Sabar Kunci Sukses

Siapakah yang disebut orang sabar? Yaitu orang yang ketika dihantam musibah, dengan penuh keyakinan mengatakan, "Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Kami adalah milik Allah, segala urusan kembali kepada Allah." Bagaikan tukang parkir yang merasa tidak kecewa, saat mobil yang ditungguinya diambil si pemilik. Sebab, merasa tidak memiliki hanya merasa tertitipi, maka ia ikhlas. Ikhlas menganggap semua hanyalah titipan Allah, manusia tidak punya apa pun. Manusia hanya makhluk ciptaan-Nya yang hidup sebentar dan tidak lama kemudian mati.

Manusia tidak boleh merasa memiliki semuanya, kecuali hanya tertitipi. Oleh karena itu, kalau sakit tubuh ini maka itu juga sakit milik-Nya. Allah munguji manusia dengan sakit sebagai bahan evaluasi diri untuk bertobat. Sakit bisa menjadi ladang amal silaturahmi dengan dokter, berapa pun biaya yang dikeluarkan untuk membayarnya. Biaya itu adalah rezeki dari Allah, walaupun habis harta, tetapi semuanya memang hanya titipan Allah.

Anak misalnya, ada yang memiliki kekurangan, cacat, dan sebagainya. Anak bukan milik kita, anak adalah titipan Allah. Kita tidak usah minder dengan keterbatasannya dan jangan sombong oleh kelebihannya. Semuanya hanya titipan Allah, semua ada waktunya, semua ada ajalnya. Sabar bukan pasrah, sabar bukan lemah, sabar bukan pasif, sabar adalah keterampilan seseorang merespons kejadian apa pun, dengan sikap terbaik yang disukai Allah SWT.

Sabar merupakan akhlak paling utama, yang banyak mendapat perhatian Alquran. Imam Al-Ghazali berkata, "Allah swt menyebutkan, sabar di dalam Alquran lebih dari tujuh puluh tempat." Ibnul Qoyyim mengutip perkataan Imam Ahmad, "Sabar di dalam Alquran terdapat di sekitar sembilan puluh tempat." Sabar menurut bahasa, berarti menahan dan mengekang. Kebalikan sabar adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah).

Aspek kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini dipahami orang. Imam Al-Ghazali berkata, sabar itu ada dua. Pertama bersifat badani (fisik), seperti menanggung beban dengan badan, berupa pukulan yang berat atau sakit yang kronis. Kedua al-shabru al-nafsi (kesabaran moral) dari syahwat naluri dan tuntutan hawa nafsu. Bentuk kesabaran ini (nonfisik) bermacam-macam. Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat perut dan kemaluan disebut iffah. Jika di dalam musibah, secara singkat disebut sabar, kebalikannya adalah keluh kesah. Jika sabar di dalam kondisi serba berkucukupan disebut mengendalikan nafsu, kebalikannya adalah kondisi yang disebut sombong (al-bathr).

Sabar dalam peperangan dan pertempuran disebut syaja’ah (berani), kebalikannya adalah al-jubnu (pengecut). Sabar di dalam mengekang kemarahan disebut lemah lembut (al-hilmu), kebalikannya adalah tadzammur (emosional). Sabar dalam menyimpan perkataan disebut katum (penyimpan rahasia). Sedangkan sabar dari kelebihan disebut zuhud, kebalikannya adalah al-hirshu (serakah).

Kebanyakan akhlak keimanan masuk ke dalam sabar. Pada suatu hari, Rasulullah saw. ditanya tentang iman. Beliau menjawab iman adalah sabar. Sebab, kesabaran merupakan pelaksanaan keimanan yang paling banyak dan paling penting. "Dan orang yang sabar dalam musibah, penderitaan, dan dalam peperangan, mereka itulah orang yang benar imannya, serta mereka itulah orang-orang yang bertaqwa." (Q.S. Al-Baqarah: 177).

Oleh karena itu, kita dapat memahami mengapa Alquran menjadikan masalah sabar sebagai kebahagiaan di akhirat, tiket masuk ke surga, dan sarana mendapatkan sambutan para malaikat. Sabar adalah kekhasan manusia, sesuatu yang tidak terdapat di dalam binatang sebagai faktor kekurangannya, dan di dalam malaikat sebagai faktor kesempurnaannya.

Binatang telah dikuasai penuh oleh syahwat. Oleh karena itu, satu-satunya pembangkit gerak dan diamnya hanyalah syahwat. Juga tidak memiliki "kekuatan" untuk melawan syahwat dan menolak tuntutannya, sehingga kekuatan menolak tersebut bisa disebut sabar. Sebaliknya, malaikat dibersihkan dari syahwat, sehingga selalu cenderung kepada kesucian Illahi dan mendekat kepada-Nya. Oleh karena itu, tidak memerlukan "kekuatan" yang berfungsi melawan setiap kecenderungan kepada arah yang tidak sesuai dengan kesucian tersebut.

Akan tetapi, manusia adalah makhluk yang dicipta dalam proses perkembangan merupakan makhluk yang berakal, mukallaf (dibebani) dan diberi cobaan, maka sabar adalah "kekuatan" yang diperlukan untuk melawan "kekuatan" yang lainnya. Akibatnya, terjadilah "pertempuran" antara yang baik dengan yang buruk. Yang baik dapat juga disebut dorongan keagamaan dan yang buruk disebut dorongan syahwat.

Agama tidak akan tegak dan dunia tidak akan bangkit, kecuali dengan sabar. Sabar adalah kebutuhan duniawi keagamaan. Tidak akan tercapai kemenangan di dunia dan kebahagaiaan di akhirat, kecuali dengan sabar.

Kedudukan seseorang ditentukan oleh kualitas kesabarannya. Pemimpin yang tidak sabar, pasti tidak akan berhasil memimpin dan akan jatuh akibat ketidaksabarannya. Oleh karena itu, orang yang tidak pernah sungguh-sungguh melatih kesabaran dalam kehidupan ini, maka akan menderita. Sebab, kesabaran membuat daya tahan yang luar biasa dan benar-benar memperindah pribadi seseorang.

Quraish Shihab dalam "Menyingkap Tabir Ilahi", menyebut kata "Asshabur" (Allah Maha Penyabar) berasal dari akar kata yang terdiri atas tiga huruf, shad, ba, dan ra. Makna dari kata ini, " menahan", "ketinggian sesuatu", dan "sejenis batu". Dari makna menahan, lahirlah makna konsisten/istikamah. Sebab, sikap menahan pandangannya terhadap suatu gejolak dinamai sabar.

Seseorang yang ditahan di penjara dan dia sabar sampai mati disebut mashburah. Dari makna kedua, lahir kata "shubr", yang berarti puncak sesuatu. Jadi, orang yang memiliki kesabaran yang tinggi, maka dia akan memiliki puncak kemuliaan. Dan dari makna yang ketiga, muncul kata "ash subrah" yakni "batu yang amat kukuh lagi kasar" atau bisa juga disebut dengan "potongan besi".

Apabila makna itu saling mengait, orang yang punya kemampuan sangat menahan diri, gigih, tangguh, maka dia akan punya tingkat kemuliaan, ketinggian kehormatan selaku manusia, dan dia akan memiliki ketahanan yang amat dahsyat.

Kesabaran amatlah berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada Allah, yaitu orang-orang yang apabla ditimpa musibah mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`un." Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka. Mereka itulah orang yang mendapat petunjuk (Q.S. Al-Baqarah: 156-157).

Ketidaksabaran timbul, ketika kita melihat makhluk terlalu hebat dan melihat makhluk sebagai sumber. Padahal, makhluk cuma jalan (perantara). Kalau fokus kita kepada makhluk, maka kualitas kesabaran kita bakal berkurang. Orang yang targetnya akhirat, maka kesabarannya akan meningkat. Sabar itu berat awalnya, tetapi manis akhirnya. Latihan sabar adalah kesungguhan. Latihan sabar adalah latihan kemuliaan. Sebab, tiada pahala yang terputus, kecuali pahala orang yang ahli sabar.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar