Selamat Jalan Pahlawan Angkasa ...

Dengar gemuruh angkatan udara
Gegap gempita jaya perkasa
Tak gentar menentang angkara murka
Menembus angkasa menjaga persada

Rakyat bangga padamu
Berikan dharma baktimu
Dengan semboyan Swa Bhuwana Paksa
Teruskan tugas suci.......

Menuju kejayaan Indonesia ....
Polisi Tentara Sebagai Cikal Bakal Berdirinya Corps Polisi Militer.

Saat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk pada tanggal 5 Oktober 1945, belum tersedia perangkat hukum atau peraturan yang mengendalikan suatu organisasi bersenjata atau angkatan perang. Selain itu yang menjadi anggota TKR tersebut terdiri dari bermacam-macam warga yang mempunyai latar belakang berbeda dan tidak mengerti akan hakekat disiplin.

Disamping pada waktu itu juga terbentuk organisasi pejuang bersenjata yang tidak terikat pada Komando Pusat. Oleh karena itu pengaturan kelompok-kelompok bersenjata tersebut menjadi sukar, terlebih lagi pada saat itu sedang menghadapi kekuatan Belanda yang didahului Inggris untuk kembali menduduki Indonesia. Dalam situasi tersebut timbul gagasan dari beberapa orang untuk mendirikan badan yang mengatur disiplin dikalangan organisasi bersenjata, umumnya mereka yang berpikiran demikian berlatar belakang penegakan hukum. Maka secara otonom di beberapa daerah mulai berdiri Polisi Tentara (PT) seperti di Aceh yang bermarkas di Kutaraja dengan kekutan 2 Kompi pasukan, demikian pula di Sumatera Utara didirikan satuan Polisi Tentara Sumatera Timur serta di Bengkulu juga dibentuk satuan Polisi Tentara pada resimen TKR Bengkulu.

Sedangkan di pulau Jawa pada tanggal 26 September 1945 telah dibentuk satu Batalyon Polisi Tentara Divisi Jawa Barat, yang selain bertugas sebagai Badan Kepolisian dalam Divisi juga melakukan tugas-tugas pertempuran sesuai dengan kondisi perjuangan saat itu. Sehubungan suasana genting yang sangat memaksa, maka Markas Tertinggi TKR memandang perlu mengadakan suatu peraturan sementara di lapangan Kepolsian. Untuk itu pada tanggal 8 Desember 1945, Markas Tertinggi TKR memberi petunjuk, agar tiap-tiap Divisi dibentuk Polisi Tentara, yang bertugas menyelidiki, mengusut, dan menuntut perkara-perkara dimuka Pengadilan Tentara, Divisi maupun Resimen TKR di Jawa dan Sumatera. Akhir Desember 1945, Musyawarah tingkat Markas Tertinggi TKR menetapkan pembentukan Markas Tertinggi Polisi Tentara (MTPT) dengan Komandan Kolonel Prabu Sunaryo. Kedudukan MTPT ini berdiri sendiri dan berada langsung di bawah Panglima Besar Jenderal Sudirman.
TUNGGU DULU

POLISI sudah bersiap untuk tindakan terburuk, ketika saluran darurat 999 berdering. Di ujung telefon hanya terdengar suara berdengung dan seorang laki-laki berteriak, "Keluar! Saya peringatkan kamu". Telefon kemudian terputus. Polisi Kota Withington tentu saja khawatir terjadi hal yang buruk. Ketika ditelefon balik, seorang wanita buru-buru minta maaf. Anjingnya membawa lari gagang telefon ke kebun. Teriakan itu adalah suara suaminya yang menyuruh sang anjing keluar dari tempat persembunyiannya. Angka 999 tertekan ketika tarik-menarik dengan sang anjing. (Ananova)***
Transformasi Hercy

Dalam lintasan sejarah negeri ini, peran Hercy tak kenal henti, baik untuk misi militer maupun sipil. Hercy merupakan sebutan untuk pesawat jenis C-130 Hercules yang menjadi legenda di kalangan militer maupun sipil. Deru suara mesinnya yang khas itu menyiratkan nilai perjuangan yang tak kenal lelah dalam menjelajahi wilayah udara ibu pertiwi. Kecelakaan Hercy di Magetan yang sangat memilukan itu harus menjadi momentum untuk membenahi secara esensial tulang punggung alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU.

Sudah waktunya negeri ini melakukan transformasi pesawat transportasi militer sesuai dengan tantangan zaman. Hal itu bertujuan mengganti peran Hercy yang sudah tua tetapi masih perkasa dalam tugas. Sebagai negara kepulauan yang tantangannya lebih besar mestinya Indonesia tidak kalah langkah dengan Malaysia yang lebih dahulu melakukan transformasi pesawat transportasi militernya dengan jenis Airbus A400M. Dilihat dari spesifikasi dan kelasnya, A400M dimaksudkan untuk menggantikan produk lama seperti Lockheed C-130 Hercules dan Transall C-160. Pesawat A400M memiliki jarak tempuh dua sampai tiga kali jarak tempuh dari Lockheed C-130J. Serta memiliki maximum payload (bobot angkut) dua kali lebih besar. Transformasi pesawat transportasi militer di negeri ini tidak cukup dengan reengine atau refurbish pesawat-pesawat Hercules TNI AU ke Singapura dengan skema pembiayaan yang kurang menguntungkan.

Generasi personel TNI AU yang pernah mengecap kejayaan Swa Buana Paksa para era 60-an sebenarnya memiliki solusi teknologi dan daya inovasi yang luar biasa dalam menangani C-130 Hercules. Baginya, Hercy telah menjadi kekasih hati sekaligus saksi sejarah. Daya inovasi itu antara lain terlihat dari pesawat bernomor A1301 yang tiada lain Hercy seri B pertama yang dimiliki bangsa Indonesia. Penerbangan terakhir pesawat A1301 juga memberikan makna personel TNI AU memiliki semangat "ngulik" atau inovasi yang luar biasa. Pada 1987, pesawat A1301 mengalami kerusakan cukup parah saat landing di Bandara El Tari Kupang. Karena keterbatasan peralatan dan suku cadang, dengan segala cara teknisi TNI AU melakukan perbaikan yang sifatnya sangat sementara (temporary use only) agar pesawat bisa terbang kembali ke pangkalan induk. Karena kecintaan kepada Hercy dan faktor nilai perjuangan, personel TNI AU berusaha menerbangkan A1301 dengan sayap "dummy" yang dipinjam dari Hercy yang lain. Akhirnya, dengan "one way ticket to hell", A1301 bisa kembali dan ditempatkan di Lanud Husein Sastranegara, selanjutnya difungsikan sebagai simulator sekaligus monumen perjuangan TNI AU.

Kecelakaan fatal pesawat Hercules TNI AU di Magetan dan beberapa kali insiden sebelumnya, seperti abnormal landing di Pangkalan Udara Wamena harus menjadi pelajaran mahal yang terakhir. Bangsa Indonesia tidak perlu terjebak dalam polemik tentang anggaran militer untuk alutsista yang jauh dari mencukupi. Upaya peningkatan kemampuan pertahanan melalui kebijakan, strategi, dan perencanaan pertahanan yang mengarah kepada pembentukan minimum essential force mesti disesuaikan dengan kemajuan zaman serta rintangan ke depan yang menyangkut ancaman negara dan potensi bencana alam.

Kondisi kesiapan kekuatan alutsista matra udara yang tertumpu pada pesawat tempur, pesawat angkut, helikopter, serta pesawat jenis lain masih menyedihkan. Secara garis besar, jumlah 246 unit pesawat dengan kondisi siap operasi 51%. Dalam rangka meningkatkan kekuatan pertahanan, minimum essential force mestinya diupayakan melalui pengadaan alutsista baru dengan skema pembiayaan yang ideal yang disertai dengan peningkatan proporsi keterlibatan pemasok lokal dalam rangka pemberdayaan industri pertahanan nasional. Upaya repowering atau retrofing terhadap alutsista berumur tua harus melalui audit teknologi sehingga upaya itu bisa lebih berdaya guna dan bebas dari penyimpangan atau pemborosan dana.

