Kebangkitan Pemikiran Umat Islam

Umat Islam menjadikan awal abad XV Hijriah (mulai 1400-an atau tahun 1980-an menurut penanggalan Masehi) sebagai abad kebangkitan Islam. Walaupun, yang lebih tepat adalah kebangkitan umat Islam. Mengapa? Karena dalan kredo umat Islam, Islam itu tinggi dan tidak ada yang melebihi ketinggiannya. Jadi, bukan ajaran Islamnya yang terpuruk atau mundur, tetapi umatnya.

Realitasnya, isu kebangkitan umat Islam ini, baik secara nasional maupun internasional, jauh dari yang diharapkan. Semangat perlawanan umat Islam yang dipimpin tokoh Islam seperti Kiai Mojo, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, P.H. Hasan Mustafa, untuk mengusir penjajah, berbuah kemerdekaan. Secara fisik penjajah sudah tidak bercokol. Namun, penjajahan politik, ekonomi, kebudayaan, dan hukum terus berlangsung hingga kini.

Umat Islam di dunia pun mengalami euforia kebangkitan. Memang, harapan umat tampak saat Revolusi Iran berhasil menjatuhkan Rezim Syah Iran, tetapi ternyata berhenti hanya di Iran. Keberhasilan umat Islam Afganistan mengusir Uni Sovyet pun sempat jadi harapan. Namun, konflik internal antarsesama pejuang Afganistan memupus harapan umat Islam dunia.

Di dunia internasional, kita menyaksikan saudara-saudara kita di Palestina terus hidup dalam penderitaan. Penderitaan juga dialami umat Islam di Bosnia, Kosovo, Chechnya, Dagestan, Jammu Khasmir, Pattani Thailand, Moro Filipina, dan lainnya. Pascaperistiwa 11 September 2001, ratusan ribu umat Islam di Afganistan dan Irak terbunuh hanya dengan dalih untuk memerangi terorisme dan tuduhan yang diada-adakan.

Sejarah buruk yang menimpa umat Islam khususnya dan umat di dunia umumnya adalah akibat hegemoni AS dan sekutunya yang kapitalis sekaligus imperialis. Sejarah kelam ini tentunya tidak boleh kita lupakan begitu saja. Kita harus mengambil pelajaran darinya.

Jalan baru

Kenyataan itu makin menegaskan umat Islam masih dalam keadaan mundur. Keadaan umat saat ini kurang lebih sama dengan sinyalemen Rasulullah saw., empat belas abad lalu yang menggambarkan umat Islam bagai hidangan.

Mengapa umat mundur? Mengapa umat Islam yang dikatakan Allah sebagai sebaik-baik umat, berada dalam keadaan demikian menyedihkan?

Ada dua faktor utama. Pertama, faktor eksternal penyebab kemunduran umat adalah gencarnya serangan dari luar umat. Musuh-musuh Islam senantiasa mencabik-cabik persatuan umat, menjauhkan umat Islam dari agamanya. Dibuatnya umat Islam lebih terikat kepada suku atau bangsanya sendiri ketimbang terhadap Islam. Langkah ini ditempuh mereka dengan menyebarkan pemikiran sekularisme.

Kedua, faktor internal. Inti dari faktor internal penyebab kemunduran umat adalah kenyataan bahwa banyak umat Islam yang justru telah meninggalkan ajaran Islam. Kemunduran pemahaman umat terhadap agama Islam itu timbul terutama setelah umat tidak lagi dibina keislamannya secara praktis.

Hakikat kebangkitan

Hanya ada satu cara untuk keluar dari kemelut ini, yakni umat Islam harus bangkit. Tekad itu memang mulai menyebar ke tengah umat semenjak dicanangkannya abad ke-15 Hijriah sebagai abad kebangkitan Islam. Tetapi, apa yang dimaksud dengan bangkit atau kebangkitan?

Kebangkitan yang hakiki harus dimulai dengan perubahan pemikiran secara mendasar dan menyeluruh. Pemikiran mendasar dan menyeluruh ini adalah akidah. Seseorang akan bertingkah laku islami jika pada diri seorang Muslim tertanam pemahaman Islam. Dengan demikian, kebangkitan umat Islam adalah kembalinya pemahaman seluruh ajaran Islam ke dalam diri umat.

Untuk itu diperlukan dakwah. Dakwah di tengah kemunduran umat seperti sekarang adalah dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam. Dakwah semacam ini harus dilakukan secara berjemaah (kolektif) atau berkelompok yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Pemahaman bahwa dakwah adalah tugas kiai atau ustaz saja harus dikikis. Setiap Muslim dapat terlibat langsung secara aktif dalam dakwah. Dakwah bukan hanya di mimbar, tetapi di mana pun dan kapan pun.

Dakwah kepada individu Muslim bertujuan membentuk seorang Muslim yang berkepribadian Islam. Yakni, seorang yang berpikir dan bertindak secara islami. Ia tidak berpikiran kecuali sesuai dengan ajaran Islam, dan tidak bertindak kecuali sesuai dengan syariat Islam.

Sementara secara komunal, dakwah kepada umat bertujuan agar dari Muslim yang berkepribadian Islam tadi terbentuk kekuatan dan dorongan untuk melakukan perubahan masyarakat ke arah Islam. Oleh karena itu, suatu keniscayaan adanya opini umum di tengah masyarakat bahwa sistem Islam bukan untuk umat Islam saja, karena Islam memang rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin) dan untuk semua manusia (kaaffatan lin naas). Sehingga, Islam sebagai jalan baru bagi umat manusia benar-benar disadari umat Islam sendiri dan juga umat lain.

Kini, yang dominan dihadapi umat bukanlah perang fisik -meski perang fisik berlangsung di sejumlah tempat- melainkan perang pemikiran. Semestinya umat turut terjun sebagai "pasukan Islam" dengan menembakkan "peluru" pemikiran Islam, memerangi musuh yang membawa "peluru" pemikiran sesat. Mulut (untuk bicara) dan tangan (untuk menulis) adalah senjata umat Islam, dengan kantong peluru berupa pemahaman Islam yang sahih.

Era teknologi dan informasi sekarang menyediakan berbagai macam sarana yang bisa digunakan untuk perang pemikiran. Internet dengan situs, blog, atau facebook sekalipun dapat digunakan untuk dakwah pemikiran. Koran dengan berbagai rubriknya, radio, televisi, dan lain-lain.

Diperlukan lebih banyak lagi umat Islam yang bergerak di tengah masyarakat untuk membangkitkan umat Islam dari tidur panjangnya. Hanya melalui umat yang sadar bisa diharapkan kebangkitan umat yang hakiki. Dari kebangkitan yang hakiki itu terlahir masyarakat Islam modern yang diridai Allah SWT dan dinantikan umat manusia. Itu dimulai dengan membangkitkan pemikiran umat. Wallahu’alam bi al-shawab.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar