Humor Orang Indonesia di Australia

SAAT sarapan pagi di salah satu rumah di Risdon Drive, dekat Universitas Monash di Melbourne, Ahmad Bukhori, kandidat doktor yang dosen UPI Bandung bercerita, "Atas nasihat gurunya, seorang pembelajar bahasa Inggris asal Bandung terbang ke Melbourne sebagai turis, untuk belajar bahasa Inggris. Orang yang di tanah airnya baru belajar menghitung angka-angka dalam bahasa Inggris itu, antre di Bandara Tullamarine untuk memeriksakan dokumen perjalanannya, sebelum keluar dari bandara. Sebab, menyenggol seorang pria bule lokal, orang Sunda ini berkata,

"I am sorry."
"I am sorry, too," kata pria bule itu.
"I am sorry three," kata orang Bandung. Seorang teman pria bule itu menyela, "What is this man sorry for?"
"I am sorry five," kata sang turis.
"Are you sick?" tanya pria bule pertama.
"I am sorry seven," jawab orang Bandung.

Itulah salah satu humor terbaru orang Indonesia saya dengar di Benua Kanguru. Berdasarkan pengamatan saya, jangankan pendatang sementara, pemukim Indonesia yang telah puluhan tahun tinggal di Australia, senang berbagi humor, baik sebagai penyampai ataupun sebagai pendengar. Humor mereka yang spontan kerap muncul dalam situasi komunal, terutama di kalangan pria. Pengamatan Wheeler (1928) masih aktual bahwa rasa humor yang tinggi adalah ciri sejati kaum Melayu. Berikut adalah beberapa humor lain yang saya dengar pada masa tugas belajar saya di Monash University periode 1991-1995:

* Seorang Indonesia bernama Ahmad Rum yang belum mampu berbahasa Inggris, terbang ke Australia untuk pertama kalinya. Dalam pesawat ia ditawari makan malam oleh pramugari. "What would you like to eat, Sir? Chicken, egg or mushroom?" Ahmad Rum kaget. Dia pikir, "Lho kok pramugari itu tahu nama saya (Mas Rum)?" Maka Rum pun bertanya, "How did you know my name?"

* Para istri yang ikut suami belajar di Australia juga memperoleh gelar Ph.D., asalkan melahirkan di Australia, meskipun mereka sendiri sama sekali bukan mahasiswa S-3. Ternyata gelar Ph.D. mereka itu bukan singkatan dari "Philosophy Doctor," melainkan singkatan dari "Pernah hamil Di sini."

* Seorang perempuan yang mengikuti suaminya belajar di Melbourne dan tidak memahami bahasa Inggris, merasa heran bahwa ternyata di Melbourne banyak juga orang yang menjual sale (pisang sale), ketika ia melihat banyak tulisan "sale" di berbagai toko. Tentu saja yang dimaksud sale di sana adalah kata Inggris yang artinya "obral."

* Seorang anak yang ikut ayahnya belajar di Australia, sesampainya di Benua Kanguru dan melihat banyak orang bule berkomentar, "Pak, kok di sini banyak turis, ya?"

Seperti di Tanah Air, humor orang Sunda dan orang Jawa khususnya, sering menyerempet masalah seks. Saya masih ingat, belasan tahun lalu pada suatu pertemuan Paguyuban Jawa di Melbourne, seorang dokter tamu bersuku Jawa memberikan ceramah kesehatan. Beberapa komentar muncul, diselingi tawa hadirin yang terutama adalah pemukim lama. Ketika dokter berkata, "Berhenti makan sebelum kenyang," seorang ibu menyela, "Itu seperti patah senggama." Hadirin terbahak. Ketika dokter berujar, "Sayuran merah seperti wortel baik untuk kesehatan," seorang wanita lain bertanya, "Bagaimana dengan lipstik?" "Itu baik untuk suami, supaya pikirannya sehat," jawab dokter.