Hal penting lainnya, meningkatkan kesiapan rata-rata seluruh jenis pesawat transportasi atau angkut milik TNI AU yang tingkat kesiapannya baru 34%. Postur pesawat transportasi terdiri atas pesawat C-130 KC Tanker (2 pesawat), C-130B (10), dan C-130H (10), F-27 TS (6), CN-235 (6), Casa-212 (7). Supaya tidak terjadi stagnasi, ada baiknya dua pesawat C-130 VIP yang jarang digunakan dikembalikan untuk kegiatan operasional sehari-hari. Untuk mempertahankan tingkat kesiapan alutsista, setiap tahun dibutuhkan anggaran sekitar Rp 6,2 triliun. Ironisnya, alokasi anggaran yang diterima hanya Rp 350 miliar (5,6%).

Transformasi pesawat transportasi militer merupakan faktor sangat penting. Transformasi itu menuju multirole function yang dapat dioperasikan tidak hanya untuk misi-militer, melainkan berbagai operasi kemanusiaan. Prinsip transformasi adalah meneguhkan military transport aircraft dengan tantangan terkini. Utilitas utama untuk operasi militer yang mampu membawa pasukan, senjata, dan peralatan militer jenis terkini. Bisa juga untuk keperluan aerial refuelling (mengisi bahan bakar pesawat tempur di udara), strategic airlift (alat angkut operasi militer strategis), tactical airlift (alat angkut operasi taktis), serta memiliki kemampuan mendarat di landasan darurat untuk berbagai medan. Banyak jalan untuk transformasi pesawat transportasi TNI AU. Jika Bung Karno pada 1960-an mampu mendapatkan pesawat unggulan AS, C-130 Hercules produksi pertama dan dioperasikan secara gemilang dalam berbagai peristiwa penting, mestinya generasi sekarang mampu mempersembahkan kepada ibu pertiwi jenis pesawat yang lebih mutakhir.***
Kebangkitan Pemikiran Umat Islam

Umat Islam menjadikan awal abad XV Hijriah (mulai 1400-an atau tahun 1980-an menurut penanggalan Masehi) sebagai abad kebangkitan Islam. Walaupun, yang lebih tepat adalah kebangkitan umat Islam. Mengapa? Karena dalan kredo umat Islam, Islam itu tinggi dan tidak ada yang melebihi ketinggiannya. Jadi, bukan ajaran Islamnya yang terpuruk atau mundur, tetapi umatnya.

Realitasnya, isu kebangkitan umat Islam ini, baik secara nasional maupun internasional, jauh dari yang diharapkan. Semangat perlawanan umat Islam yang dipimpin tokoh Islam seperti Kiai Mojo, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, P.H. Hasan Mustafa, untuk mengusir penjajah, berbuah kemerdekaan. Secara fisik penjajah sudah tidak bercokol. Namun, penjajahan politik, ekonomi, kebudayaan, dan hukum terus berlangsung hingga kini.

Umat Islam di dunia pun mengalami euforia kebangkitan. Memang, harapan umat tampak saat Revolusi Iran berhasil menjatuhkan Rezim Syah Iran, tetapi ternyata berhenti hanya di Iran. Keberhasilan umat Islam Afganistan mengusir Uni Sovyet pun sempat jadi harapan. Namun, konflik internal antarsesama pejuang Afganistan memupus harapan umat Islam dunia.

