Indahnya Saling Menasihati

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran." (Q.S. al-`Ashr [103]: 1-3)

WAKTU adalah modal. Berjalannya waktu berarti berkurangnya modal. Kerugian akan mengiringi setiap orang bersamaan dengan berlalunya waktu. Apabila seseorang tidak mampu meraih keuntungan dari tiap detik kehidupannya, semakin tua usianya, semakin banyak kerugiannya. Ketika waktunya habis karena maut, ia akan pulang dengan tangan hampa bahkan membawa beban dosa.

Keuntungan ada pada tiga hal. Pertama, menghabiskan waktu untuk mempertebal iman. Tanpa iman yang kokoh orang akan terseret kepada cinta dunia dan lupa akhirat. Ketika berbuat sesuatu, orientasinya hanya keuntungan dunia. Meskipun banyak harta dan pangkat tinggi, ia akan menjadi budak harta dan pangkatnya. Sebanyak apa pun amalnya, kalau tanpa iman, tidak akan diterima Allah.

Kedua, seseorang akan untung kalau ia menghabiskan waktunya untuk beramal. Di akhirat nanti, yang akan dinilai adalah amal. Aktivitas apa pun yang tidak menjadi amal hanya akan membuang waktu dan tenaga. Sesuatu bisa menjadi amal kalau niatnya ikhlas dan perbuatannya benar di jalan Allah.

Ketiga, seseorang akan beruntung kalau ia menggunakan waktunya untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Alangkah indahnya apabila kehidupan kita sudah disemarakkan dengan semangat saling menasihati. Betapa tidak, setiap orang butuh keselamatan. Selamat dari kerusakan, kebodohan, kecelakaan, kekurangan, kelalaian, dan kesalahan. Ia tidak mungkin dapat melihat bahaya-bahaya tadi hanya dengan mata dan telinganya sendiri. Ada ribuan mata dan telinga saudaranya yang dapat membantu melihat bahaya-bahaya yang mengancam. Pemberitahuan itu adalah nasihat, saran, atau kritik. Namun, meskipun kita butuh pemberitahuan atau nasihat, tidak semua orang siap menerima nasihat.

Ada beberapa kiat yang dapat kita terapkan dalam menerima nasihat atau kritik agar dapat menjadi sarana pembangunan kemuliaan. Pertama, rindu kritik dan nasihat. Setiap kita tidak pernah bosan-bosannya melihat cermin walaupun wajah yang ada dalam cermin adalah wajah yang itu-itu juga. Kita tidak pernah keberatan untuk merapikan rambut apabila cermin memperlihatkan gambar rambut yang acak-acakan. Kita pun tidak pernah marah kepada cermin apabila di cermin kita melihat di mata kita ada kotoran. Reaksi kita adalah membuang kotoran itu dan bukan memecahkan cermin. Ketahuilah, orang-orang di sekitar kita adalah cermin yang memberitahukan apa kekurangan kita. Oleh karena itu, sepatutnya lah, kita bergembira ketika ada yang memperlihatkan kekurangan kita. Dengan demikian, kita menjadi tahu dan dapat segera memperbaiki diri.

Kedua, bertanya. Belajarlah bertanya kepada orang tentang kekurangan-kekurangan kita dan belajar pula untuk mendengar dan menerima kritik. Istri, suami, anak-anak, dan teman-teman adalah cermin yang dapat ditanyakan mengenai kekurangan kita.

Ketiga, nikmati kritik. Persiapkan diri menghadapi kenyataan bahwa kritik tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Kritik selain mengandung isi juga melibatkan cara. Kadang isinya benar, tetapi caranya kurang bijak. Ada yang isinya salah, tetapi caranya benar. Ada yang isi maupun caranya salah. Ada pula yang isi dan caranya juga benar. Namun, tidak ada kerugian sedikit pun bagi kita selama cara kita menyikapinya benar. Dengarkan dengan baik dan jangan memotong, apalagi membantah.

Keempat, syukuri. Adanya orang yang peduli dengan memberikan kritik kepada kita merupakan karunia yang patut disyukuri. Jangan lupa mengucapkan terima kasih. Apabila kita berubah menjadi lebih baik melalui nasihat seseorang, jangan lupakan ia dalam doa kita dan sebutlah namanya ketika kita menyampaikan nasihat yang sama kepada orang lain.

Kelima, perbaiki diri. Lihatlah apakah benar ada kekurangan pada diri kita. Jawaban terbaik ketika dikoreksi bukanlah membela diri, tetapi memperbaiki diri. Sibukkan diri dengan mendengar kritik dan iringi dengan memperbaiki diri.

Keenam, balas budi. Sebagai orang yang tahu terima kasih dan menghargai sebuah pemberian, sudah selayaknya kita membalas pemberian kritik. Itu sebagai pemberian hadiah pula. Kalau tidak mampu memberikan sesuatu yang berharga, paling tidak sebuah ucapan terima kasih yang tulus dan doa yang ikhlas. Wallahualam.***