Belum lama, di teras markas komunitas Indonesia di Westall, Ade Faisal, seorang pemukim Indonesia, menggoda Dadang yang baru pulang dari Bandung untuk menikah dan kini menunggu kedatangan istrinya. "Meskipun ada gempa di Bandung, Dadang mah tak merasakannya," goda Ade di depan beberapa teman lain. Akhir pekan belakangan saat saya, Prof. Yudi dari Fakultas Farmasi dan Prof. Sobana dari Fakultas Sastra Unpad jalan-jalan ke Mornington Peninsula, Prof. Sobana nyeletuk, "Bupati dan Sekwilda akan segera datang ke sini." Ade Faisal, pengantar kami, terkejut. Ia boleh jadi berpikir, masak para kepala daerah Indonesia mau "studi banding" ke daerah pantai ini. Ternyata yang Prof. Sobana maksudkan dengan bupati adalah "Buka paha Tinggi-tinggi" dan Sekwilda adalah "Sekitar Wilayah Dada." Ade pun tertawa.

**

Manusia adalah makhluk pencerita (homo narrans). Menurut Walter Fisher, rasionalitas manusia terutama didasarkan atas cerita (naratif), termasuk humor. Sementara humor seperti bercerita, berdoa, berspekulasi, berterima kasih, memerintah, atau menguji hipotesis,---menggunakan metafora Ludwig Wittgenstein---adalah permainan (game) berlainan yang dimainkan dengan bahasa, tidak untuk dibandingkan, mana yang lebih ilmiah atau kurang ilmiah (Philips, 1987). Secara umum, corak budaya manusia termasuk pola pikirnya, dapat kita tangkap lewat humor mereka. Humor yang berkembang pada suatu organisasi dapat kita teliti secara ilmiah lewat pendekatan interpretif. Misalnya berdasarkan teori konvergensi simbolik dari Ernest Bormann (1990), humor yang beredar di kalangan majanemen atas, staf, dan anggota-anggota organisasi dapat menggambarkan kesehatan iklim organisasi dan kesuksesan organisasi.

Hampir semua orang menyukai humor. Nabi Muhammad saw. adalah manusia biasa seperti kita yang suka tersenyum dan tertawa. Pernah diriwayatkan, seorang nenek tua bertanya kepada Nabi, "Apakah saya akan masuk surga?" Nabi menjawab tidak. Nenek itu kecewa. Akan tetapi, Nabi kemudian menjelaskan bahwa memang nenek-nenek tidak akan masuk surga, karena di surga tidak ada nenek-nenek."Nenek akan berubah menjadi perawan muda jika masuk surga," kata Nabi sambil tertawa. Khasanah Islam pun tidak kering dari humor. Dalam cerita sufi ada tokoh Nasarudin Hoja yang humornya cerdas.

Sebagai manusia, orang Australia juga suka humor. Misalnya di Melbourne, ketika mengantar seorang pemukim Indonesia untuk mengecek mobilnya yang diperbaiki, di salah satu koridor saya melihat plakat logam bertuliskan "Aturan Kerja": Aturan 1. Bos selalu benar, 2. Jika bos salah, lihat aturan 1. Namun, berdasarkan pengamatan saya, rasa humor orang Indonesia di Australia tetap lebih tinggi dari humor warga lokal. Dalam konteks ini, banyak teoretisi psikologi berpendapat bahwa humor adalah mekanisme untuk beradaptasi. Misalnya Thorson berkilah, humor dapat digunakan sebagai pertahanan melawan rasa takut dan sebagai sarana untuk mengendalikan peristiwa yang tak dapat mereka kontrol. Pada pandangan Shurcliff, humor berfungsi sebagai alat pelegaan dari kemarahan memuncak yang berhubungan dengan antisipasi akan pengalaman negatif; sedangkan Lucas berkata, "Khalayak mungkin akan berkonsentrasi lebih baik mengenai krisis, bila mereka santai pada saat-saat antara." Pendek kata, humor membantu melepaskan tekanan karena ketegangan dan momen tragis, bukan hanya dalam produksi drama, juga pada kehidupan nyata (King, 2003).

Menarik apa yang dikatakan Frank S. Caprio dalam bukunya How to Enjoy Yourself (1982), "Humor itu sangat perlu dan penting bagi kehidupan." Caprio menyamakan humor dengan kebutuhan oksigen bagi paru-paru kita. Hal ini tentu lebih penting lagi bagi orang-orang Indonesia di Australia, dalam studi penelitian atau pekerjaan yang penuh tekanan dan keterasingan. De-ngan kata lain, mereka menggunakan humor dan lelucon agar tetap betah, senang, dan bahkan sukses pada tugas mereka di perantauan. (Deddy Mulyana, Guru Besar dan Dekan Fikom Unpad, peserta Program Academic Recharging Dikti di Monash University, Melbourne, Australia)***
Selamat di Jalan

Pernah ngerasa sial banget saat berkendara? Sial karena distop Pak Polisi tentunya tidak disebabkan oleh hal yang enggak jelas. Pasti ada sesuatu yang bikin Pak Polisi di jalan raya memberhentikan kendaraan kamu. Nah, biar lebih berhati-hati, mendingan kamu baca beberapa perilaku buruk pengendara motor yang bisa bikin kamu kena stop polisi.

