Ayo Kembalikan Konsentrasi Kerja Anda!
Terkadang kita mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi ketika bekerja. Tentunya banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Ikuti tips berikut untuk membantu mengembalikan konsentrasi Anda.
Sisihkanlah meja kerja Anda dari barang-barang yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Ruang yang lebih luas dapat meningkatkan konsentrasi Anda.
Jauhkan ruangan Anda dari bunyi-bunyian yang mengganggu konsentrasi. Matikan suara handphone Anda atau komputer Anda.
Jika pekerjaan Anda memerlukan komputer, maka ada baiknya Anda menutup situs-situs yang tidak berhubungan dengan pekerjaan Anda seperti Facebook dan Yahoo Messenger. Hal ini bertujuan agar pikiran Anda tidak terpecah.
Kumpulkan semua materi yang Anda butuhkan seperti kertas, buku dan barang lainnya. Susunlah dengan rapih agar suasana meja kantor Anda menjadi kondusif.
Buatlah target dalam pengerjaan tugas tersebut. Pasang target sebelum deadline yang ditentukan supaya Anda mendapatkan motivasi mengerjakan tugas tersebut.
Setelah selesai mengerjakan tugas, istirahatlah sejenak. Dengan begitu Anda dapat melepaskan pikiran dari hiruk pikuk pekerjaan.
Ayat-Ayat Rezeki
Terdapat sekurangnya 10 macam kiat pembuka pintu rezeki dan tidak salah kiranya jika kita mencoba meraihnya. Sedangkan dalil penunjukannya baik berupa ayat Al-Qur’an maupun dari hadist-hadist Nabawi.
Sengaja saya hanya mencantumkan dalil saja tanpa memberi penjelasan lebih jauh dan selanjutnya teman-teman sendiri yang harus sibuk mencarinya, jika ingin mengetahui lebih jauh, baik membaca, bertanya kepada ustadz terdekat, datang ke majelis taklim dan lain sebagainya. Apakah salah kita mencari rezeki dengan cara seperti yang ditunjukan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi? Tidak! Silahkan saja karena Al-Qur’an milik kita, dan pencarian rezeki ini ditunjukan oleh Allah dan Nabi Saw.
Kiat memperolehnya antara lain:
1. Istighfar dan Taubat
Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
Hasan al-Bashri salah seorang pemuka di kalangan tabi’in selalu menganjurkan banyak istighfar kepada siapa saja yang datang kepadanya ketika mengadu tentang gagal panen, sulit rezeki, sulit mendapatkan keturunan, dan sawah ladang yang tidak produktif. (Tafsir Qurthubi)
2. Takwa
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al-A’raf: 96)
3. Tawwakal
“Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya kalian diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi hari dalam keadaan lapa, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibn Mubarak, Hakim, Musnad asy-Syihab. Sanadny disahihkan oleh Ahmad Syakir dan Al-Albani)
4. Taat dan Beribadah Sebaik-baiknya
“Sesungguhnya Allah berfirman, “ Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-KU, niscaya Aku penuhi di dalam dada dengan kekayaan dan semua kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan (tidak taat) Aku penuhi dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebuthanmu (tidak ada hasilnya semua usaha).” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim dari Abu Hurairah. Al-Albani mensahihkannya)
5. Melaksanakan Haji dan Umrah
Pertanyaan ini sering ditujukan pada saya baik para jamaah yang saya bimbing ketika haji atau umrah, “Apakah haji dan umrah ini akan mendatangkan rezeki?"
Inilah dalilnya:
“Lanjutkan haji dan umrah karena sesungguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa. Sebagaimana api dapat menghilangkan karat, emas dan perak. Dan tidak ada pahala haji mabrur kecuali surga.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban. Syeikh Ahmad Syakir mengatakan sanadnya sahih, Al-Albani mengatakan hasan sahih sedangkan Syeikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan hasan)
6. Silaturahmi
“Siapa saja yang suka agar rezekinya luas, dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menperbanyak silaturahmi.” (HR. Bukhari)
Maksud dari dipanjangkan umur dalam hadist ini adalah berkah umur menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Barri.
“Belajarlah tentang nasab (garis keturunan) sehingga kalian bias menyambung silaturhami. Karena sungguh silaturahmi itu adalah (salah satu cara) menimbulkan kasih saying antara keluarga, (sebab) luasnya rezeki dan bertambah usia (berkah umur).” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim. Syaikh Ahmad Syakir dan Al-Albani mensahihkannya)
7. Sedekah dan Infak
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba: 39)
“Allah Tabaraka wa Ta’ala mengatakan: Wahai anak Adam, berinfaklah, niscaya Aku memberi rezeki kepada kamu.” (HR. Muslim
8. Membiayai Pelajar Yang Sedang Menuntut Ilmu Islam
“ Dahulu ada dua orang bersuadara pada masa Rasulullah Saw. Salah seorangnya pernah datang kepada Nabi Saw (untuk belajar ilmu agama), sedangkan saudara yang lainya bekerja, Lalu saudara yang bekerja itu pernah mengadu (mengadukan bahwa saudaranya itu tidak mau membatunya dalam kerjaannya) kepada Nabi, dan beliau bersabda,” Mudah-mudahan engkau diberi rezeki sebabi itu.” (HR. Tirmidzi, dan Hakim. Syaikh Albani mensahihkannya)
9. Menolong dan Membantu Orang Miskin
Dalam sahih Bukhari dikisahkan bahwa Sa’ad merasa dirinya memiliki kelebihan dari pada yang lain. Kemudian Rasulllah Saw bersabda:
“Bukankah kalian ditolong dan diberi rezeki lantaran orang-orang miskin?”
“Carilah keridhaanku melalui orang-orang miskin diantara kalian. Karena sungguh kalian diberi rezeki dan ditolong karena sebab orang miskin diantara kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmizi, dan Hakim. Disahikan oleh Albani
10. Hijrah Di Jalan Allah
Makna hijrah selain dari kata asalnya mencakup banyak arti. Diantaranya menurut Rasyid Ridha adalah menolong sesama Muslim agar tidak terjerat oleh hasutan agama lain agar masuk ke agama mereka. Dan tentunya bantuan ini sangat berharga bila berbentuk dana untuk pendidikan mereka, makanan, obat-obatan dan lainnya.
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 100)
Terdapat sekurangnya 10 macam kiat pembuka pintu rezeki dan tidak salah kiranya jika kita mencoba meraihnya. Sedangkan dalil penunjukannya baik berupa ayat Al-Qur’an maupun dari hadist-hadist Nabawi.
Sengaja saya hanya mencantumkan dalil saja tanpa memberi penjelasan lebih jauh dan selanjutnya teman-teman sendiri yang harus sibuk mencarinya, jika ingin mengetahui lebih jauh, baik membaca, bertanya kepada ustadz terdekat, datang ke majelis taklim dan lain sebagainya. Apakah salah kita mencari rezeki dengan cara seperti yang ditunjukan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi? Tidak! Silahkan saja karena Al-Qur’an milik kita, dan pencarian rezeki ini ditunjukan oleh Allah dan Nabi Saw.
Kiat memperolehnya antara lain:
1. Istighfar dan Taubat
Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
Hasan al-Bashri salah seorang pemuka di kalangan tabi’in selalu menganjurkan banyak istighfar kepada siapa saja yang datang kepadanya ketika mengadu tentang gagal panen, sulit rezeki, sulit mendapatkan keturunan, dan sawah ladang yang tidak produktif. (Tafsir Qurthubi)
2. Takwa
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al-A’raf: 96)
3. Tawwakal
“Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya kalian diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi hari dalam keadaan lapa, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibn Mubarak, Hakim, Musnad asy-Syihab. Sanadny disahihkan oleh Ahmad Syakir dan Al-Albani)
4. Taat dan Beribadah Sebaik-baiknya
“Sesungguhnya Allah berfirman, “ Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-KU, niscaya Aku penuhi di dalam dada dengan kekayaan dan semua kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan (tidak taat) Aku penuhi dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebuthanmu (tidak ada hasilnya semua usaha).” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim dari Abu Hurairah. Al-Albani mensahihkannya)
5. Melaksanakan Haji dan Umrah
Pertanyaan ini sering ditujukan pada saya baik para jamaah yang saya bimbing ketika haji atau umrah, “Apakah haji dan umrah ini akan mendatangkan rezeki?"
Inilah dalilnya:
“Lanjutkan haji dan umrah karena sesungguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa. Sebagaimana api dapat menghilangkan karat, emas dan perak. Dan tidak ada pahala haji mabrur kecuali surga.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban. Syeikh Ahmad Syakir mengatakan sanadnya sahih, Al-Albani mengatakan hasan sahih sedangkan Syeikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan hasan)
6. Silaturahmi
“Siapa saja yang suka agar rezekinya luas, dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menperbanyak silaturahmi.” (HR. Bukhari)
Maksud dari dipanjangkan umur dalam hadist ini adalah berkah umur menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Barri.
“Belajarlah tentang nasab (garis keturunan) sehingga kalian bias menyambung silaturhami. Karena sungguh silaturahmi itu adalah (salah satu cara) menimbulkan kasih saying antara keluarga, (sebab) luasnya rezeki dan bertambah usia (berkah umur).” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim. Syaikh Ahmad Syakir dan Al-Albani mensahihkannya)
7. Sedekah dan Infak
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba: 39)
“Allah Tabaraka wa Ta’ala mengatakan: Wahai anak Adam, berinfaklah, niscaya Aku memberi rezeki kepada kamu.” (HR. Muslim
8. Membiayai Pelajar Yang Sedang Menuntut Ilmu Islam
“ Dahulu ada dua orang bersuadara pada masa Rasulullah Saw. Salah seorangnya pernah datang kepada Nabi Saw (untuk belajar ilmu agama), sedangkan saudara yang lainya bekerja, Lalu saudara yang bekerja itu pernah mengadu (mengadukan bahwa saudaranya itu tidak mau membatunya dalam kerjaannya) kepada Nabi, dan beliau bersabda,” Mudah-mudahan engkau diberi rezeki sebabi itu.” (HR. Tirmidzi, dan Hakim. Syaikh Albani mensahihkannya)
9. Menolong dan Membantu Orang Miskin
Dalam sahih Bukhari dikisahkan bahwa Sa’ad merasa dirinya memiliki kelebihan dari pada yang lain. Kemudian Rasulllah Saw bersabda:
“Bukankah kalian ditolong dan diberi rezeki lantaran orang-orang miskin?”
“Carilah keridhaanku melalui orang-orang miskin diantara kalian. Karena sungguh kalian diberi rezeki dan ditolong karena sebab orang miskin diantara kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmizi, dan Hakim. Disahikan oleh Albani
10. Hijrah Di Jalan Allah
Makna hijrah selain dari kata asalnya mencakup banyak arti. Diantaranya menurut Rasyid Ridha adalah menolong sesama Muslim agar tidak terjerat oleh hasutan agama lain agar masuk ke agama mereka. Dan tentunya bantuan ini sangat berharga bila berbentuk dana untuk pendidikan mereka, makanan, obat-obatan dan lainnya.
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 100)
Menyiasati Kegundahan Hati
Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR
"TIDAK ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis pada kitab Lauhul Mahfudz sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Q.S. al-Hadid [57]: 22-23).
Saudaraku, tahukah tentang sesuatu yang paling banyak menyita pikiran, waktu, dan tenaga, yang berakibat mengurangi kemampuan akal dan merusak ibadah? Itulah perasaan cemas. Cemas terhadap sesuatu yang belum terjadi, yang berkaitan dengan urusan duniawi. Padahal sudah jelas, perasaan cemas--apalagi berlarut-larut--tidak akan membuahkan penyelesaian, selain membuat hati semakin sengsara dan bertambah menderita.
Padahal hidup ini sungguh teramat singkat. Kapan lagi kita akan merasakan kebahagiaan apabila dari hari ke hari, yang terkumpul adalah kecemasan yang berujung pada kegelisahan dan hilangnya perasaan nikmat dalam menjalani hari-hari kehidupan ini? Memang, cemas berpangkal pada belum mantapnya keyakinan bahwa segala kejadian yang menimpa mutlak datangnya dari Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman, "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Barangsiapa yang beriman kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. at-Taghabun [64]: 11).
Jelaslah, sesungguhnya setiap kejadian yang kita alami tidak akan lepas dari ketentuan dan izin Allah, sehingga tidak ada kecemasan dan kegelisahan saat kejadian menimpa kita. Akan tetapi, kebanyakan dari kita amat sibuk dengan pikiran yang mencemaskan perbuatan-perbuatan makhluk dan mengharapkan datangnya bantuan makhluk. Padahal sudah jelas, tidak ada satu pun yang dapat menimpakan mudarat ataupun mendatangkan manfaat, selain dengan izin-Nya.
"Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, tiada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Yunus [10]: 107)
Barangsiapa yang yakin bahwa Allah-lah yang akan menolong dan menjaminnya dalam setiap urusan, niscaya Allah pun benar-benar akan menjaminnya. Sebab, dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman,"Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku dan Aku bersama dengannya ketika ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku di dalam hatinya, Aku pun ingat kepadanya di dalam hati-Ku. Jika ia ingat kepadaku dalam lingkungan khalayak ramai, niscaya Aku pun ingat kepadanya dalam lingkungan khalayak ramai yang lebih baik. Jika ia mendekati-Ku sejengkal, Aku mendekatinya pula sehasta. Jika ia mendekati-Ku sehasta, niscaya Aku mendekatinya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku mendekatinya sambil berlari." (H.R. Syaikhani dan Turmudzi dari Abu Hurairah ra.)
Nah, itulah kunci kehidupan yang sesungguhnya. Semua kejadian telah diketahui dan diatur secara cermat, penuh kebijaksanaan, dan kasih sayang, untuk ditimpakan kepada hamba-hamba-Nya. Allah Maha Tahu akan keadaan kita pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Dia Maha Tahu akan keinginan dan cita-cita kita. Dia pun Maha Tahu akan tingkat intelektualitas, kekuatan tubuh, keadaan perekonomian, bahkan segala yang ada pada diri kita. Bukankah Dia yang menciptakan dan mengurus segala-segalanya?
Jadi, mutlak setiap yang ditimpakan itu akan sangat sesuai dengan keadaan kita. "Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang dikerjakannya dan ia mendapatkan siksa dari (kejahatan) yang dikerjakannya." (Q.S. al-Baqarah [2]: 286)
Sekiranya suatu musibah dirasakan pahit dan amat berat, sebetulnya semua itu semata-mata karena kita belum mampu memahami hikmah di balik kejadian tersebut. Atau karena kita masih beranggapan bahwa rencana kita lebih baik daripada rencana Allah SWT.
Padahal ilmu kita yang teramat sangat sedikit ini kerap kali terlampau diselimuti oleh hawa nafsu yang cenderung menipu dan menggelincirkan diri, sedangkan Dia adalah Dzat yang Maha Mengetahui segala-galanya. Firman-Nya, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. " (Q.S. al-Baqarah [21]:216)
Oleh karena itu, bilamana datang suatu kejadian yang mencemaskan, segera kuasai diri sebaik-baiknya. Jangan menyiksa diri dengan pikiran yang diada-adakan atau dipersulit, sehingga terasa makin menyiksa. Memang begitulah kita, lebih gemar menganiaya diri sendiri dengan menenggelamkan ingatan dan lamunan pada yang tiada bermanfaat.
Segeralah kembalikan segala urusan kepada Allah. Yakinilah kesempurnaan, pertimbangan, dan kasih sayang-Nya, dan segera bulatkan hati bahwa hanya Dialah satu-satunya pembela. Dia-lah pemberi jalan keluar yang paling sempurna. Mustahil Dia lalai dan lupa terhadap keadaan hamba-Nya. Tidak mungkin pula Dia memungkiri janji-Nya terhadap orang-orang yang bersungguh-sungguh yakin bahwa pertolongan itu hanya datang dari-Nya. "... maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik pelindung." (Q.S. Ali `Imran [3]: 173)
Setelah hati dan keyakinan kita bulat, segera juga bulatkan ikhtiar untuk memburu pertolongan Allah dengan amalan-amalan yang dicintai-Nya. Camkan, bahwa rida terhadap takdir itu letaknya di dalam hati, tetapi tubuh harus ikhtiar di jalan yang diridai-Nya. Sebab, Allah sendiri telah menegaskan, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah nasibnya sendiri. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya. Dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Q.S. ar-Ra`d [131]: 11)
Dengan demikian, setiap untaian kejadian yang menimpa kita akan menjadi sarana yang paling tepat untuk gandrung bermunajat kepada Allah, sehingga membuat kita semakin taqarrub dan tidak pernah bisa lupa kepada-Nya. Itulah sebenarnya rahasia ketenangan dan kebahagiaan sejati di dunia ini, yang insya Allah akan menjadi bekal kebahagiaan yang kekal di akhirat nanti. "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik." (Q.S. Ar-Ra`d [13]:28-29)
Sekiranya sikap kita sesuai dengan keinginan Allah, apa pun yang terjadi pasti akan menguntungkan bagi dunia dan akhirat kita. Sebaliknya, bila menghadapinya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya, niscaya dunia ini akan memperbudak dan menyengsarakan kita. Wallahu a`lam bishshawwab.***
Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR
"TIDAK ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis pada kitab Lauhul Mahfudz sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Q.S. al-Hadid [57]: 22-23).
Saudaraku, tahukah tentang sesuatu yang paling banyak menyita pikiran, waktu, dan tenaga, yang berakibat mengurangi kemampuan akal dan merusak ibadah? Itulah perasaan cemas. Cemas terhadap sesuatu yang belum terjadi, yang berkaitan dengan urusan duniawi. Padahal sudah jelas, perasaan cemas--apalagi berlarut-larut--tidak akan membuahkan penyelesaian, selain membuat hati semakin sengsara dan bertambah menderita.
Padahal hidup ini sungguh teramat singkat. Kapan lagi kita akan merasakan kebahagiaan apabila dari hari ke hari, yang terkumpul adalah kecemasan yang berujung pada kegelisahan dan hilangnya perasaan nikmat dalam menjalani hari-hari kehidupan ini? Memang, cemas berpangkal pada belum mantapnya keyakinan bahwa segala kejadian yang menimpa mutlak datangnya dari Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman, "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Barangsiapa yang beriman kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. at-Taghabun [64]: 11).
Jelaslah, sesungguhnya setiap kejadian yang kita alami tidak akan lepas dari ketentuan dan izin Allah, sehingga tidak ada kecemasan dan kegelisahan saat kejadian menimpa kita. Akan tetapi, kebanyakan dari kita amat sibuk dengan pikiran yang mencemaskan perbuatan-perbuatan makhluk dan mengharapkan datangnya bantuan makhluk. Padahal sudah jelas, tidak ada satu pun yang dapat menimpakan mudarat ataupun mendatangkan manfaat, selain dengan izin-Nya.
"Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, tiada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Yunus [10]: 107)
Barangsiapa yang yakin bahwa Allah-lah yang akan menolong dan menjaminnya dalam setiap urusan, niscaya Allah pun benar-benar akan menjaminnya. Sebab, dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman,"Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku dan Aku bersama dengannya ketika ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku di dalam hatinya, Aku pun ingat kepadanya di dalam hati-Ku. Jika ia ingat kepadaku dalam lingkungan khalayak ramai, niscaya Aku pun ingat kepadanya dalam lingkungan khalayak ramai yang lebih baik. Jika ia mendekati-Ku sejengkal, Aku mendekatinya pula sehasta. Jika ia mendekati-Ku sehasta, niscaya Aku mendekatinya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku mendekatinya sambil berlari." (H.R. Syaikhani dan Turmudzi dari Abu Hurairah ra.)
Nah, itulah kunci kehidupan yang sesungguhnya. Semua kejadian telah diketahui dan diatur secara cermat, penuh kebijaksanaan, dan kasih sayang, untuk ditimpakan kepada hamba-hamba-Nya. Allah Maha Tahu akan keadaan kita pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Dia Maha Tahu akan keinginan dan cita-cita kita. Dia pun Maha Tahu akan tingkat intelektualitas, kekuatan tubuh, keadaan perekonomian, bahkan segala yang ada pada diri kita. Bukankah Dia yang menciptakan dan mengurus segala-segalanya?
Jadi, mutlak setiap yang ditimpakan itu akan sangat sesuai dengan keadaan kita. "Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang dikerjakannya dan ia mendapatkan siksa dari (kejahatan) yang dikerjakannya." (Q.S. al-Baqarah [2]: 286)
Sekiranya suatu musibah dirasakan pahit dan amat berat, sebetulnya semua itu semata-mata karena kita belum mampu memahami hikmah di balik kejadian tersebut. Atau karena kita masih beranggapan bahwa rencana kita lebih baik daripada rencana Allah SWT.
Padahal ilmu kita yang teramat sangat sedikit ini kerap kali terlampau diselimuti oleh hawa nafsu yang cenderung menipu dan menggelincirkan diri, sedangkan Dia adalah Dzat yang Maha Mengetahui segala-galanya. Firman-Nya, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. " (Q.S. al-Baqarah [21]:216)
Oleh karena itu, bilamana datang suatu kejadian yang mencemaskan, segera kuasai diri sebaik-baiknya. Jangan menyiksa diri dengan pikiran yang diada-adakan atau dipersulit, sehingga terasa makin menyiksa. Memang begitulah kita, lebih gemar menganiaya diri sendiri dengan menenggelamkan ingatan dan lamunan pada yang tiada bermanfaat.
