra Barat (Sumbar), Refrizal mengimbau agar seluruh anggota DPR yang baru saja dilantik ikut membantu korban gempa dengan menyerahkan seluruh uang prestasinya melalui fraksi masing-masing.

Namun, jumlah simpati yang mereka tunjukkan sesungguhnya jauh lebih kecil dari pemborosan yang sudah dipertunjukkan para wakil rakyat hari itu. Seakan, semua beban sudah terlepas dari pundak mereka dengan menyerahkan berlembar-lembar rupiah.

Oleh karena itu, melalui forum ini, harian ini mengajak kita untuk bersama-sama melecut kembali kesadaran moral, kepedulian sosial, dan solidaritas terhadap saudara-saudara kita di Sumatra. Lewat kebersamaan, kita bisa merasakan penderitaan sesama anak bangsa untuk kemudian membantu meringankannya.***
TUNGGU DULU

IMBAUAN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan agar warga mengenakan kain batik pada Jumat (2/10), bisa jadi tak akan didengar oleh warga Desa Dayeuhluhur, Kec. Ganeas, Kab. Sumedang. Alasannya, masyarakat desa yang berada di perbukitan itu sampai saat ini masih memegang teguh mitos larangan mengenakan batik di wilayah desanya. Larangan itu berlaku juga bagi tamu yang masuk ke wilayah desanya. Berdasarkan mitos yang masih diyakini sebagian besar tokoh dan masyarakat desa tersebut, pelanggarnya bisa mengalami kecelakaan. Apalagi, bagi pemakai batik yang nekat masuk dan menginjakkan kaki di area makam keramat Mbah Jaya Perkasa, Patih Kerajaan Sumedang Larang, pada masa kepemimpinan Raja Sumedang Larang Prabu Geusan Ulun. Malahan, di pintu masuk areal makam keramat patih yang dikenal gagah berani itu hingga saat ini terpampang papan pengumuman tentang larangan mengenakan pakaian bercorak batik.
Berzakatlah!

"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al-Baqarah [2]:195)

Pemberdayaan ekonomi umat bisa dilakukan dengan jalan mengoptimalkan potensi zakat. Di Jawa Barat saja, potensi zakat harta (al-mal) mencapai Rp 7,5 trliun per tahun. Namun, baru tergarap sekitar Rp 78,5 miliar per tahun, karena kesadaran masyarakat yang rendah dan belum dikelola secara maksimal. Oleh karena itu, agenda mendesak bagi umat Islam, di Jawa Barat, sekarang adalah mengoptimalkan potensi ekonomi dalam syariat zakat.

Potensi zakat–saat kita sedang menunaikan ibadah puasa --mestinya diperhatikan oleh umat Islam. Zakat fitrah saja kalau dikelola secara baik, akan membentuk ketahanan ekonomi bagi warga miskin, yang notabene berasal dari kalangan umat Islam. Dengan pengelolaan yang profesional, jujur, dan produktif, zakat adalah formula hebat dalam menggempur kemiskinan.

Secara terminologis, zakat adalah istilah yang digunakan bagi sejumlah harta tertentu, yang telah mencapai syarat tertentu, yang diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan syarat tertentu. Harta yang dikeluarkan zakat, akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang (at-Taubah: 103, dan ar-Rum: 39).

Seperti halnya ketika kita hendak memakan buah pisang. Sebelum memakannya, kita mesti mengupas terlebih dahulu kulitnya, baru kemudian kita memakan daging pisang tersebut. Begitu pun dengan harta yang kita miliki. Di dalamnya, ada hak atau kulit yang harus kita berikan sebagai prosesi membersihkan harta yang kita miliki. Ketika kita tidak mengeluarkan zakat, itu berarti kita seperti orang yang memakan buah pisang dengan kulit-kulitnya. Serakah nian, kalau ada orang yang memakan pisang dengan kulit-kulitnya.

Dalam aturan fiqh, zakat wajib dikeluarkan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut.

Pertama, harta dimiliki secara sah, berasal dari usaha, kerja, warisan, atau pemberian yang sah, yang dapat dipergunakan, diambil manfaatnya, atau disimpan. Di luar itu, seperti hasil korupsi, kolusi, suap, atau perbuatan tercela lainnya, tidak sah dan tak akan diterima zakatnya. Rasulullah saw. bersabda, "Allah SWT tidak akan menerima zakat atau sedekah dari harta yang ghulul (didapatkan dengan cara batil)."

Kedua, harta yang berkembang dari hasil usaha, seperti perdagangan, peternakan, pertanian, deposito mudarabah, usaha bersama, dan obligasi.

Ketiga, harta telah mencapai nisab, yakni mencapai ukuran tertentu, misalnya, untuk hasil pertanian telah mencapai jumlah 653 kg, emas atau perak telah senilai 85 gram emas, perdagangan telah mencapai nilai 85 gram emas, dan peternakan sapi telah mencapai 30 sapi.

Keempat, harta melebihi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan minimal yang diperlukan guna kelangsungan hidupnya.

Kelima, harta mencapai satu tahun (haul) untuk harta-harta tertentu, seperti perdagangan. Namun untuk zakat tanaman, dikeluarkan zakat tiba musim panen (Q.S. Al-An`am: 141).

