Tidur Dalam Gelap Cegah Depresi

Jangan pernah anggap remeh kehadiran lampu dalam kamar. Selain ber-fungsi sebagai alat pe-nerangan, tata cahaya juga ikut memengaruhi psikologis kita. Sebuah riset menunjukkan, tidur dalam kondisi kamar yang terang bisa memengaruhi mood seseorang. Tracy Bedrosian, penulis pendamping penelitian Ohio State University, Amerika menga-takan lampu di kamar tidur dapat memicu perilaku depresif. Hal ini dikuatkan hasil diskusi konferensi tahunan Society for Neuroscience yang menyebutkan lampu bisa menyebabkan gangguan mental yang serius. Penelitian dilakukan terhadap tikus yang diberi cahaya lampu selama delapan jam pada saat mereka tidur. Pemberian lampu itu dilakukan dalam periode delapan minggu berturut-turut. Hasilnya, tikus percobaan yang terpapar lampu dim selama mereka tidur, menunjukkan gejala depresi. Perilaku itu dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi cahaya lampu. Peneliti syaraf Dr. Randy Nelson menambahkan, lampu yang diberikan pada tikus itu sama dengan lampu yang digunakan orang pada umumnya, yakni lampu dengan tingkat pencahayaan rendah. Peneliti menyimpulkan, kondisi tidur yang baik seharusnya gelap gulita. "Bahkan, lampu yang redup sekalipun bisa menyebabkan perubahan kimiawi di otak, terlebih setelah kondisi tidur selama 8 jam. Dalam jangka panjang hal ini bisa menyebabkan rasa depresi," ujarnya.
Al Zahrawi (936 - 1013) Sang Bapak Ilmu Bedah

Ketika peradaban Islam berjaya di Andalusia (sekarang Spanyol) , Cordoba (suatu wilayah di Spanyol) menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang akan menjalani operasi bedah. Salah satu tokoh yang berkontribusi signifikan bagi perkembangan ilmu bedah adalah Abu Al Qasim Khalaf Ibn Al Abbas Al Zahrawi atau di Barat dikenal sebagai Abulcasis.

Al Zahrawi lahir di kota Al Zahra, enam mil sebelah barat laut Cordoba. Al Zahrawi menjalani sebagian besar masa hidupnya di Cordoba, tempat ia belajar, mengajar, dan berpraktik kedokteran.

Selain termasyhur sebagai dokter yang hebat, Al Zahrawi juga dikenal sebagai Muslim yang taat. Hidupnya bagai seorang sufi. Ia kebanyakan melakukan pengobatan secara cuma-cuma karena menganggap melakukan pengobatan kepada para pasiennya merupakan bagian dari amal atau sedekah. Ia mengingatkan para mahasiswanya--yang dipanggilnya dengan sebutan "anak-anakku"--akan pentingnya hubungan baik antara dokter dan pasiennya.

Ia juga menekankan pentingnya merawat pasien sebaik mungkin tanpa membedakan status sosial. Dia mendorong observasi yang teliti pada kasus-kasus individual agar tercapai diagnosis yang akurat dan perawatan terbaik. Al Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter berpegang pada norma dan etika kedokteran dan tidak mengguna-kan profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan materi.

Karya terbaik Al Zahrawi adalah Kitab Al Tasrif yang rampung pada tahun 1000. Buku yang terdiri atas tiga puluh volume ini membahas berbagai masalah medis yang luas seperti ilmu bedah, ortopedi, optamologi, farmakologi, kedokteran gigi, ilmu gizi, obstetri, dan lain-lain. Al Zahrawi memperkenalkan lebih dari dua ratus alat bedah. Sebagian besar di antaranya merupakan karya orisinal yang belum pernah digunakan sebelumnya dan beberapa di antaranya masih digunakan dalam pembedahan modern.

Beberapa peralatan bedah hasil karya Al Zahrawi di antaranya peralatan bedah gigi, benang bedah, jarum bedah, pisau bedah, currete, retraktor, specula, surgical rod, alat untuk menjahit bagian dalam tubuh, alat untuk mengeluarkan batu dalam kandung kemih, alat untuk memeriksa telinga, alat untuk membantu persalinan, dan lain-lain. Penemuan penting lain dari Al Zahrawi adalah perban dan plester yang penting dalam tindakan pertolongan pertama. Al Zahrawi pulalah yang menemukan gips untuk perawatan tulang.

Kitab Al Tasrif juga membahas penyiapan obat-obatan yang diperlukan untuk penyembuhan pascaoperasi dengan teknik sublimasi dan distilasi. Kitab ini juga merupakan buku yang pertama tercatat yang menjelaskan sifat-sifat turunan hemophilia.

Al Zahrawi juga berjasa dalam bidang kosmetika. Produk-produk seperti deodoran, hand lotion, dan pewarna rambut merupakan hasil pengembangan dari karya Al Zahrawi.

Kitab Al Tasrif kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani. Selama 500 tahun karya Al Zahrawi menjadi sumber pengetahuan medis bagi Eropa, menjadi rujukan para dokter dan ahli bedah dan menjadi teks medis utama di berbagai universitas di Eropa

Sebagai penghormatan terhadap Al Zahrawi, sebuah jalan di Corodoba di beri nama "Calle Albucasis". Di jalan ini terdapat rumah nomor 6 yang merupakan tempat tinggal Al Zahrawi. Kini rumah ini menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.