Segeralah kembalikan segala urusan kepada Allah. Yakinilah kesempurnaan, pertimbangan, dan kasih sayang-Nya, dan segera bulatkan hati bahwa hanya Dialah satu-satunya pembela. Dia-lah pemberi jalan keluar yang paling sempurna. Mustahil Dia lalai dan lupa terhadap keadaan hamba-Nya. Tidak mungkin pula Dia memungkiri janji-Nya terhadap orang-orang yang bersungguh-sungguh yakin bahwa pertolongan itu hanya datang dari-Nya. "... maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik pelindung." (Q.S. Ali `Imran [3]: 173)
Setelah hati dan keyakinan kita bulat, segera juga bulatkan ikhtiar untuk memburu pertolongan Allah dengan amalan-amalan yang dicintai-Nya. Camkan, bahwa rida terhadap takdir itu letaknya di dalam hati, tetapi tubuh harus ikhtiar di jalan yang diridai-Nya. Sebab, Allah sendiri telah menegaskan, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah nasibnya sendiri. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya. Dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Q.S. ar-Ra`d [131]: 11)
Dengan demikian, setiap untaian kejadian yang menimpa kita akan menjadi sarana yang paling tepat untuk gandrung bermunajat kepada Allah, sehingga membuat kita semakin taqarrub dan tidak pernah bisa lupa kepada-Nya. Itulah sebenarnya rahasia ketenangan dan kebahagiaan sejati di dunia ini, yang insya Allah akan menjadi bekal kebahagiaan yang kekal di akhirat nanti. "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik." (Q.S. Ar-Ra`d [13]:28-29)
Sekiranya sikap kita sesuai dengan keinginan Allah, apa pun yang terjadi pasti akan menguntungkan bagi dunia dan akhirat kita. Sebaliknya, bila menghadapinya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya, niscaya dunia ini akan memperbudak dan menyengsarakan kita. Wallahu a`lam bishshawwab.***
Cegah Pikun Dengan Satu Cangkir Kopi Setiap Hari
Kopi tak hanya bisa bermanfaat untuk mencegah kantuk. Sebuah penelitian membuktikan, kebiasaan meneguk secangkir kopi setiap hari dapat mencegah kepikunan.
Kafein yang terkandung dalam kopi dapat memperbaiki kelainan otak penyebab penyakit alzheimer atau yang lebih dikenal dengan istilah pikun.
Biasanya alzheimer diderita oleh para manula, maka obat-obat yang dipilih pun tak boleh terlalu keras. Oleh karena itu, kafein dianggap zat yang paling aman untuk dikonsumsi oleh para manula.
Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat seperti dikutip dari Female First, Selasa (14/7/2009) kafein mudah diserap otak dan membetulkan area yang rusak di otak.
Penyebab utama alzheimer adalah penyumbatan suatu protein di otak. Kafein dapat mengencerkan protein yang menyumbat tadi. Sehingga Alzheimer dapat dicegah.
Namun terlalu banyak kafein juga akan berpengaruh pada detak jantung Anda. Sehingga para ahli menganjurkan untuk meneguk satu cangkir kopi hitam setiap hari dan tidak lebih.
Kopi tak hanya bisa bermanfaat untuk mencegah kantuk. Sebuah penelitian membuktikan, kebiasaan meneguk secangkir kopi setiap hari dapat mencegah kepikunan.
Kafein yang terkandung dalam kopi dapat memperbaiki kelainan otak penyebab penyakit alzheimer atau yang lebih dikenal dengan istilah pikun.
Biasanya alzheimer diderita oleh para manula, maka obat-obat yang dipilih pun tak boleh terlalu keras. Oleh karena itu, kafein dianggap zat yang paling aman untuk dikonsumsi oleh para manula.
Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat seperti dikutip dari Female First, Selasa (14/7/2009) kafein mudah diserap otak dan membetulkan area yang rusak di otak.
Penyebab utama alzheimer adalah penyumbatan suatu protein di otak. Kafein dapat mengencerkan protein yang menyumbat tadi. Sehingga Alzheimer dapat dicegah.
Namun terlalu banyak kafein juga akan berpengaruh pada detak jantung Anda. Sehingga para ahli menganjurkan untuk meneguk satu cangkir kopi hitam setiap hari dan tidak lebih.
Langganan:
Postingan (Atom)