Nah, apabila Anda memiliki harta sesuai persyaratan di atas, diwajibkan untuk mengeluarkan zakat. Namun, tidak menutup kemungkinan, kalau pun harta Anda belum memenuhi batas diwajibkannya zakat, kemudian ingin memberikannya kepada fakir miskin; sedekah dan infak adalah cara yang tepat. Infak ialah mengeluarkan sebagian dari harta atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.

Rasulullah saw. menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta, maka membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami istri, dan melakukan kegiatan amar ma`ruf nahi munkar adalah sedekah. (H.R. Muslim)

Akan tetapi, kata sedekah dalam Alquran sering digunakan untuk menyebut zakat (Q.S. At-Taubah: 60 dan 103). Kalau Anda telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan untuk berinfak atau bersedekah. Berinfak adalah ciri utama orang yang bertakwa (al-Baqarah: 3 dan Ali Imran: 134), Mukmin yang sungguh-sungguh imannya (al-Anfal: 3-4), mukmin yang mengharapkan keuntungan abadi (al-Faathir: 29).

Itulah kiranya landasan mengapa umat Islam diwajibkan berzakat. Bahkan, kendati harta kita belum memenuhi syarat wajib zakat, membiasakan diri sedekah dan infak adalah pesan bahwa kita mesti berbagi dengan sesama. Apalagi, kalau dikelola secara profesional oleh suatu lembaga, itu akan menjadi kekuatan bagi pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi. Di bidang pendidikan pun, zakat akan memberikan harapan bagi siswa dan siswi yang tidak mampu membiayai sekolahnya.

Harta kekayaan, ketika tidak dibersihkan, itu akan menjadi senjata makan tuan bagi keimanan kita. Seperti dibilang Kang Jalal dalam bukunya, Reformasi Sufistik, kalau Anda kaya, berhati-hatilah terkena sindrom Tsa`labah. Suatu penyakit hati yang tak sudi berbagi dengan sesama dan memberikan bagian Allah di dalam hartanya. Tak salah apabila ada ulama yang menyebut zakat, berarti proses penyucian harta dari kotoran-kotoran hati yang bisa menjadikan manusia serakah, seperti Qarun dan Fir`aun. Wallahua`lam.***
Maksimalkan Tanggap Darurat
Presiden Persilakan Negara Asing Bantu Indonesia

JAKARTA, (PR).-
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta jajaran TNI dibantu Polri untuk memaksimalkan pengerahan satuan tanggap darurat, termasuk logistiknya dalam menangani korban bencana gempa di Provinsi Sumatra Barat (Sumbar). Selain itu, SBY pun mempersilakan negara asing yang ingin membantu.

"Dalam keadaan yang diperlukan untuk tanggap darurat, kalau memang ada yang bisa lebih cepat ke sana dan ada kerja sama antar-ASEAN dan negara sahabat, silakan saja. Tetapi tetap kendali ada di tangan kami," ujar SBY di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, sesaat sebelum bertolak ke Sumatra Barat, Kamis (1/10).

Dituturkan ketika terjadi gempa di Jawa Barat bulan lalu, pemerintah menolak bantuan asing karena melihat skala gempa yang tidak luas. SBY menilai bantuan yang diberikan negara asing adalah hal yang biasa. Namun demikian, pemerintah Indonesia mengapresiasi bantuan yang ditawarkan. "Namun yang utama, kerahkan dulu tenaga kita," ujar SBY yang baru tiba dari AS ini.

"Karena itu, kepada TNI/Polri diminta penyelamatan korban sebanyak mungkin, selamatkan warga yang bisa diselamatkan. Jangan berhenti sampai 10 hari atau 2 minggu, karena banyak cerita orang yang terkurung di bawah reruntuhan masih bisa diselamatkan," katanya.

Panglima TNI diminta mengerahkan kekuatan lebih, terutama untuk tanggap darurat, terutama tenaga medis dengan peralatan bedahnya. Seperti halnya saat terjadi gempa di Yogya, peralatan-peralatan zeni untuk mengatasi reruntuhan-reruntuhan dan kemungkinan menyelamatkan mereka yang berada di dalam timbunan reruntuhan itu.

"Logistik utama yang diperlukan. Saya minta helikopter, sarana transportasi bisa dimaksimalkan. Tenaga medis kalau memang harus dua unit, silakan! Kalau kelebihan tidak apa-apa," katanya.

Dikatakan Presiden, gempa di Sumbar berbeda dengan tsunami di mana sedikit sekali yang bisa diselamatkan. Namun berdasarkan pengalaman penanganan gempa Yogya dan Klaten, ada banyak yang masih bisa diselamatkan dari reruntuhan jika pembedahan cepat dan peralatan untuk itu tersedia.

"Kesimpulannya, khusus jajaran TNI dibantu Polri, pengerahan satuan tanggap darurat, termasuk logistiknya bisa dimaksimalkan. Anggaplah korbannya besar, dari pada nanti kita underestimate," kata Presiden menegaskan lagi.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso mengatakan, sejumlah negara mengajukan tawaran batuan tanggap darurat melalui Angkatan Bersenjatanya, yaitu dari Malaysia, Singapura, Australia, dan Amerika Serikat. TNI sendiri, tuturnya, telah mengerahkan kekuatan zeni, Kostrad, dan medis dari Medan, Lampung, dan Bengkulu menuju lokasi bencana.