Mark Zuckerberg, Pemuda di Balik Kesuksesan Facebook

Pengguna internet mana sih yang tidak tahu Facebook? Facebook adalah website jejaring sosial, penggunanya dapat memiliki halaman profile dan berkomunikasi dengan pengguna lain melalui fitur pesan pribadi, wall, chat, group, page, dan berbagai aplikasi lainnya. Website yang beralamat di www.facebook.com ini memiliki lebih dari dua ratus juta pengguna aktif. Lebih dari tiga juta pengguna Facebook berasal dari Indonesia, dan terus bertambah setiap harinya. Menurut Comscore, Facebook dikunjungi 222 juta pengunjung pada Desember 2008 saja.

Lebih dari seratus juta pengguna mengunjungi Facebook setiap harinya. Bahkan terdapat lebih dari 30 juta pengguna aktif yang mengakses Facebook melalui perangkat mobile. Facebook telah menjadi trend global yang menggemparkan dunia. Yang lebih menggemparkannya lagi, Facebook dipimpin oleh seorang pemuda berumur 24 tahun yang juga pendiri facebook: Mark Zuckerberg.

Mark Zuckerberg lahir dengan nama lengkap Mark Elliot Zuckerberg pada 14 Mei 1984 di Dobbs Ferry, New York, Amerika Serikat. Zuckerberg merupakan keturunan Yahudi yang cukup kaya di daerahnya. Ayahnya, Edward Zuckerberg adalah dokter gigi , sementara ibunya seorang psikiatris bernama Karen Zuckerberg.

Mark mulai mengenal pemrograman komputer saat duduk di bangku sekolah menengah. Ketika Mark melanjutkan studi di Phillips Exter Academy, Mark membantu Ayahnya dengan menciptakan program untuk berkomunikasi di kantor. Dia juga membuat versi dari game strategi bernama Risk, dan menciptakan Synapse: software pemutar musik cerdas yang mampu menganalisa selera penggunanya berdasarkan kebiasaan penggunanya memutar musik. Microsoft dan AOL mencoba untuk membeli lisensi Synapse dan merekrut Mark, namun Mark memilih melanjutkan studi ke Universitas Harvard.

Ketika melanjutkan studi di Harvard, Mark meng-hack server Harvard dan menciptakan Facemesh: Website yang pengunjungnya dapat membanding-bandingkan wajah mahasiswa Harvard dan memberinya ranking apakah mahasiswa tersebut keren atau tidak berdasarkan foto ID Harvard-nya. Website ini berkembang dengan cepat dari mulut ke mulut. Namun beberapa hari kemudian, Facemesh di-blok dan Mark mendapatkan sangsi karena "mencuri" data foto mahasiswa Harvard.

Tiga bulan kemudian, tepatnya pada 4 Februari 2004, Mark merilis Facebook dari kamar asramanya di Harvard. Pada awalnya, Facebook bernama thefacebook dan beralamat di www.thefacebook.com dan hanya ditujukan untuk memudahkan mahasiswa Harvard berkomunikasi saja. Namun perkembangannya sangat pesat. Hanya dalam kurun waktu satu bulan, lebih dari separuh mahasiswa Harvard telah bergabung ke dalam facebook. Tidak lama kemudian, tiga teman Mark: Chris Hughes, Dustin Moskovitz dan Eduardo Saverin bergabung dengan Mark untuk mempromosikan Facebook.

Pada Maret 2004, Facebook akhirnya melakukan ekspansi dengan mengizinkan mahasiswa dari Universitas Yale, Columbia, Stanford dan universitas yang tergabung ke dalam Ivy league (persatuan delapan universitas di Bagian Timur Amerika Serikat yang menunjukan eksklusifitas Universitas) dan area sekitar Boston untuk mendaftar di Facebook. Akhirnya, Facebook mengizinkan semua mahasiswa Universitas di Amerika Serikat dan Kanada untuk bergabung.

