Gaza Laboratorium Senjata
JALUR Gaza, Palestina, dijadikan laboratorium senjata Israel? Sejumlah laporan menyebutkan sederetan persenjataan baru Israel, yang diyakini kuat diujicobakan dalam agresi militer Israel ke Jalur Gaza selama 22 hari dimulai pada 27 Desember 2008-18 Januari 2009 yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang rakyat Palestina, tiga belas rakyat Israel, dan ribuan rakyat Palestina lainnya terluka. Serangan Israel ini terus berlanjut. Jumat (8/1) seorang warga Palestina tewas akibat serangan udara yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.
Beberapa laporan media secara eksplisit maupun implisit menyebutkan, rakyat Jalur Gaza Palestina dijadikan "kelinci" percobaan senjata Israel, yang relatif baru dan banyak belum ditemukan dalam perang-perang sebelumnya. Analisis mengenai penggunaan senjata ilegal Israel ini muncul di media liberal Israel, Ha’retz, edisi 16 Januari 2009 lalu oleh analis Ha’retz terkemuka Amira Hass.
Menurut David Halpin, sepertinya Gaza telah dijadikan lokasi pengetesan senjata-senjata ganas. "Kita melihat Gaza dijadikan sebagai laboratorium untuk mengetes apa yang kami sebut sebagai senjata dari neraka, "ujar Halpin, mantan ahli bedah Inggris yang sering berkunjung ke Gaza untuk menginvestigasi luka-luka yang tid
Dokter-dokter di Gaza juga dikagetkan, karena menjumpai banyak pasien yang terluka parah bukan disebabkan oleh senjata konvesional biasa, tetapi senjata jenis baru yang lebih mengerikan efeknya. Hal ini juga pernah dikatakan dua tenaga medis Norwegia Mads Gilbert (61) dan Erik Fosse (58), yang selama sepuluh hari bekerja di rumah sakit Shifa, Gaza. Mereka dikirim oleh Komite Bantuan Norwegia (Norwegian Aid Comitte/Norwac). Gilbert menyatakan, biasanya dalam insiden ledakan para korban yang langsung terkena, tubuhnya terkoyak dan tak akan bisa bertahan hidup. "Jika Anda berada sangat dekat DIME yang meledak, rasanya kaki Anda seperti terkoyak dan lepas. Anda merasakan tekanan gelombang yang sangat kuat dan tak ada pecahan mesiu," kata Fosse yang sudah bergelut di zona perang selama tiga puluh tahun.
Menurut Marc Garlasco, Israel menggunakan bom fosfor putih dalam serangannya. "Bom fosfor boleh digunakan di medan perang bukan di tempat padat penduduk di Gaza, karena efeknya sangat merusak bagi tubuh manusia dan lingkungan," kata Marc Garlasco, analis militer senior dari Human Rights Watch (HRW).
Bom tersebut diproduksi di Amerika oleh General Dynamics Corporation. Israel menggunakan bom tersebut, karena belajar dari serangan ke Lebanon 2006 yang kehilangan banyak tank. Efek dari bom ini sangat mengerikan bagi penduduk Gaza, karena fosfor tersebut dapat langsung membakar kaca, pohon, dan segala benda kering termasuk anak-anak dan ibu-ibu di Gaza dengan temperatur sangat tinggi. Asosiasi Dokter Yordania pada Januari 2009- menjelaskan, militer Zionis Israel dalam agresinya ke Jalur Gaza menggunakan senjata yang dilarang secara internasional, fosfor putih dan sembilan puluh persen korban di Jalur Gaza terluka karena bom ini.
Senjata baru kedua Israel yang diujicobakan adalah GPS Guided Mortar. Senjata ini dipasang di kapal perang Israel dan menggunakan monitor GPS untuk mengetahui target serangan. Menurut Garlasco, belum pernah ada yang menggunakan senjata ini dalam konflik militer. Israel yang pertama. Anehnya, senjata ini melenceng tiga puluh meter dari target, sehingga membom sekolah PBB (sekolah milik UNRWA, United Nations Relief and Works Agency) dan membunuh 46 warga Gaza yang sedang mengungsi dan ketakutan di dalamnya. Senjata baru lainnya yang diuji cobakan di Gaza bernama GBU-39. Bom ini bisa menembus lapisan tanah tanpa menimbulkan suara ledakan. September 2008 lalu, Israel memesan seribu bom GBU-39 ini dari Amerika. Warga Gaza memberikan kesaksian, mereka tahu kalau Israel menggunakan bom jenis baru, tetapi mereka tidak tahu apa itu.
Tidak seperti roket Qossam yang merupakan hasil buatan Hamas, bom ini jelas lebih hebat dan canggih. Bom ini diproduksi oleh Boeing Corporation di Amerika, korporasi besar pembuat senjata dan pesawat.
Membunuh warga
Senjata baru lainya yang membunuh warga Gaza bernama DIME. Senjata ini sangat baru dan belum pernah diujicobakan sama sekali dalam pertempuran dan belum terdaftar di PBB. Bom ini terdiri dari 25 persen TNT dan 75 persen tungsten, logam berat dengan titik leleh 3.410 derajat Celsius. Kehebatan DIME, menurut Garlasco, sangat efektif karena efek bom ini hanya berpengaruh dalam area kecil, sepuluh-dua puluh meter persegi. Gaza adalah penjara beratap langit yang padat penduduk, di mana 1,5 juta jiwa hidup dalam area 40 x 16 km persegi, sehingga yang selamat dari efek bom ini sangat berisiko terkena kanker.
Senjata baru Israel yang lainnya adalah SPIKE. Menurut Garlasco, senjata ini sangat baru, dibuat antara 2005-2006. Keunggulan senjata ini adalah bisa mengejar sendiri target yang bergerak dan berbelok cepat. Senjata ini disebut-sebut dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika bekerja sama dengan Rafael (Otoritas Pengembangan Persenjataan Israel--the Israel Armament Development Authority).
Israel juga menggunakan APAM (Anti Personnel/Anti Materiel). APAM ini sangat baru, dikembangkan setelah agresi ke Lebanon. Biar tidak ketahuan menggunakan cluster bom, Israel menggunakan APAM berisi cluster bom.
"Kebanyakan dari persenjataan Israel adalah dari Amerika yang diproduksi selama Perang Dingin dan di desain untuk menghancurkan tank-tank Rusia," kata Garlasco. Sedangkan, Israel menggunakannya untuk melumpuhkan target-target di tengah pemukiman sipil. Namun, kehancuran di Palestina kebanyakan dikarenakan oleh senjata-senjata lama (saat Perang Dingin) yang kurang canggih, tetapi lebih murah.
Sumber-sumber pemberitaan Palestina pada Desember 2008-Januari 2009 menjelaskan, jet-jet tempur F-16 dan helikopter Apache militer Israel yang difasilitasi dengan bom pintar GBU-39, membombardir rumah-rumah penduduk, termasuk wanita dan anak-anak tak berdosa adalah senjata-senjata buatan Amerika. Koran Israel, Haaretz, mengklaim, bom pintar GBU-39 yang digunakan mengebom Gaza adalah senjata buatan AS dengan berat 113 kilogram. (Dari berbagai sumber)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar