Mengecat Rumah Bak Profesional, Ini Tipsnya!

Bosan dengan warna kamar yang itu-itu saja? Atau sudah berencana mengubah warna cat karena mulai kusam? Ini tipsnya!

Pertama-tama siapkan seluruh alat yang diperlukan seperti cat, kuas, rol, ember,
dempul, plamir, plester, vacuum cleaner, plastik/koran bekas.

Keluarkan barang-barang di kamar Anda sebanyak mungkin, sisanya pindahkan ke tengah ruangan. Vacum lah seluruh tembok dan plafon hingga semua sudut sempit yang ada. Jangan lupa untuk menutupi furniture dengan plastik atau koran bekas.

Lihatlah keseluruh permukaan tembok. Tutuplah semua lubang bekas paku dan keretakan-keretakan yang ada pada tembok dengan menggunakan dempul, ratakan dengan plamir. Hal ini harus dilakukan karena cat tidak bisa menutupi keretakan sekecil apapun.

Untuk memasuki tahap pengecatan, bukalah satu galon cat, kemudian masukkan cat ke dalam ember dan campurkan dengan air dengan perbandingan sesuai yang dianjurkan produsen cat tesebut. Pastikan cat dan air sudah tercampur dengan sempurna. Untuk mengecat 1 kamar berukuran standar, 1 galon cat sudah lebih cukup.

Jika ruangan Anda memiliki baseboard (alas tembok), maka dahulukan bagian ini supaya nantinya sudah kering ketika ingin ditutupi dengan plester sebelum mengecat temboknya.

Cat plafon dengan menggunakan roll. Anda tidak perlu membasahi roll dengan air
sebelumnya. Hal itu hanya menyebabkan cat menetes dan membuang waktu.

Kini saatnya mengecat bagian tembok. Dalam pengecatan, lakukan dalam beberapa lapis. Tunggulah sampai cat mulai mengering, baru beri lapisan cat berikutnya. Cabut plester pada baseboards ketika cat sudah mengering seluruhnya.

Terakhir, susunlah barang-barang Anda kembali sesuai yang Anda inginkan. Selamat mencoba!
TANGIS RASUL S.A.W

Suatu ketika Nabi Muhammad SAW menangis semalam suntuk, sesaat seusai menerima wahyu Allah SWT. Muatan wahyu-Nya menyatakan, diciptakan oleh-Nya kejadian langit dan bumi serta digantikan-Nya akan siang serta malam itu adalah tanda-tanda nyata bagi hamba-Nya yang berilmu pengetahuan. Menurut Ahlul-Dzikri (yang selalu ada, meski hanya satu di tiap zaman, sesuai kehendak-Nya), kriteria manusia yang berilmu pengetahuan dalam pandangan Allah adalah mereka yang selalu zikir (ingat) kepada-Nya di kala apapun. Baik dalam kondisi sehat, sakit, susah, senang, berkegiatan, berbaring seraya berpikir, apapun yang dicipta oleh Allah tiada pernah batal. Tak terbantahkan, meski oleh para penyihir, pendusta, serta penentang-Nya, semua karya-Nya tiada terhingga guna serta faedahnya.

Seusai menerima wahyu Allah melalui Malaikat Jibril, beliau menangis. Baik saat shalat qiyamul-lail, lalu berbaring, hingga azan subuh bergema pun, beliau tidak segera bangkit, syahdan hingga dihampiri sahabat Bilal. Menurut kajian Ashyi-shathor (manusia paripurna) yang "menyadarkan" tokoh sekaliber Imam Al-Ghazali di akhir kehidupannya, hal itu terjadi karena Rasulullah SAW menjadi kian paham bahwa umatnya kelak sepeninggalnya hanya akan terpukau oleh kemilau peristiwa kejadian langit dan bumi (big bang) serta selalu bersalinnya siang dan malam.

Disadari oleh Rasulullah SAW, para hamba Allah hanya akan berkejaran diseputar kejadian dunia seisinya demi memburu nikmat pemberian-Nya, namun tidak butuh kepada Pemberi Nikmat. Kebanyakan di antara manusia tiada merindu, apalagi butuh bertemu Tuhannya. Umatku, demikian sabda Rasul SAW, hanya akan banyak yang terbelenggu tipu daya nafsu akan berbagai "iming-iming" pesona dunia dan syahwatnya belaka.

Bangga akan perolehannya, dia menjelma jadi insan yang menuhankan kepuasan sanubarinya, riya, jadi juara lalu sombong. Yang belum berhasil mencapai target-target dunia,akan dihinggapi penyakit ingin ikut mencicipi, namun banyak diantaranya yang gagal lalu putus asa, kecewa, serta akhirnya terjerumus kedalam perbuatanhina dan nista. Sedikit saja yang berniat menjadikan dunia fana ini selaku mazra'atul aakhirat, bertekad mengisi kesempatan yang terbatas di dunia sebagai pancatan yang kokoh, berupa sawah ladang nan subur guna membenamkan segala tingkah dan perilaku kehidupan beserta bathinnya secara bersandar total kepada kodrat dan ketentuan Allah SWT.

Demikianlah tantangan terbesar umat Nabi SAW, yang bersumber dari dalam nafsunya sendiri-sendiri. Bersumberkan kepada keberadaan wujud dengan mengakui adanya jasadnya sendiri yang diperkokoh dengan pengakuan akan angan-angan (skenario dan kepintarannya) serta pikirannya sendiri. Padahal angan, pikiran, dan skenarionya masing-masing yang mengakui dirinya terwujud dengan mandiri ini sesungguhnya telah menyelewengkan angan, akal, dan pikirannya menuju kepada rayuan nikmat dunia demi nafsu akunya sendiri.

Apalah arti sumber pikiran, berasal dari otak manusia dibandingkan dengan Kemahatahuan Sang Pencipta Yang Esa. "Jihad Akbar adalah Jihad Al-Nafs, perjuangan menaklukkan diri sendiri" ujar Rasulullah SAW menyerukan.