Ironi di Tengah Bencana

Jumlah simpati yang mereka tunjukkan sesungguhnya jauh lebih kecil dari pemborosan yang sudah dipertunjukkan para wakil rakyat hari itu.

BANGSA Indonesia kembali berduka. Kurang dari satu bulan setelah gempa dahsyat berkekuatan 7,3 pada skala Richter mengguncang Jawa Barat, gempa berkekuatan 7,6 pada skala Richter mengentak Sumatra Barat, Rabu (30/9), pukul 17.27 WIB. Sehari kemudian, gempa berkekuatan 7 pada skala Richter menggoyang Kerinci, pukul 8.52 WIB. Bencana demi bencana seakan tak mau lekang dari bumi pertiwi

Dua peristiwa gempa yang terjadi terakhir, dikabarkan sudah menelan ratusan korban jiwa dan ribuan lainnya luka-luka. Jumlah korban kemungkinan bertambah karena masih ada sejumlah warga yang terperangkap puing bangunan. Dari sisi materi, ribuan rumah, gedung, dan infrastruktur lainnya mengalami kerusakan.

Seperti biasa, ketika terjadi bencana, kepanikanlah yang selalu terjadi. Masyarakat panik menyelamatkan diri, sementara pemerintah panik karena harus menyiapkan dana untuk rehabilitasi. Hampir tidak ada koordinasi yang jelas antarinstitusi.

Pesan dan penjelasan mengenai mitigasi bencana hanya menjadi penghias situs-situs resmi pemerintah daerah, tetapi tak ada waktu menyosialisasikannya kepada publik atau mengajarkannya kepada siswa-siswa dengan menyisipkan ke kurikulum nasional atau muatan lokal.

Selama ini kita hidup di daerah rawan bencana. Namun, nyaris tidak ada kebijakan, strategi, perencanaan, dan program-program yang diperkenalkan kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kewaspadaan kita saat menghadapi bencana. Oleh karena itu, korban jiwa dan harta benda selalu saja besar setiap terjadi musibah.

Sementara itu, di Senayan, pemandangan kontras kita saksikan ketika para anggota dewan periode 2009-2014 dilantik dengan biaya hingga Rp 46 miliar. Wajah-wajah mereka terlihat ceria dalam balutan jas dan kebaya mahal. Ironisnya, tak ada secuil pun ajakan dari pimpinan DPR sementara untuk berdoa atau minimal menyatakan belasungkawa atas musibah gempa bumi di Sumatra.

Memang di luar acara, ada usulan dari mantan Ketua MPR Amien Rais agar gaji pertama anggota MPR dipotong sekitar 20% untuk disumbangkan kepada korban gempa. Sementara itu, anggota DPR terpilih dari daerah pemilihan Sumatra Barat (Sumbar), Refrizal mengimbau agar seluruh anggota DPR yang baru saja dilantik ikut membantu korban gempa dengan menyerahkan seluruh uang prestasinya melalui fraksi masing-masing.

Namun, jumlah simpati yang mereka tunjukkan sesungguhnya jauh lebih kecil dari pemborosan yang sudah dipertunjukkan para wakil rakyat hari itu. Seakan, semua beban sudah terlepas dari pundak mereka dengan menyerahkan berlembar-lembar rupiah.

Oleh karena itu, melalui forum ini, harian ini mengajak kita untuk bersama-sama melecut kembali kesadaran moral, kepedulian sosial, dan solidaritas terhadap saudara-saudara kita di Sumatra. Lewat kebersamaan, kita bisa merasakan penderitaan sesama anak bangsa untuk kemudian membantu meringankannya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar