Berani Hidup

Kalau kita melihat kondisi dunia saat ini mulai dari yang paling dekat dengan lingkungan kita sampai ke dunia luas akan tampak adanya keresahan sosial. Bisa jadi keresahan itu berbentuk pertanyaan, "apa yang akan kita makan besok?" atau "bagaimana kita membiayai sekolah anak-anak?"

Lebih dari itu keresahan sekarang sudah menjurus hal paling asasi, mendasar, yakni berupaya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sehingga membutuhkan pemikiran mendalam dan keseriusan dari semua pihak. Misalnya, dulu orang beranggapan dengan mengumpulkan harta yang sebanyak-banyaknya akan membuat bahagia dan orang miskin pasti sengsara. Nyatanya tidak.

Dengan cara mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya ternyata tidak berdampak kepada kepuasan batin seperti harapan semula. Kalau pun ada kepuasan batin hanya bersifat sementara. Kita bisa lihat keadaan sekeliling, acara-acara di televisi, berita media massa, bahkan buku-buku semuanya menunjukkan ketidakpuasan di kala banyak harta.

Secara umum manusia di dunia mulai mempersoalkan hakikat kehidupan ini. Apakah keadaannya saat ini merupakan hal ideal? Untuk apa manusia diciptakan Tuhan untuk hidup di muka bumi? Apakah perilaku yang diperbuatnya sudah membuat batinnya terpuaskan?

Kita bisa menjawab dengan mudah bahwa apa-apa yang kita perbuat dan peroleh belum memuaskan. Seluruh orang kelihatannya membutuhkan perubahan yang sangat mendasar sehingga akan dapat merasakan kepuasan.

Ada baiknya kita mengevaluasi perjalanan hidup setahun terakhir ini. Sudahkah kita merasakan kepuasan dengan sikap, langkah, dan tindakan yang kita ayunkan setahun ini? Tentu ada orang yang sadar akan pentingnya perubahan dan ujian hidup bahkan menginginkan sebagai pelopor perubahan.

Namun, banyak juga manusia yang tidak siap menghadapi ujian. Ia mencari berbagai alasan yang semuanya tertuju kepada dirinya sendiri. Ia berharap agar ujian tidak menyambanginya. Harapan itu muncul akibat jiwanya kerdil. Sebelum masuk gelanggang sudah menyerah sehingga tidak mungkin ia menjadi juara.

Ada juga kelompok yang menghadapi ujian secara jantan. Kita bisa bagi dalam beberapa kelompok, yakni kelompok frontal tanpa mempertimbangkan metode yang yang harus dipakai. Namun, ada juga kelompok yang penuh dengan perhitungan khususnya risiko yang akan dihadapinya.

Seperti ketika ada batu yang menghadang di jalan, maka ada beberapa cara dalam menghadapinya. Orang pertama bisa saja putus asa karena batu besar menghambat perjalanan hidupnya. Orang kedua akan berkeluh kesah sepanjang hidupnya. Orang ketiga dengan keberanian dan sikap frontalnya langsung menendang batu tersebut agar tidak menghalanginya. Sedangkan orang keempat akan mencari jalan lain yang dianggapnya bisa selamat sampai di tujuan.

Bagaimana sikap kita sebagai Muslim dalam menghadapi berbagai ujian hidup? Kalau kita mempelajari Alquran dengan saksama, maka banyak ayat yang memerintahkan kita untuk menghadapi rintangan dan tantangan bukan dengan menghindarinya. Memang Nabi Muhammad pernah menyendiri di Gua Hira, namun ia tidak pernah memerintahkan kepada umatnya agar bertapa.

Islam mengajarkan umatnya untuk menghadapi ujian dengan penuh keberanian. Ajaran Islam tidak bisa dilepaskan dari kehidupan dunia sampai akhirat termasuk dalam menghadapi ujian. Rasionalitas harus ditunjang dengan spiritualitas. Kalimat bijak mengatakan,"Bekerja lah kamu di dunia sebanyak-banyaknya seolah-olah kamu akan hidup selamanya. Namun beramallah kamu sebanyak-banyaknya untuk akhirat seakan-akan engkau akan mati esok hari".

