MERAWAT HATI

"Ketahuilah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh pun akan baik, dan jika ia rusak, seluruh tubuh pun akan rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." (H.R. Bukhari dan Muslim) Hadis di atas menerangkan bahwa baik buruknya seseorang bergantung pada kondisi hatinya karena hati merupakan bagian terpenting dalam tubuh manusia. Secara medis pun, hati merupakan penentu bagi seseorang. Andai hati seseorang baik, maka ia akan mampu menyuplai darah dengan baik ke seluruh tubuh. Hati juga laksana raja yang memiliki bala tentara. Siapa bala tentara hati? Mereka adalah mata, lisan, dan indra. Jika kita ingin mengetahui status hati, maka amatilah bala tentaranya. Pepatah mengatakan, "Jika raja baik, rakyat pun ikut baik dan jika raja bobrok, rakyat pun ikut bobrok. Lihatlah hati kita, niscaya akan kita ketahui kondisi anggota fisik kita. Lihatlah laku fisik kita, niscaya akan kita ketahui kondisi hati kita". Terkait hadis di atas, Imam Syafi’i berpendapat bahwa sumber akal adalah hati. Ini juga diperkuat firman Allah SWT, "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Q.S. Al-A’raf [7]: 179) Karena pentingnya hati, hendaknya kita selalu berupaya menjaganya agar tetap suci, bersih dari segala noda, kosong dari segala kebusukan, steril dari dendam, jauh dari kedongkolan, suci dari kebencian, aman dari kedengkian, bebas dari buruk sangka, terhindar dari khianat, aman dari gibah, dan lepas dari hasrat hawa nafsu. Untuk itu, ada beberapa tuntunan Islam yang dapat kita lakukan agar hati tetap bersih dan suci. Pertama, selalu mengingat Allah (dzikrullah). Dengan mengingat Allah SWT, kita menjadi takut akan ancaman-Nya jika melakukan dosa yang disebabkan penyakit hati. Oleh karena itu, dengan mengingat Allah SWT hati menjadi tenteram. Allah SWT berfirman, "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (Q.S. Ar-Ra’d [13]: 28) Kedua, memperbanyak istigfar karena istigfar merupakan pelenyap dosa. Setiap dosa meninggalkan noda hitam pada hati. Noda hitam bisa lenyap dengan melakukan istigfar. Sabda Nabi saw., "Sesungguhnya bila seorang Mukmin melakukan satu dosa, pada hatinya timbul satu noda hitam. Bila dia bertobat, berhenti dari maksiat, dan beristigfar, niscaya mengkilap hatinya." (H.R. Ahmad). Ketiga, meninggalkan syubhat. Sesungguhnya perkara syubhat dapat membuat gelisah pemiliknya. Oleh karena itu, Rasulullah saw. bersabda, "Tinggalkan apa yang meragukan dan beralihlah kepada apa yang tidak meragukan." (H.R. Tirmidzi) Keempat, beriman kepada qadar dan rida terhadap qadha-Nya. Sebab, di antara faktor yang membuat hati menjadi tenang, nyaman, dan tenteram adalah iman kepada qadar. Allah SWT berfirman, "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (Q.S. At-Taghabun [64]: 11) Kelima, berpuasa dan menjaga diri bagi yang belum mampu menikah. Nabi saw. bersabda, "Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu menikah, hendaknya dia menikah. Karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa belum mampu, maka dia harus berpuasa. Karena puasa itu adalah perisai baginya." (H.R. Bukhari dan Muslim) Keenam, memilih teman yang saleh. Teman mempunyai pengaruh besar terhadap kebersihan hati. Nabi saw. bersabda, "Perumpamaan teman yang saleh dan yang buruk seperti seorang pemilik minyak wangi dan peniup pandai besi. Seorang pemilik minyak wangi jika dia tidak memberimu, maka kamu bisa membeli darinya; atau paling tidak kamu mencium bau harum darinya. Adapun peniup pandai besi, jika dia tidak membakar bajumu, maka kamu pasti akan mencium bau yang tidak sedap darinya." (H.R. Bukhari dan Muslim) Ketujuh, selalu berdoa. Sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw., "Ya Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu". Dan dalam kesempatan yang lain Rasulullah saw. berdoa, "Ya Allah sesungguhnya saya minta diberi hati yang baik." Oleh karena itu, Hasan Al-Bashry pernah berkata pada seseorang, "Obati hatimu karena yang dikehendaki Allah dari hamba-Nya adalah kebaikan hatinya". Wallahu’alam. ***