Zaitun, Emas Cair dari Mediterania

Mediterania adalah kawasan Laut Tengah, sebuah laut yang amat luas yang merupakan pemisah antara Benua Afrika Utara, Eropa Selatan, dan sebagian Asia Barat. Jika kita lihat, maka negara-negara yang berhadapan langsung dengan Laut Tengah antara lain Yunani, Turki, Italia, Spanyol, Portugal, Mesir, Tunisia, Aljazair, Maroko serta Syria, dan Lebanon.

Selama ribuan tahun, masakan khas Mediterania selalu bergantung kepada minyak zaitun sebagai pelezatnya. Menurut para ahli budi daya tanaman, pohon zaitun memang cocok hidup di wilayah ini sehingga tidaklah mengherankan jika minyak zaitun yang diproduksi dunia, 95 persennya berasal dari kawasan ini. Diperkirakan, minyak zaitun yang dihasilkan dari kawasan Mediterania sekitar 1,7 miliar liter setiap tahunnya.

Di Mediterania, kata "minyak" selalu identik dengan "minyak zaitun". Malahan kata "minyak" dalam bahasa Spanyol yaitu aceite, berasal dari bahasa Arab azzayt, yang arti harfiahnya "sari buah zaitun."

Selama ribuan tahun, proses untuk mendapatkan minyak zaitun masih tetap sama dan sangat sederhana. Sewaktu buah zaitun masak di pohon, maka warnanya akan berubah dari hijau menjadi hitam mengilat. Para petani akan memukul-mukulkan tongkatnya pada dahan pohon zaitun agar buahnya yang telah masak berjatuhan. Lalu dikumpulkan, lantas buah beserta bijinya dilumatkan di penggilingan. Ampasnya disingkirkan, dan minyaknya dipisahkan dari airnya dengan cara diendapkan dalam sebuah tangki pengendapan, maka yang tersisa adalah minyak zaitun murni yang siap untuk digunakan. Minyak zaitun inilah yang akan memanjakan lidah dan menyehatkan tubuh pada hampir semua keluarga di kawasan Mediterania.

Dengan proses penyaringan (ekstraksi) seperti itu, maka minyak yang dihasilkan dari buah zaitun tidaklah memerlukan zat tambahan lainnya ataupun proses kimiawi apa pun, sehingga semua kandungan rasa dan aromanya sangat alami dan tetap terpelihara kemurniannya.

Kini, para ahli telah berhasil mengklasifikasikan lebih dari 680 macam varietas zaitun. Menurut para ahli, di samping varietas yang berlainan, maka faktor-faktor lain, seperti jenis tanah, cuaca/iklim, masa panen dan perbedaan proses ekstraksinya, akan memengaruhi keunikan rasa, warna, dan aromanya.

Ditinjau dari sisi kesehatan, ternyata pola makan penduduk Mediterania yang selalu menyertakan minyak zaitun dalam hidangan sehari-harinya, telah mengantarkan mereka kepada kehidupan yang lebih sehat dan lebih lama (panjang umur). Minyak tersebut dipakai ketika menggoreng, merendam atau membumbui makanan.

Salah satu kandungan utama dalam minyak zaitun adalah asam oleat (hampir 80 persen), yang sangat baik untuk kelancaran sistem peredaran darah sehingga bisa memproteksi diri dari risiko terkena penyakit jantung.

Selain asam oleat, minyak zaitun juga mengandung vitamin E dan polifenol sebagai antioksidan dan baik untuk kesehatan dan menjaga kelembapan kulit. Ternyata khasiat minyak zaitun untuk melembabkan kulit ini, sudah diketahui oleh orang-orang Yunani dan Romawi sejak ribuan tahun yang lalu.

Sejarah lain menunjukkan, pada abad ke-6, para petani di kawasan ini bisa membuat sabun dengan cara mencampur minyak zaitun dengan abu dari tumbuhan laut. Cerita lainnya datang dari bangsa Samaria yang memakai minyak zaitun dan anggur untuk mengobati luka.

Hasil yang berlimpah dari pohon zaitun, dapat dinikmati dalam waktu yang lama. Satu pohon zaitun dapat menghasilkan tiga sampai empat liter minyak setiap tahunnya. Bisa dibayangkan, kalau para petani di sana bisa menikmati kemakmuran dari pohon ini. Dengan begitu, tidaklah mengherankan kalau zaitun dijuluki sebagai "Emas Cair dari Mediterania". (Vanya Ayu Helvinda/ dari berbagai sumber)***