Sering kita mendengar dan menyaksikan orang-orang Islam sendiri masih mementingkan kehidupan duniawi. Mereka terpengaruh dengan dogma materialisme maupun hedonisme yang mementingkan keduniaan dan kesenangan yang fana. Di sisi lain, sebagian kaum Muslimin juga lebih mementingkan persoalan ukhrawi dengan melupakan dunia.

Krisis yang merupakan bagian kehidupan dan ketentuan Allah tidak lepas dari dua kemungkinan. Pertama, sebagai ujian dari Allah supaya mereka yang mengalaminya mendapat kesempatan menaikkan tingkat keimanannya. Allah berfirman dalam hadis Qudis, "Pergilah kepada hamba-Ku lalu timpakanlah bermacam-macam ujian kepadanya karena Aku mau mendengar suaranya" (H.R. Thabrani dan Abu Umamah).

Ujian yang diberikan kepada seseorang atau bangsa bisa jadi akibat kesalahan, kenikmatan hidup, atau penderitaan (Q.S. Al Anbiya: 35). "Keuntungan yang kamu peroleh datangnya dari Allah dan kepada orang-orang yang memimpinmu adalah karena kesalahan Muslimin sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada seluruh lapisan manusia. Dan untuk itu cukup lah Allah sebagai saksi" (Q.S. An Nisa: 79).

Kedua, hambatan atau tantangan hidup yang kita alami bisa jadi musibah akibat manusia melalaikan amar makruf nahyi munkar (memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran). Allah menggambarkan sekelompok orang dari Bani Israil disiksa karena tidak melakukan amar makruf nahi mungkar.

Sejumlah hadis menyatakan kemungkinan turunnya azab Allah di dunia karena perbuatan dosa tertentu seperti menyakiti orang tua, zina menjadi hiburan istimewa, menyakiti anak yatim, membudayakan kecurangan dalam bisnis, minuman keras dianggap minuman kehormatan, tidak membayar zakat, dan lain-lain.

Ali bin Ai Thalib menyatakan, bencana itu akan turun kecuali (dicegah) dengan taubat. Apabila manusia mampu bersabar ketika menghadapi musibah, maka musibah itu bisa menjadi pengurang dosa baginya. Dalam sabar tercantum makna berjuang sekuat tenaga dalam menghadapi berbagai tantangan dan tawakal, menyerahkan semua hasilnya kepada Allah. Wallahu-a’lam.***
Awas,Perokok Lebih Cepat Menemui Ajal!


Siapa yang masih menyangsikan bahaya dari merokok? Jika Anda termasuk salah satunya, ada baiknya membaca informasi berikut. para peneliti dengan gamblang menjelaskan bahwa umur perokok memang lebih pendek!

Sebuah penelitian yang dilakukan dari tahun 1974 di Norwegia terhadap 54.075
partisipan menunjukkan bahwa penyakit-penyakit cardiovaskular yang menyebabkan kematian sangat berpengaruh karena kebiasaan merokok, seperti yang di kutip dari health24, Kamis (14/5/2009).

Pada penelitian, partisipan dibagi menjadi beberapa kelompok. Yaitu kelompok perokok pasif, bekas perokok, perokok ringan (1-10 batang perhari), perokok sedang (10-20 batang perhari), dan perokok berat (lebih dari 20 batang perhari).

Hasil yang cukup mencengangkan adalah 45% pekokok berat pria dan 33% perokok berat perempuan, mengalami kematian pada kisaran umur 30 tahun.

Merokok juga mengakibatkan seseorang terkena penyakit jantung atau cardiovaskular. Sebanyak 21% laki-laki perokok berat terjangkit penyakit ini. Sedangkan perokok berat 11% perempuan terjangkit penyakit cardiovaskular pada umur 30 tahun.

Ayo matikan rokok Anda sekarang!