5 Gangguan Kesehatan Paling Memalukan

Ada beberapa penyakit yang membuat pengidapnya merasa malu. Parahnya, banyak orang yang tak menyadari bahwa hal tersebut harus diatasi dari sudut pandang kesehatan. Berikut adalah gangguan-gangguan kesehatan yang paling memalukan.

Bau Nafas
Nafas yang berbau merupakan masalah kesehatan yang sangat mengganggu. Penyebabnya adalah dehidrasi , gigi yang buruk, infeksi dari permen karet ataupun terlalu banyak menenggak alkohol.

Masalah di tenggorokan dan sinus juga bisa menyebabkan bau nafas. Cara penyembuhannya adalah dengan membeli pasta gigi baru, sikat lidah saat menggosok gigi. Tingkatkan aliran air liur dengan tidak merokok, mengurangi konsumsi kopi dan memperbanyak meminum air putih juga dapat mengurangi bau nafas Anda.

Masalah Kulit
Beberapa masalah kulit seperti jerawat dan kulit gatal-gatal akan membuat Anda minder. Banyak perempuan menghabiskan sebagian uangnya hanya untuk merawat kulitnya agar terhindar dari gangguan kesehatan yang memalukan ini.

Keringat Berlebih
Gangguan ini disebabkan oleh obesitas, memakan terlalu banyak makanan pedas ataupun gangguan ini terjadi karena memasuki masa puber. Satu-satunya cara mengatasinya ialah dengan berdiet dan mengurangi konsumsi makanan yang pedas.

Impoten
Gangguan ini jelas sangat memalukan bila diketahui oleh orang lain. Salah satu penyebabnya adalah adanya masalah pada arteri darah di bagian genital. Pergilah ke dokter dan berkonsultasi untuk mengembalikan keperkasaan Anda.

Penyakit Menular Seksual
Banyak jenis penyakit menular kelamin yang dapat dialami perempuan ataupun laki-laki. Penyebab penyakit ini ialah virus-virus yang berkeliaran di sekitar kelamin.

Biasanya pengidapnya adalah orang yang jorok ataupun sering melakukan hubungan seks dengan sembarang orang. Penyakit seksual menular dapat meningkatkan terjangkitnya pengidap dengan virus HIV.
Wow, Pria Berjari Manis Panjang Lebih Agresif!


Dalam kehidupan sosial khususnya di negara Asia seperti Indonesia, banyak orang yang mempercayai sebuah mitos. Biasanya mitos tersebut kita dengar dari orang tua kita secara turun menurun. Ternyata dalam dunia seks ada juga mitos yang berseliweran.

Berikut fakta atas mitos mengenai jari tangan Anda seperti yang dikutip dari askmen, Kamis (18/6/2009).

Pernahkan Anda mendengar apabila laki-laki memiliki telunjuk yang lebih panjang dari pada jari manis dan sebaliknya bagi perempuan, orang tersebut berkemungkinan besar menjadi seorang homoseksual? Mitos seperti ini tentunya mengganggu Anda yang memiliki jari tangan seperti yang disebutkan.

Faktanya dalam 'digit ratio theory' bila seseorang memiliki jari manis lebih panjang, berarti orang tersebut mempunyai testosteron lebih banyak dengan sifat yang lebih hiperaktif dan agresif. Sedangkan bila telunjuk seseorang lebih panjang dari pada jari manisnya, artinya orang tersebut mempunyai lebih banyak estrogen, sehingga membuat orang tersebut lebih mudah gelisah dan sensitif.

Dari penjelasan di atas, seharusnya dapat disimpulkan bahwa laki-laki yang mempunyai telunjuk lebih panjang dari pada jari manis dan sebaliknya bagi perempuan berkecenderungan menjadi seorang homoseksual. Tapi ternyata kesimpulan tersebut salah!

Sebuah penelitian mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kecenderungan menjadi homoseksual ialah orang yang kedua jari manis dan telunjuk mempunyai panjang yang sama.
RESOLUSI KARIR, PENDIDIKAN, TEKNOLOGI DAN EKONOMI

Sukses lebih mudah tercapai jika kita mulai berani keluar dari zona nyaman. Saat merasa puas dengan yang diraih, maka kita sedang berjalan pada rutinitas. Tapi jika berani menentukan target setahap lebih tinggi dari yang telah dicapai, maka kita akan mendapatkan tantangan untuk bisa meraih target. Target tersebut akan menjadi indikator keberhasilan kinerja. Saat memasuki tahapan mencapai target, kita akan berjuang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan. Tahapan itu membuat kita melakukan aktivitas untuk mengembangkan diri. Lewat aktivitas itu, kita dapat mencari dan meraih pengetahuan baru, mengembangkan keterampilan (life skill), berusaha mengendalikan diri, dan mempelajari hal-hal baru sebagai syarat mutlak mempertahankan eksistensi.

"Bagaimana cara menentukan target?"

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengefektifkan target yang dibuat :
S = Spesifik
M = Measureable
A = Attainable / Attractive
R = Reasonable
T = Time Limited / Time Framed

Berikut tips praktis dalam membuat target kehidupan :
1. Tentukan target yang ingin diraih.
2. Tetapkan target jangka panjang dan jangka pendek.
3. Jelaskan pentingnya target berdasar kontribusinya.
4. Urai secara detail rencana yang akan digunakan untuk mencapai target itu.
5. Sesuaikan standar performa dan kriteria pengukuran dengan tujuan.

Sukses atau gagal dimulai dari pikiran. Jika kita berpikir gagal, maka saat itu kita sudah gagal. Memang nantinya kita akan diuji dengan kegagalan. Tetapi, jangan berhenti melangkah menuju sesuatu yang lebuh baik. Ingatkanlah diri kita bahwa sekses bukan hanya milik orang yang brilian, berbakat, penuh keberuntungan, dll. Sukses adalah milik orang yang persisten (Pantang Menyerah).
Menjaga Amanah

SUATU ketika, seorang laki-laki memuji temannya yang didengar Umar bin Khattab. "Tidakkah Anda berlebih-lebihan menceritakan orang itu?" ujar Umar menegur.

"Tidak! Tidak berlebihan karena memang kenyataannya demikian," kata orang itu menjawab.

"Di manakah Anda bertemu dengan orang yang Anda anggap paling baik dan paling takwa itu?"

"Di masjid. Saya selalu menemukannya di masjid."

Mendengar jawaban itu, Umar berkata, "Kejujuran seseorang tidak bisa diukur hanya karena ia sering berada di masjid, tetapi kejujuran hanya bisa diuji ketika mendapat amanah dan titipan dari Allah."

Saat ini, masyarakat Indonesia sedang menentukan nasibnya untuk memilih pemimpin yang amanah. Kepemimpinan amanah sebagai hasil Pilpres 8 Juli mendatang, diharapkan membawa bangsa Indonesia kepada kondisi negara yang sejahtera dan dalam lindungan Allah SWT.

Rasulullah bersabda, iman itu bertingkat-tingkat, dari mengucapkan dua kalimat syahadat sampai tingkatan paling tinggi dan paling berat, yakni menjaga dan melaksanakan amanah. Allah berfirman dalam hadis Qudsi, "Wahai Adam, sesungguhnya Aku telah menawarkan amanah kepada langit dan bumi, namun mereka menyatakan tak mampu. Apakah engkau sanggup memikulnya dengan segala akibatnya?"

"Apa yang saya bisa dapat bila memikul amanah itu?" kata Adam.

"Jika engkau mampu memikulnya, engkau akan mendapatkan pahala, tetapi jika engkau menyia-nyiakannya, akan mendapat siksa."

"Baiklah, saya menerimanya dengan segala risiko dan akibatnya," kata Adam. Tak lama kemudian, selang antara waktu Subuh dan Asar, terjadi peristiwa Adam dan Hawa tergoda setan sehingga akhirnya harus turun ke bumi.

Sebagian ulama memaknai amanah sebagai tauhid. "Tidak ada Tuhan kecuali Allah." Namun, ada yang mengartikan sebagai pengetahuan, keadilan, dan akal pikiran. Ahli tafsir terkenal, Imam al Isfahani memaknai amanah sebagai akal pikiran, karena dengan akal bisa memahami tauhid dan memberlakukan keadilan serta menemukan segala ilmu pengetahuan.

Akal juga memberikan nilai lebih kepada manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Akan tetapi, ada juga ulama yang memaknai amanah sebagai agama dan ketaatan kepada Allah, seperti salat, puasa, sampai mengelola harta, wanita, dan jabatan dengan baik.