Karena perkembangan Facebook yang demikian pesat, pada Juni 2004 Mark dan kawan-kawan memutuskan untuk memindahkan pusat operasional Facebook ke Palo Alto, California. Di Palo Alto Mark menyewa sebuah rumah kecil yang menjadi kantor pertama Facebook. Di sana, Mark bertemu dengan Peter Thiel yang merupakan pendiri dari PayPal - layanan pembayaran online terkemuka. Peter Thiel memutuskan untuk berinvestasi di facebook dengan menyuntikan dana sebesar US$ 500,000 untuk Facebook. Mark dan kawan-kawan yang tadinya berniat untuk kembali ke Harvard, akhirnya memutuskan untuk drop out dari Harvard dan mengembangkan facebook.

Dengan segudang pencapaiannya dengan Facebook, Mark pun diganjar dengan berbagai penghargaan. Mulai dari Best Startup CEO oleh Crunchie Award (Penghargaan di industri web yang diselenggarakan oleh TechCrunch, blog tentang industri web populer) hingga "Salah satu orang paling berpengaruh pada Tahun 2008" versi majalah Time.***
Mekanisme Gerakan Menggaruk

BARU-BARU ini ilmuwan ingin mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya rasa gatal sehingga merangsang makhluk hidup untuk menggaruk. Riset yang dilakukan University of Minnesota menemukan bahwa menggaruk merupakan kegiatan yang dikendalikan oleh syaraf spinal cord yang menyampaikan rasa gatal kepada otak. "Kami ingin mengetahui jika kami bisa mencegahnya dengan lebih sedikit risiko yang disebabkan oleh garukan. Studi ini memberikan pencerahan, kami menemukan tempat utama di mana aktivitas menggaruk bekerja," demikian ujar Professor Glenn Giesler Jr. Menggaruk gatal secara biasa tidak akan menimbulkan luka. Namun jika rasa gatal sudah sangat parah bisa menimbulkan luka bekas garukan yang parah. Dalam keadaan gatal biasa seperti yang disebabkan gigitan nyamuk, sel pada kulit melepaskan senyawa kimia yang dinamakan histamine. Sensor syaraf tertentu kemudian merespons histamine lalu menyampaikan pesan rasa gatal ke spinal cord. Selanjutnya pesan tersebut diteruskan lagi ke seluruh bagian otak yang disebut thalamus. Syaraf-syaraf ini merupakan bagian dari sekumpulan syaraf spinal bernama spinothalamic tract atau STT. Dari thalamus, pesan rasa gatal itu diteruskan lagi ke bagian cerebral cortex yang menerjemahkan sinyal dan menghasilkan sensasi rasa gatal. Kemudian agar rasa gatal menjadi ringan, tubuh melakukan gerakan menggaruk.
Tertawa Bisa Kurangi Risiko Diabetes

Gelak tawa dapat membantu penderita diabetes meningkatkan kadar kolesterolnya dan menurunkan risiko penyakit pembuluh darah dan jantung, Demikian hasil suatu studi terbaru. Menurut Lee Berk dari Loma Linda University, yang memimpin studi itu, pilihan gaya hidup berdampak mencolok pada kesehatan dan penyakit. Para peneliti membagi 20 pasien diabetes berisiko tinggi yang semuanya menderita darah tinggi dan hyperlipidemia (penyakit pembuluh darah dan jantung) ke dalam dua kelompok yang keduanya diberi obat diabetes standar. Kelompok L diberi waktu 30 menit untuk menikmati humor yang mereka pilih, sementara Kelompok C --kelompok pemantau--- tidak. Proses itu berlangsung selama satu tahun pengobatan.Sekitar dua bulan proses pengobatan, semua pasien di kelompok tertawa (Kelompok L) memiliki tingkat hormon epinephrine dan norepinephrine --dipandang sebagai penyebab stres-- lebih rendah. Setelah 12 bulan, kolesterol HDL (kolesterol baik) telah naik 26 persen pada Kelompok L tapi hanya 3 persen di dalam Kelompok C.Dalam pengukuran lain, protein C-reaktif, penanda radang dan penyakit pembuluh darah serta jantung, turun 66 persen pada kelompok tertawa tapi hanya 26 persen pada kelompok pemantau."Dokter terbaik mengerti bahwa ada campur tangan psikologis hakiki yang ditimbulkan oleh emosi positif seperti gelak tawa dengan riang-gembira, optimisme dan harapan," kata Berk.Kendati demikian, Berk menilai tertawa menjadi obat yang bagus dan sama berharganya dengan obat diabetes, tapi berkeras bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan guna memastikan apa maksud dari semua hasil itu.
Permen Karet Tingkatkan Kepintaran

Banyak asupan konsumsi yang bisa bermanfaat bagi kesehatan dan bisa meningkatkan kemampuan seseorang dalam keahlian tertentu, misalnya kemampuan matematika. Sebelumnya pernah ada penelitian yang menyebutkan coklat bisa meningkatkan kemampuan berhitung. Kali ini, studi terbaru di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa permen karet selain dapat mengendalikan asupan kalori ternyata juga dapat meningkatkan kemampuan matematika. Adalah Craig Johnson dari Baylor College of Medicine, Houston, Texas, bersama dengan tim risetnya meneliti empat kelas matematika berisi 108 pelajar berusia 13 hingga 16 tahun di Houston. Setengah dari keseluruhan pelajar diizinkan mengunyah permen karet bebas gula selama pelajaran, saat mengerjakan PR dan ketika ujian. Sebaliknya, setengahnya lagi tidak diperbolehkan makan permen karet. Setelah 14 pekan, pada ujian matematika nilai murid yang mengunyah permen karet naik sekitar tiga persen. Bahkan saat ujian akhir, nilai mereka mengungguli pelajar yang tidak mengunyah permen karet. Hasil temuan tersebut, menurut para ahli, berkorelasi dengan tingkat stres pelajar. Gil Leveille, Direktur Eksekutif dari Wrigley Research Insitute, yang juga produsen permen karet di Amerika menanggapi hal ini dengan gembira. "Untuk pertama kalinya kami bisa memperlihatkan dalam situasi nyata bahwa murid-murid memperlihatkan kemampuan matematika yeng lebih baik pada saat mereka diizinkan mengunyah permen karet," ujarnya.
"Qurrata A`yun"

SETIAP orang tua Muslim, bisa dipastikan memiliki harapan dan keinginan memiliki anak-anak yang saleh. Anak-anaknya tumbuh sebagai qurrata-a`yun yakni menjadi kebanggaan.

Keinginan itu bisa dibuktikan dari dua ungkapan. Pertama, ungkapan kepada sesama, ketika anak kita lahir atau dikhitan. Kepada keluarga, tetangga, dan sahabat yang hadir atau menjenguk, yang dimohonkan kepada mereka adalah doa agar anak tersebut menjadi anak yang saleh. Kedua, ungkapan kepada Allah dalam doa yang memohon agar keturunannya menjadi qurrata-a`yun, menjadi kebanggaan, baik lahir maupun batin, kebanggaan dunia dan akhirat.

Harapan dan keinginan tersebut tentu dilandasi keyakinan akan jaminan Nabi saw. yang menyatakan, di antara empat hal yang akan membawa kebahagiaan seseorang, adalah jika memiliki anak-anak yang saleh ( H.R. Ath-Thabrani). Nabi saw. juga menyatakan di akhirat nanti, akan ada banyak orang tua yang mendapat tempat sangat istimewa di surga, berkat doa dan istigfar anak-anaknya yang salih (H.R. Ahmad).

Selain itu, tak sedikit orang tua yang hidupnya begitu tenang dan bahagia karena anak-anaknya saleh. Sebaliknya, kita sering pula menyaksikan banyak orang tua yang sakit berdiri, tidak enak makan dan tidur, karena memikirkan perilaku anak-anaknya yang jauh dari kesalehan.

Apalagi jika kita memperhatikan bunyi Q.S. Al-Ma`arij : 10-14, yang mengisyaratkan bahwa anak-anak yang durhaka, nanti di akhirat bukan akan menjadi kebanggaan orang tua atau mengangkat harkat dan martabat orang tua, tapi malah ia akan memohon kepada Allah SWT agar masuk nerakanya digantikan oleh kedua orang tuanya. Orang tua mana yang sudi masuk neraka, hanya karena "diseret" anak-anaknya.

Anak saleh secara sederhana bisa didefinisikan sebagai anak yang beramal kebajikan. Caranya, sejak dini ditanamkan mahabbah atau kecintaan kepada amal saleh. Kecintaan akan melahirkan pengorbanan, sehingga anak-anak kita akan rela mengorbankan waktu, tenaga, harta, dan bahkan nyawa sekalipun, untuk beramal saleh.