Di dunia internasional, kita menyaksikan saudara-saudara kita di Palestina terus hidup dalam penderitaan. Penderitaan juga dialami umat Islam di Bosnia, Kosovo, Chechnya, Dagestan, Jammu Khasmir, Pattani Thailand, Moro Filipina, dan lainnya. Pascaperistiwa 11 September 2001, ratusan ribu umat Islam di Afganistan dan Irak terbunuh hanya dengan dalih untuk memerangi terorisme dan tuduhan yang diada-adakan.

Sejarah buruk yang menimpa umat Islam khususnya dan umat di dunia umumnya adalah akibat hegemoni AS dan sekutunya yang kapitalis sekaligus imperialis. Sejarah kelam ini tentunya tidak boleh kita lupakan begitu saja. Kita harus mengambil pelajaran darinya.

Jalan baru

Kenyataan itu makin menegaskan umat Islam masih dalam keadaan mundur. Keadaan umat saat ini kurang lebih sama dengan sinyalemen Rasulullah saw., empat belas abad lalu yang menggambarkan umat Islam bagai hidangan.

Mengapa umat mundur? Mengapa umat Islam yang dikatakan Allah sebagai sebaik-baik umat, berada dalam keadaan demikian menyedihkan?

Ada dua faktor utama. Pertama, faktor eksternal penyebab kemunduran umat adalah gencarnya serangan dari luar umat. Musuh-musuh Islam senantiasa mencabik-cabik persatuan umat, menjauhkan umat Islam dari agamanya. Dibuatnya umat Islam lebih terikat kepada suku atau bangsanya sendiri ketimbang terhadap Islam. Langkah ini ditempuh mereka dengan menyebarkan pemikiran sekularisme.

Kedua, faktor internal. Inti dari faktor internal penyebab kemunduran umat adalah kenyataan bahwa banyak umat Islam yang justru telah meninggalkan ajaran Islam. Kemunduran pemahaman umat terhadap agama Islam itu timbul terutama setelah umat tidak lagi dibina keislamannya secara praktis.

Hakikat kebangkitan

Hanya ada satu cara untuk keluar dari kemelut ini, yakni umat Islam harus bangkit. Tekad itu memang mulai menyebar ke tengah umat semenjak dicanangkannya abad ke-15 Hijriah sebagai abad kebangkitan Islam. Tetapi, apa yang dimaksud dengan bangkit atau kebangkitan?

Kebangkitan yang hakiki harus dimulai dengan perubahan pemikiran secara mendasar dan menyeluruh. Pemikiran mendasar dan menyeluruh ini adalah akidah. Seseorang akan bertingkah laku islami jika pada diri seorang Muslim tertanam pemahaman Islam. Dengan demikian, kebangkitan umat Islam adalah kembalinya pemahaman seluruh ajaran Islam ke dalam diri umat.

Untuk itu diperlukan dakwah. Dakwah di tengah kemunduran umat seperti sekarang adalah dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam. Dakwah semacam ini harus dilakukan secara berjemaah (kolektif) atau berkelompok yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Pemahaman bahwa dakwah adalah tugas kiai atau ustaz saja harus dikikis. Setiap Muslim dapat terlibat langsung secara aktif dalam dakwah. Dakwah bukan hanya di mimbar, tetapi di mana pun dan kapan pun.

Dakwah kepada individu Muslim bertujuan membentuk seorang Muslim yang berkepribadian Islam. Yakni, seorang yang berpikir dan bertindak secara islami. Ia tidak berpikiran kecuali sesuai dengan ajaran Islam, dan tidak bertindak kecuali sesuai dengan syariat Islam.

Sementara secara komunal, dakwah kepada umat bertujuan agar dari Muslim yang berkepribadian Islam tadi terbentuk kekuatan dan dorongan untuk melakukan perubahan masyarakat ke arah Islam. Oleh karena itu, suatu keniscayaan adanya opini umum di tengah masyarakat bahwa sistem Islam bukan untuk umat Islam saja, karena Islam memang rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin) dan untuk semua manusia (kaaffatan lin naas). Sehingga, Islam sebagai jalan baru bagi umat manusia benar-benar disadari umat Islam sendiri dan juga umat lain.