Ahli tafsir, Ibnu Katsir menyatakan, semua pendapat tersebut adalah sama, yakni intinya taklif atau pembebanan/penerapan hukum dan peraturan Allah yang harus dikerjakan dengan semua konsekuensinya. Jika beban itu dilaksanakan, manusia memperoleh pahala dan akan mendapat hukuman atau azab apabila amanah tidak dijalankan.

Ayat-ayat Alquran menjelaskan amanah ini, di antaranya dalam Q.S. Al Ahzab: 72, Q.S. Al Baqarah: 283, Q.S. An Nisa: 58, Q.S. Al Anfaal: 27, dan Q.S. Al Mukmin: 8. Sedangkan Rasulullah bersabda, "Tidak ada iman dan tidak sempurna keimanan seseorang bagi mereka yang tidak memegang teguh amanah."

Dari ayat-ayat Alquran dan hadis sungguh jelas bahwa amanah merupakan sesuatu yang amat berat. Tergelincir sedikit saja bisa membuat orang jadi khianat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita memiliki banyak amanah, seperti ilmu pengetahuan. Apakah kita sudah memanfaatkan ilmu sesuai dengan amanat Allah? Umat Islam diwajibkan mentransfer ilmu dan mengamalkannya, sedangkan orang yang mengetahui tetapi tidak mengamalkannya, masuk golongan terkutuk (al maghdaab).

Amanah lainnya dalam bentuk wewenang, jabatan, pekerjaan, atau usaha sebagai jalan kita memperoleh rezeki. Apakah kita sudah menjalankan amanah-amanah itu sesuai dengan ketentuan Allah? Bahkan, meski kita masuk karyawan kontrak, tenaga sukarelawan, apalagi pejabat, sesungguhnya semua itu merupakan amanah dari Allah.

Berkaitan dengan amanah berupa kepemimpinan, jabatan, atau kekuasaan ini, ada sebuah hadis yang merupakan jawaban Nabi Muhammad kepada sahabat Abu Dzar Alghifari. Suatu saat, Abu Dzar meminta agar diberikan kesempatan untuk memikul wewenang dan kepemimpinan. Nabi menjawab, "Kamu ini lemah, setiap jabatan dan kepemimpinan sesungguhnya amanah dari Allah. Dan, setiap orang yang mendapatkan jabatan dan menjadi pemimpin, maka sesungguhnya mereka akan mendapat kesengsaraan, kesedihan, dan penyesalan, kecuali orang-orang yang mengambil dan membawanya dengan cara baik dan setelah menjadi pemimpin mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik."

Dalam hadis lainnya, Rasulullah bersabda,"Barangsiapa yang mengangkat seseorang untuk mengurus umat, padahal ia sudah tahu ada orang yang lebih pantas menduduki jabatan itu, ia telah khianat kepada Allah, Rasulullah, dan seluruh mukmin."

Demikian pula amanah dalam bentuk suami atau istri dan anak-anak. Apakah kita telah menunaikan kewajiban dan hak-haknya sebagai istri/suami, ayah atau ibu? Rasulullah mengingatkan sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik kepada keluarganya. Allah mewanti-wanti agar kaum Muslimin tidak mewariskan generasi masa depan yang lebih lemah (Q.S. An Nisa: 9).

Harta, baik pakaian, uang, rumah, kendaraan, alat komunikasi, dan lain-lain, juga amanah dari Allah. Apakah kita sudah menggunakannya sesuai dengan ketentuan Allah? Apakah kita sudah mengeluarkan zakat, infak, atau sedekah sebagai bagian tak terpisahkan dari harta kita?

Kita perlu renungkan kondisi akhir-akhir ini, karena sedang terjadi krisis amanah. Semakin sulit menemukan orang yang bisa menjaga dan melaksanakan amanah. Orang-orang pintar makin banyak, tetapi bagaimana dengan orang-orang amanah? Lembaga-lembaga pendidikan yang mencetak orang terampil juga makin banyak, tetapi adakah lembaga pendidikan yang menghasilkan orang al-amin (yang dipercaya)?

Rasulullah menyiratkan salah satu ajaran Islam yang cepat hilang di tengah-tengah masyarakat adalah amanah dan amanah. Ia merupakan manifestasi iman yang sulit diwujudkan. Semoga kita bisa menjaga dan melaksanakan amanah, sehingga jauh dari sifat munafik.***