Sesuai dengan ungkapan "tak kenal maka tak sayang ". Kecintaan kepada amal saleh bisa ditanamkan melalui kegiatan pendidikan. Dalam Islam dikenal prinsip pendidikan sepanjang hayat (long life education), yakni Minal Mahdi ilal-lahdi. Tapi yang terbaik dilakukan tentu sejak dini, sejak masih anak-anak atau masih muda. Pepatah menyebutkan, pendidikan sejak kecil ibarat memahat di batu, pendidikan sesudah tua ibarat menulis di air.

Batutulis di Sungai Ciaruteun, Bogor, usianya sudah ratusan tahun, tapi masih ada dan masih bisa dibaca. Belajar setelah tua biasanya susah ingat, tapi mudah lupa. Nabi saw. menjanjikan jika Allah bermaksud memberi kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan menjadikan orang itu memahami agamanya dengan baik (H.R.Muslim). Pemahaman terhadap agama tentu tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan harus diusahakan.

Target pendidikan di Indonesia dijabarkan dalam Trichotomi Pendidikan, yakni 3H: Head (kepala atau otak yang cerdas ), heart (hati yang beriman dan bertakwa yang akan melahirkan akhlakul karimah), dan hand ( tangan yang terampil). Singkatnya, membentuk SDM yang cerdas, takwa, dan terampil.

Tentu target tersebut sangat ideal, tapi sayangnya tidak dijabarkan dalam struktur kurikulum pendidikan nasional yang ideal pula. Sebagai bukti misalnya, mata pelajaran agama yang dialamatkan kepada heart (hati), hanya dialokasikan dengan jumlah jam belajar yang sangat minim. Berbeda kontras dengan alokasi jam belajar bagi mata pelajaran yang dialamatkan ke otak. Padahal, spektrum atau cakupan ajaran agama itu sangat luas.

Apalagi belum pernah ada political will dari pemerintah, untuk memasukkan mata pelajaran agama termasuk yang di -Ujian Nasional (UN)-kan, agar perhatian murid dan guru terhadap pelajaran agama menjadi kuat. Sementara itu di dalam keluarga, banyak orang tua yang merasa cukup memberikan pelajaran agama kepada anak-anaknya, dengan apa yang mereka dapatkan di sekolah saja. Tidak ada upaya lainnya.

Oleh sebab itu, kita tidak heran jika banyak lulusan lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, yang baru bisa melahirkan lulusan yang cerdas otaknya, sehat fisiknya, terampil tangannya, tapi menyedihkan akhlaknya!

Setelah selesai mengikuti UN, banyak orang tua yang bimbang dalam menentukan pilihan, lembaga pendidikan mana yang akan dipilih untuk menjadi tempat bagi anak-anaknya melanjutkan pendidikannya? Rata-rata mereka memilih lembaga pendidikan yang baik secara otak, bahkan menjamin pekerjaan, sedangkan urusan pembentukan akhlak sama sekali tidak dilirik.

Untuk membentuk generasi qurrata-a`yun, Nabi saw. dalam hadis riwayat Abu Nuaim sudah mengingatkan, agar kita tidak duduk belajar pada semua orang pandai (alim) kecuali orang alim yang menuntun kita dari lima perkara kepada lima perkara. Yakni, dari keragu-raguan kepada keyakinan, dari riya kepada ikhlas, dari sombong kepada rendah hati, dari serakah kepada zuhud, dan dari permusuhan kepada kejujuran.

Jika hadis tersebut kita hubungkan kepada lembaga pendidikan, maka Nabi saw. menganjurkan agar dalam memilih lembaga pendidikan bagi anak-anak kita, kita tidak hanya melihat fasilitas, sarana dan prasarana pendidikannya, melainkan mutu lulusannya. Apakah para alumninya di samping cerdas dan terampil, juga memiliki keyakinan agama yang kuat? Lalu, lulusannya ikhlas dalam bekerja, rendah hati, zuhud, dengan hidupnya tidak diperbudak oleh harta dunia dan jujur.

Hal lain yang penting adalah keteladanan dari para orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan pejabat publik. Lingkungan pergaulan juga menjadi variabel penting dalam mewujudkan harapan dan keingingan punya keturunan yang menjadi kebanggaan (qurrata-a`yun). Wallahualam.***