Palestina Memiliki Keunikan Sejarah

KAJIAN historis Palestina memiliki keunikan tersendiri karena di wilayah ini bermuara tiga agama samawi, yakni Yahudi, Nasrani, dan Islam. Jerusalem atau Al-Quds atau Baitul-Maqdis merupakan satu-satunya kota di dunia yang memiliki nilai sejarah, nilai spiritual, serta nilai religius yang signifikan bagi Yahudi, Kristiani, dan Muslim. Khususnya bagi Muslim, Jerusalem memiliki nilai sejarah, di mana kiblat pertama bagi umat muslim adalah di Jerusalem sebelum akhirnya Nabi Muhammad saw. atas perintah memindahkannya ke Mekah. Nabi Muhammad pernah mengatakan kepada kaum Muslim "Hanya ada tiga masjid yang harus kamu kunjungi dalam perjalanan, yakni masjid suci (di Mekah, Saudi Arabia), masjid milik saya ini (Madinah, Saudi Arabia), dan masjid Al-Aqsa (Jerusalem)." Kota Jerusalem dilingkari tembok yang sudah berusia 450 tahun, didirikan oleh Khalifah Sulaiman pada masa pemerintahan Turki Utsmani di abad XVI.

Peradaban Palestina sebenarnya telah mulai dibangun sejak 40.000 tahun silam. Kedatangan imigran Yahudi ke Palestina untuk pertama kali terjadi pada masa Nabi Musa.Pada waktu itu, bangsa Yahudi melakukan eksodus, melarikan diri dari pengejaran Firaun dari Mesir. Bangsa ini telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi dari segi teknologi. Kekuasaan bangsa Yahudi di negeri Palestina mengalami kehancuran ketika bangsa ini mendapat serangan dari Babilonia. Di samping itu, mereka sendiri mengalami konflik internal. Hingga akhirnya, bangsa Yahudi kalah dan diusir dari tanah Palestina. Sejak saat itu, bangsa Yahudi mengalami masa diaspora, yakni terpencar-pencar di berbagai negara di seluruh dunia. Dalam kondisi diaspora tersebut, orang-orang Yahudi terus berusaha menyusun kekuatan untuk menguasai kembali Palestina dan membentuk negara yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Turki Usmani. Tokoh-tokoh Yahudi yang gencar melancarkan upaya pendudukan Palestina di antaranya Mosses Hess (1862), Leo Pinkster (1882), dan Theodore Herzl. Mereka menggagas gerakan "Kembali ke Bukit Zion" yang kemudian melahirkan gerakan internasional yang dikenal dengan nama Zionisme. Cikal bakal konflik bermula dari ambisi pendiri zionis, Theodore Herzl, yang menginginkan Yahudi harus memiliki tanah sendiri. Mereka sangat bernafsu untuk membumihanguskan umat Islam di dunia.

Pada 1917 , Menteri Luar Negeri Inggris Lord Balfour memberikan dukungannya kepada ambisi koloni mereka itu. Ia berharap negara zionis di Palestina dapat membantu kepentingan kerajaan Inggris. Setelah munculnya kekhawatiran aksi pembasmian, ketika Nazi Jerman melakukan pembunuhan massal terhadap 6 juta Yahudi, zionis menjadi tren mayoritas di kalangan Yahudi. Secara tragis, sebagian Yahudi melakukan penindasan di Eropa dan kemudian di Timur Tengah. Pada 1947, PBB melalui resolusi 181 mencabut mandat Inggris di Palestina dan membagi wilayah Palestina, 56 persen untuk bakal negara Israel, sedangkan bakal negara Palestina hanya mendapatkan 42 persen. Sementara itu, 2 persen sisanya yang meliputi wilayah Jerusalem—termasuk Betlehem/Baitul-Rahim—yang menjadi klaim sentral tiga agama: Yahudi, Kristen, dan Islam di bawah administrasi PBB.

Selanjutnya, sejarah konflik Israel-Palestina masuk ke dalam konflik besar, di mana Israel dengan negara-negara Arab menempuh dua jalur, yakni perang dan perundingan. Perang yang terkenal tahun 1948-1949 Israel "dikeroyok" Mesir, Suriah, Libanon, Irak, Yordania, Saudi Arabia, Yaman, dan milisi Palestina. Ujungnya adalah seluruh wilayah Palestina dikuasai Israel. Peristiwa itu disebut orang Palestina sebagai al-Nakbah (Bencana Besar) yang ditandai dengan dimulainya eksodus orang-orang Palestina yang menjadi pengungsi di negara-negara jirannya hingga sekarang, dan perangan yang berkecamuk hingga tahun 1949.

Pada tahun 1948, Haganah, Organisasi Bersenjata Rahasia Zionis (beberapa dekade kemudian, organisasi ini menjadi bagian utama Partai Buruh Israel) memaksakan otoritasnya secara militer atas negara Yahudi yang ditetapkan PBB dan mencaplok sebagian besar wilayah Palestina. Desa-desa Palestina sampai ke jalan besar Tel Aviv dihancurkan. Warga Palestina melarikan diri di bawah serangan bom yang bertubi-tubi. Hampir 200 ribu warga Palestina tergusur dari tanah mereka. Pada 14 Mei 1948, diumumkan pendirian pemerintahan Israel dengan bantuan Amerika. Pada 1953-1955, terjadi pembunuhan massal seratus warga Palestina oleh Pasukan Khusus Israel yang dipimpin oleh Kapten Ariel Sharon. Teror dan pengusiran warga Palestina terus berlanjut secara sistematis. Beberapa kali Israel melanggar batas perjanjian dan terus menyerang pengungsi-pengungsi Palestina. Warga Palestina pun terusir dari ibu pertiwinya sendiri.

Pada akhir Oktober 1956, lima puluh warga Palestina di pedesaan Kafar Qassem dibunuh secara massal. Pada saat yang sama dengan menyerang Mesir, Israel bergerak menuju Terusan Suez. Serangan yang terkenal sebagai Perang Sinai ini berakhir dengan pendudukan Sinai dan Gaza selama 4 bulan.

Berdasarkan perjanjian rahasia Israel, Inggris, dan Prancis, dua negara kuat Eropa ini menyerang daerah Terusan Suez dan Mesir dengan alasan menjaga keamanan pelayaran di Terusan Suez. Pada 1967, rencana pembangunan pemukiman Zionis dimulai dan dalam tempo setahun setelah perang di mana Israel bekerja sama dengan intelejen dan militer AS, pembangunan puluhan pemukiman di beberapa wilayah pendudukan selesai. Lebih dari 12.000 orang Yahudi tinggal di sana. Israel resmi berdiri. (Dari berbagai sumber)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar