Pemimpin Teladan

PADA 2010 ini, akan diramaikan lagi dengan pemilihan pemimpin, khususnya pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di lima kabupaten/kota Jawa Barat. Kabupaten/kota yang akan melaksanakan pemilukada pada 2010 adalah Kab. Sukabumi, Kab. Bandung, Kota Depok, Kab. Karawang, dan Kab. Indramayu.

Padahal, baru saja tahun lalu masyarakat disibukkan dengan pemilihan anggota DPR, DPRD, DPD, dan presiden/wakil presiden. Waktu memang tidak terasa sehingga dalam lima tahun terakhir, warga negara telah memilih para pemimpinnya secara langsung, dari tingkat rukun warga (RW), kepala desa, bupati/wali kota, gubernur, DPR/DPRD/DPD, dan presiden/wakil presiden. Bahkan, ada fenomena menarik, memilih ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) pun kini memakai pemilihan langsung dengan cara pemungutan suara (voting).

Berkaitan dengan hal itu dan baru saja sebagian Muslimin memperingati Maulid Nabi Muhammad, tidak salah apabila kita mengungkap keteladan pemimpin seperti dicontohkan Nabi Muhammad saw. Justru sekarang ini unsur keteladanan sulit kita peroleh.

Kita mengalami krisis keteladanan di tengah-tengah masyarakat dan pemerintahan. Untuk itu, kita mencoba merenungkan kembali keteladanan Rasulullah saw., termasuk dalam melayani umatnya, karena pemimpin adalah pelayanan umat (khadimul-ummat).

Sejarah telah mencatat, Rasulullah memiliki pribadi yang sangat terpuji. Bukan hanya kawan-kawan yang mengakui keagungan akhlak Nabi, melainkan juga lawan-lawannya. Nabi membangun masyarakat dari kondisi jahiliah yang bukan kebodohan intelektual dan material. Nabi "menyulap" masyarakat dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang.

Nabi melahirkan sejumlah peraturan hidup dan beliau sendiri yang paling depan melaksanakannya. Membuat aturan bukan untuk dilanggarnya, seperti sentilan di masyarakat selama ini. Nabi menjadi pelaksana aturan yang tangguh dan istikamah/konsekuen.

Rasulullah mengajarkan kebaikan, maka beliau yang pertama kali menjalankannya. Demikian pula dalam hal kemungkaran, Nabi yang paling awal untuk menjauhinya.

Tentu seorang pemimpin tak lepas dari kepemilikan harta kekayaan. Dalam hal ini, Rasulullah menempatkan harta sebagai titipan sementara dari Allah SWT. Harta merupakan hiasan hidup yang bisa mendukung pencapaian tujuan. Namun, manusia harus sadar bahwa kekayaan adalah ujian keimanan yang harus dijadikan "kendaraan" untuk mengabdi kepada Allah.

Rasulullah selalu mengajarkan agar kaum Muslimin mengejar kehidupan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan dunia. Doa yang diajarkan nabi dikenal sebagai doa "sapu jagat", yakni memohon kebaikan hidup di dunia dan akhirat. (Q.S. Al Baqarah: 201)

Ketika Nabi wafat, beliau mengajarkan seorang pemimpin bukan meninggalkan harta yang banyak untuk tujuh keturunannya. Nabi wafat dengan meninggalkan dua hal, yakni Alquran dan sunah (hadis) yang berlaku selamanya bukan sebatas tujuh keturunan. Dua pedoman yang akan menyelamatkan umat manusia.

Dalam hubungan dengan alam lingkungan, Nabi sebagai pemimpin juga mengajarkan semua alam adalah makhluk Allah. Oleh karena itu, setiap Muslim tidak diperkenankan menyembah makhluk Allah. Alam juga pasti akan berakhir dan rusak, sehingga kewajiban pemimpin dan masyarakatnya untuk mencintai alam dan harus siap apabila harus berpisah dengannya.

Alam juga diciptakan Allah untuk kesejahteraan manusia, modal perjuangan manusia, dan modal ibadah kepada Allah SWT. Ketika alam rusak sehingga memunculkan bencana, Alquran menyatakan akibat dari tangan-tangan manusia sendiri. Siapa menuai badai, dia yang akan memanennya.

Terakhir dan ini paling penting adalah Nabi Muhammad selalu menekankan pentingnya tauhid dalam berpolitik. Penguasa mutlak hanyalah Allah SWT. Seseorang mendapatkan sesuatu kekuasaan semata-mata anugerah Allah, sehingga kemuliaan kepemimpinannya diperoleh apabila selalu mendekat kepada-Nya.

Pemimpin juga harus menjalankan tauhid dalam penegakan hukum, yakni hukum yang benar hanya datang dari Allah dan sumber kebenaran mutlak juga dari-Nya. Penegakkan hukum juga tidak pandang bulu baik kepada keluarga, kerabat, kenalan, sahabat, maupun kelompok/golongannya.***