1. Saat di lampu merah, nerobos garis putih dan zebra cross. (Pasal 287, kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00)

2. Masih di lampu merah, nerobos, bergerak sebelum lampu hijau. (Pasal 287, kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00)

3. Memakai knalpot yang suaranya bising. (Pasal 285 ayat (1) kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00)

4. Menyalip dari kiri jalan tanpa memperhatikan kendaraan lain. (Pasal 300, kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00)

5. Belok tanpa menyalakan lampu sign. (Pasal 294 menegaskan, ancaman pidana penjara satu bulan atau denda Rp 250.000,00)

6. Berboncengan lebih dari dua orang. (Pasal 292, kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00)

7. Berkendara dengan kecepatan tinggi di tengah keramaian lalu lintas jalan raya. (Pasal 287 ayat (5) kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00)

8. Berkendara sambil menelefon atau SMS. (Pasal 283, kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak Rp 750.000,00)

9. Aksi balapan liar di jalan umum. (Pasal 297, kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp 3 juta)

10. Motor tidak memiliki kaca spion. (Pasal 285 ayat (1) kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00)

11. Melawan arus kendaraan. (Pasal 287 ayat (1) kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00)

12. Berkendara tidak punya STNK. (Pasal 288 ayat (1) kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00)

13. Berkendara tidak punya SIM. (Pasal 281, tidak punya SIM kurungan paling lama empat bulan atau denda paling banyak Rp 1 juta). ***
Belajar dari Kesalahan Yuk!

Hanya keledai yang jatuh pada lubang yang sama. Pengalaman adalah guru yang sangat baik. Begitu bunyi dua pepatah yang sudah sering kita dengar atau kita baca. Dua istilah itu memang tidak asing lagi di telinga kita karena pasti kita pernah mendengarnya. Kenapa sih kita harus belajar dari kesalahan dan pengalaman, bagaimana caranya belajar dari kedua hal tersebut.

Belajar dari pengalaman adalah upaya kita untuk selalu melihat langkah yang telah kita lakukan karena pengalaman belum tentu terulang lagi. Kehidupan yang sukses di masa depan berkaitan dengan apa yang kita lakukan di masa lalu. Jadi, melihat pengalaman masa lalu adalah proses belajar. Saat kita gagal dalm melakukan sesuatu, terus kita gagal lagi di hal yang sama, berarti kita tidak belajar. Pengalaman itu guru yang terbaik dan harus diingat, yang penting adalah prosesnya jangan lihat hasil akhirnya.

Kita memang tidak harus selalu melihat ke belakang. Akan tetapi, jadikan pengalaman itu seperti bahan referensi. Bila kamu mengerjakan sesuatu tugas atau pekerjaan, masalah sukses atau tidak tergantung dari apa yang telah kita lakukan. Selain itu, Jangan setengah-setengah, jangan jadi rata-rata. Kamu boleh saja jadi satu dari banyak orang dengan kemampuan atau bakat yang sama, tetapi jangan berhenti sebagai "pemain yang biasa-biasa saja". Kamu harus bisa lebih baik, cari sisi yang bisa kamu lakukan dengan kemampuan maksimal kamu.

Kita bisa belajar dari pengalaman sendiri karena kadang ada masalah yang kita temui lebih dari sekali. Tetapi, kita juga bisa belajar dari pengalaman orang lain karena kadang orang lain telah lebih dahulu melewati suatu masalah yangg sama persis atau mirip dengan apa yang kita hadapi. Jadi, jangan sungkan memetik hikmah dari pengalaman orang lain.

Kalau kamu pernah mendengar istilah "trial and error", artinya kita sedang berusaha mencari pengalaman. Dari pengalaman itu kita bisa mendapatkan kesimpulan penyelesaian masalah.***