Kini, yang dominan dihadapi umat bukanlah perang fisik -meski perang fisik berlangsung di sejumlah tempat- melainkan perang pemikiran. Semestinya umat turut terjun sebagai "pasukan Islam" dengan menembakkan "peluru" pemikiran Islam, memerangi musuh yang membawa "peluru" pemikiran sesat. Mulut (untuk bicara) dan tangan (untuk menulis) adalah senjata umat Islam, dengan kantong peluru berupa pemahaman Islam yang sahih.

Era teknologi dan informasi sekarang menyediakan berbagai macam sarana yang bisa digunakan untuk perang pemikiran. Internet dengan situs, blog, atau facebook sekalipun dapat digunakan untuk dakwah pemikiran. Koran dengan berbagai rubriknya, radio, televisi, dan lain-lain.

Diperlukan lebih banyak lagi umat Islam yang bergerak di tengah masyarakat untuk membangkitkan umat Islam dari tidur panjangnya. Hanya melalui umat yang sadar bisa diharapkan kebangkitan umat yang hakiki. Dari kebangkitan yang hakiki itu terlahir masyarakat Islam modern yang diridai Allah SWT dan dinantikan umat manusia. Itu dimulai dengan membangkitkan pemikiran umat. Wallahu’alam bi al-shawab.***
Amalan Menikmati Hidup

ISLAM mengajarkan agar waktu kita selalu diisi dengan amal saleh. Yakni, suatu perbuatan yang apabila dilakukan tidak mengakibatkan kerusakan. Dengan kata lain, perbuatan yang bermanfaat dan tepat atau sesuai dengan sasaran. Kemanfaatan dan kesesuaiannya bagi diri sendiri, keluarga, kelompok, atau manusia secara keseluruhan.

Lebih jauh Islam juga mengajarkan agar kita lebih produktif dalam memanfaatkan waktu. Bukankah Nabi saw. telah bersabda, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung, dan barangsiapa yang hari ini sama atau lebih jelek dari hari kemarin maka dia termasuk orang yang rugi."

Jika dicermati, dalam Alquran banyak sekali ungkapan yang menjelaskan penyesalan orang-orang yang tidak bisa memanfaatkan waktu dengan kebaikan. Suatu penyesalan yang tiada akhir dan tidak berguna lagi. Oleh karena itu, ketika melewati siklus waktu maka pilihan yang tepat adalah melakukan refleksi diri, bukan berfoya-foya dengan berbagai hiburan. Melalui refleksi, seseorang dapat menengok masa lalu untuk mengambil pelajaran, manfaat, dan perhitungan serta memandang ke depan untuk menyiapkan hari esok yang lebih baik.

Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Hasr : 18)."

Ayat tersebut menegaskan agar kita selalu memperhatikan masa lalu untuk kebaikan masa yang akan datang. Memperhatikan waktu merupakan salah satu ciri orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Jadi, jika kita belum mampu mengelola waktu dengan sebaik-baiknya maka imannya kurang sempurna. Rasulullah bersabda, "Orang mukmin itu tidak terikat, kecuali oleh tiga masa; membekali diri untuk kembali ke akhirat, berjuang untuk kehidupan dunia, dan menikmati apa yang tidak diharamkan."

Kandungan hadis tersebut terkait dengan siklus waktu; kenikmatan, kesengsaraan, ketaatan, dan kemaksiatan. Bila kita sedang berada dalam kenikmatan maka berkewajiban untuk bersyukur kepada Allah dengan hati yang bersih dan lapang dada. Jika dalam keadaan sengsara maka bersabarlah, sebab mungkin saja hal itu terjadi karena disebabkan kemaksiatan. Itu semua merupakan dinamika kehidupan yang harus dihadapi oleh setiap orang.

Bumi yang kita tempati adalah planet yang selalu berputar, ada siang dan ada malam. Roda kehidupan dunia juga tidak pernah berhenti. Kadang naik, kadang turun. Ada suka, ada duka. Ada senyum, ada tangis. Kadang kala dipuji, tapi pada suatu saat kita dicaci. Jangan harapkan ada keabadian perjalanan hidup.

Oleh karena itu, agar tidak terombang-ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan tantangan hidup, kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam hidup. Orang yang selalu menyadari akan pentingnya waktu maka dia tidak akan membiarkan sedetik pun waktu berlalu begitu saja. Ada tiga amalan yang dapat dilaksanakan oleh seorang mukmin sejati dalam menghadapi kehidupan ini, yaitu istikharah, istikamah, dan Istigfar.

Pertama, istikharah, yakni ikhtiar memohon petunjuk kepada Allah, baik istikharah dalam arti melaksanakan salat sunat istikharah ataupun dalam arti selalu berdoa memohon petunjuk Allah. Rasulullah bersabda, "Tidak akan rugi orang yang istikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah, dan tidak akan miskin orang yang hemat (H.R. Thabrani)."

Orang bijak berkata, "Think today and speak tomorrow (Berpikirlah hari ini dan bicaralah esok hari)." Itu artinya bahwa orang yang bijak adalah orang yang selalu menyandarkan diri pada Allah dalam segala hal. Ia pun tidak akan asal berkata atau asal melakukan sesuatu, melainkan selalu dipikirkan dan direnungkan terlebih dahulu. Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakiti orang lain, maka tahanlah. Jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tetapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah. Jangan ditahan, sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan, serta menegakkan amar makruf nahi mungkar.

Kedua, istikamah, yaitu teguh pendirian. Setelah kita mendapatkan petunjuk dari Allah maka untuk melaksanakan petujuk tersebut diperlukan keistikamahan dalam melaksanakannya. Rasulullah bersabda, dari Abi Sufyan bin Abdullah R.A. berkata, "Aku telah berkata, ’Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku pesan dalam Islam, sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau.’ Nabi menjawab, ’Katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristikamahlah`." (H.R. Muslim).

Orang yang istikamah selalu kokoh dalam akidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup. Kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal. Dicaci dipuji, sujud pantang berhenti. Sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan (Q.S. Fushilat:30).

Ketiga, istigfar, yaitu selalu instrospeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah SWT. Walaupun seseorang telah berusaha sekuat tenaga untuk istikamah dalam kebenaran, namun pasti saja mempunyai dosa dan kekhilafan. Oleh karena itu, hidup ini perlu dihiasi dengan istigfar, karena setiap orang pernah melakukan kesalahan, baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai suatu bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan kita, sehingga harus diobati.

Tidak sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini, diakibatkan kesalahan kita sendiri. Saatnya kita instrospeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah, melakukan koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah, dengan penuh keridaan Allah.

Dalam persoalan ekonomi, jika rezeki dari Allah tidak sampai kepada kita disebabkan kemalasan kita maka yang diobati adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut disebabkan kita kurang bisa melakukan terobosan-teroboan yang produktif maka kreativitas dan etos kerja umat yang harus kita tumbuhkan.

Akan tetapi, adakalanya kehidupan sosial ekonomi suatu bangsa mengalami kesulitan. Kesulitan itu disebabkan dosa-dosa masa lalu yang menumpuk, yang belum bertaubat darinya secara massal. Jika itu penyebabnya maka obat satu-satunya adalah beristigfar dan bertobat.

Allah berfirman yang mengisahkan seruan Nabi Hud a.s., kepada kaumnya, "Dan (Hud) berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa (Q.S. Hud:52)."

Jika kita mampu menemukan jati diri kita maka siklus pergantian tahun ini akan menjadi momen yang sangat berharga, sekaligus sebagai batu loncatan dalam menggapai tujuan hidup manusia, yakni ibtighoa mardhotillah. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan petunjuk-Nya, amin.