C-130 Hercules, Angkut, Serang, sampai Pemadam Kebakaran
Lockheed C-130 Hercules adalah pesawat angkut militer buatan Lockheed yang memiliki empat mesin turboprop. Pesawat ini merupakan pengangkut taktis utama bagi banyak angkatan bersenjata di dunia. Lebih dari 40 model dan jenis Hercules dipakai di lebih dari 50 negara.
Pada Desember 2006, Hercules menjadi pesawat kelima—setelah Electric Canberra, B-52 Stratofortress, Tupolev Tu-95, dan KC-135 Stratotanker—yang mencatatkan 50 tahun masa operasinya oleh pengguna pertama, dalam hal ini di Angkatan Udara AS.
C-130 Hercules juga menjadi satu-satunya pesawat militer yang masih diproduksi dan dikembangkan dengan varian terbaru C-130J Super Hercules.
Pesawat yang mampu lepas landas dan mendarat dari landasan pacu darurat ini awalnya dirancang sebagai pesawat angkut pasukan, evakuasi medis, dan pengangkut barang. Ketangguhannya membuat Hercules digunakan untuk keperluan lain, termasuk sebagai pesawat perang (gunship) untuk melancarkan serangan udara, kegunaan pencarian dan penyelamatan (SAR), pendukung penelitian, pendeteksi cuaca, pengisian bahan bakar di udara, patroli maritim, dan pesawat pemadam kebakaran.
Keluarga Hercules mencatatkan diri sebagai pesawat militer yang diproduksi terus-menerus sepanjang sejarah. Selama lebih dari 50 tahun pengabdiannya, anggota keluarga Hercules telah mengikuti operasi militer, sipil, dan kemanusiaan yang tak terhitung jumlahnya.
Karakteristik pesawat
Fungsi : Pesawat angkut militer Military transport aircraft
Asal : Amerika Serikat
Pabrik : Lockheed
Terbang perdana 23 Agustus 1954
Diperkenalkan Desember 1956
Status : dalam produksi
Pengguna utama : AU AS (United States Air Force)
Diproduksi 2.262 unit hingga tahun 2006
Varian terbaru : C-130J Super Hercules
Varian tempur : AC-130 Spectre/Spooky
Varian lain: Lockheed DC-130
Lockheed EC-130
Lockheed HC-130
Lockheed LC-130
Lockheed MC-130
Lockheed WC-130
Awak: 4-6: setidaknya 2 pilot, 1 teknisi (ditiadakan pada model J), dan 1 loadmaster; Seringkali ada awak tambahan yang membantu loadmaster dan navigator.
Kapasitas:
92 penumpang atau
64 prajurit lintas udara atau
74 pasien dengan 2 tenaga medis
Daya angkut: 20.000 kg termasuk 2-3 kendaraan tempur Humvees atau sebuah kendaraan angkut personel lapis baja M113.
Panjang: 29,8 m
Rentang sayap: 40,4 m
Tinggi: 11,6 m
Luas sayap: 162,1 m²
Berat kosong: 38.000 kg
Kapasitas muatan: 33.000 kg
Berat maksimum saat lepas landas: 70.300 kg
Sumber tenaga: 4 buah mesin turboprop Allison T56-A-15, masing-masing 4.300 bhp (3,210 kW)
Performa
Kecepatan maksimum: 329 kn (610 km/h)
Kecepatan jelajah: 292 kn (540 km/h)
Jarak jelajah: 2.050 nmi (3.800 km)
Ketinggian terbang: 10.000 m
TNI dan Alusista
Biarpun TNI masih menggunakan alusista tua akan tetapi tidak akan membuat "TUA" semangat Prajurit TNI dalam menjaga Keutuhan dan Kedaulatan NKRI dari segala bentuk ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.Peralatan boleh TUA...Tapi semangat tetap MUDA..Teguhkan hati dan bulatkan tekad...!!! Karena seluruh rakyat Indonesia selalu mendukung apa yg TNI lakukan demi negara dan bangsa Indonesia...
Biarpun TNI masih menggunakan alusista tua akan tetapi tidak akan membuat "TUA" semangat Prajurit TNI dalam menjaga Keutuhan dan Kedaulatan NKRI dari segala bentuk ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.Peralatan boleh TUA...Tapi semangat tetap MUDA..Teguhkan hati dan bulatkan tekad...!!! Karena seluruh rakyat Indonesia selalu mendukung apa yg TNI lakukan demi negara dan bangsa Indonesia...
Indonesia Pertimbangkan 4 Hercules Baru
KOMPAS.com - Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan, pihaknya masih mempertimbangkan penawaran empat pesawat C-130 Hercules dari produsen pesawat angkut berat itu, Lockheed Martin.
"Kami masih menunggu pula hasil penelitian dari tim investigasi Mabes TNI AU tentang kecelakaan yang terjadi di Wamena dan Magetan baru-baru ini," katanya, usai menyematkan tanda kehormatan kepada Panglima Angkatan Bersenjata Singapura, di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan, pihaknya juga masih akan melihat kemungkinan pembelian empat pesawat C-130 Hercules tipe H buatan tahuan 1980,dari sejumlah negara di Asia yang telah menggunakannya, termasuk yang berkaitan dengan harga mengingat anggaran yang sangat terbatas.
Juwono mengatakan, ada kemungkinan pesawat Hercules yang telah lama digunakan akan dikandangkan, jika memang secara teknis sudah tidak layak.
"Jika, dari hasil penelitian ada sebab teknis yang mengakibatkan kecelakaan tersebut, maka tidak menutup kemungkinan kita ’grounded’, dan ganti dengan yang baru," ujarnya.
Menhan menegaskan, anggaran pertahanan yang turun dari tahun ke tahun mengakibatkan pengadaan alat utama sistem senjata baru bagi TNI tidak dapat dilakukan. Sedangkan untuk pemeliharaan dan perawatan alat utama sistem senjata yang ada, hanya tersedia di bawah sepuluh persen dari alokasi yang diberikan.
"Idealnya, untuk pemeliharaan dan perawatan dananya sekitar 20 hingga 25 persen dari alokasi anggaran yang ada. Sekarang nyatannya hanya dibawah sepuluh persen," ungkap Juwono.
Saat ini Indonesia memiliki sekitar satu skadron C-130 Hercules berbagai tipe, yakni C-130 Hercules VIP, C-130 H/HS, C-130 B/H dan C-130 BT dengan tingkat rata-rata kesiapan 60 persen atau sekitar sembilan unit.
Sebagian besar dari Hercules milik TNI AU itu telah mengalami peremajaan (retrovit) baik di Singapura maupun di dalam negeri.
KOMPAS.com - Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan, pihaknya masih mempertimbangkan penawaran empat pesawat C-130 Hercules dari produsen pesawat angkut berat itu, Lockheed Martin.
"Kami masih menunggu pula hasil penelitian dari tim investigasi Mabes TNI AU tentang kecelakaan yang terjadi di Wamena dan Magetan baru-baru ini," katanya, usai menyematkan tanda kehormatan kepada Panglima Angkatan Bersenjata Singapura, di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan, pihaknya juga masih akan melihat kemungkinan pembelian empat pesawat C-130 Hercules tipe H buatan tahuan 1980,dari sejumlah negara di Asia yang telah menggunakannya, termasuk yang berkaitan dengan harga mengingat anggaran yang sangat terbatas.
Juwono mengatakan, ada kemungkinan pesawat Hercules yang telah lama digunakan akan dikandangkan, jika memang secara teknis sudah tidak layak.
"Jika, dari hasil penelitian ada sebab teknis yang mengakibatkan kecelakaan tersebut, maka tidak menutup kemungkinan kita ’grounded’, dan ganti dengan yang baru," ujarnya.
Menhan menegaskan, anggaran pertahanan yang turun dari tahun ke tahun mengakibatkan pengadaan alat utama sistem senjata baru bagi TNI tidak dapat dilakukan. Sedangkan untuk pemeliharaan dan perawatan alat utama sistem senjata yang ada, hanya tersedia di bawah sepuluh persen dari alokasi yang diberikan.
"Idealnya, untuk pemeliharaan dan perawatan dananya sekitar 20 hingga 25 persen dari alokasi anggaran yang ada. Sekarang nyatannya hanya dibawah sepuluh persen," ungkap Juwono.
Saat ini Indonesia memiliki sekitar satu skadron C-130 Hercules berbagai tipe, yakni C-130 Hercules VIP, C-130 H/HS, C-130 B/H dan C-130 BT dengan tingkat rata-rata kesiapan 60 persen atau sekitar sembilan unit.
Sebagian besar dari Hercules milik TNI AU itu telah mengalami peremajaan (retrovit) baik di Singapura maupun di dalam negeri.
Langganan:
Postingan (Atom)