Menjaga Lidah

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang yang zalim.

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yaang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

Ayat dari Q.S. Al Hujurat:10-12 itu yang menyadarkan kepada kita pentingnya menjaga perkataan. Salah satu anggota tubuh manusia yang banyak menyebabkan dosa, celaka bahkan binasa adalah lidah. Potensi lidah apabila digunakan jalan kebaikan akan menjelma menjadi hamba Allah yang taat, namun sebaliknya bisa menyeret kepada kebencian.

Nabi Muhammad bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendak lah berkata benar atau diam tak berbicara." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lainnya dinyatakan, "Simpanlah lidahmu kecuali untuk perkataan yang baik. Dengan bersikap seperti itu, engkau dapat mengalahkan setan." (H.R. Ibnu Hibban).

Nabi saw., juga menegaskan keselamatan manusia terletak pada kemampuannya untuk mengendalikan lidah. Allah memerintahkan kepada kita agar menggunakan lidah untuk berzikir dan menyebut nama-Nya. Orang yang mulia di sisi Allah adalah orang yang bibir dan lidahnya basah dengan menyebut keagungan-Nya.

Di antara kebahagiaan seorang Muslim di akhirat nanti saat nyawa lepas dari dirinya di saat bibir dan lidahnya menyebutkan nama Allah. Bahagialah mereka ketika di akhir hayatnya memperoleh husnul khatimah (akhir yang baik) yang menyebutkan kalimat tauhid laa ilaah illallah (tiada Tuhan melainkan Allah).

Nabi Muhammad memberikan beberapa petunjuk kepada umatnya dalam menjaga lidahnya. Pertama, jauhkanlah diri dari kebiasaan berkata yang tidak memberikan manfaat. "Di antara ciri kebaikan Islam adalah seseorang yang meninggalkan hal-hal tidak berguna." (H.R. Tirmizi dan Ibnu Majah).

Kedua, janganlah berkata secara berlebihan atau melebih-lebihkan fakta yang ada. "Perkataan adalah seperti obat. Jika sedikit akan bermanfaat, namun jika mengonsumsi obat terlampau banyak bisa menjadi racun." (H.R. Hakim). "Berbahagialah orang-orang yang menahan kelebihan lisannya." (H.R. Baihaqi).

Ketiga, janganlah membicarakan kebatilan (keburukan). "Sebesar-besar kesalahan seseorang pada hari kiamat ialah yang paling banyak berbuat dalam kebatilan." (H.R. Thabrani).

Keempat, janganlah berbicara kotor. Umat Islam seharusnya menjauhi perkataan kotor sebab Allah tidak menyukai perkataan kotor atau yang memancing timbulnya perkataan kotor dari orang lain.

Kelima, janganlah berkata atau berjanji palsu. "Ada tiga perkara barang siapa memiliki satu atau semua dalam dirinya, ia adalah seseorang munafik sekalipun ia salat, berpuasa, dan menganggap dirinya seorang Muslim. Yakni, jika berkata berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika mendapatkan amanah berkhianat." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Keenam, jangan menggunjingkan orang lain. "Janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain, apakah kalian mau apabila salah seorang di antaramu suka makan daging saudaranya yang sudah mati. Tentu kalian merasa jijik karenanya." (Q.S. Al Hujurat:12).

Ketujuh, jangan mencela dan melaknat orang lain. "Seorang mukmin bukanlah orang yang mencela, melaknat, berkata bohong, dan berkata keji." (H.R. Tirmizi).

Kedelapan, jangan berkata kasar. "Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentu mereka akan berpaling darimu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonlah ampun bagi mereka, bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian jika kamu telah bulat tekadmu, bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (Q.S. Ali Imran:159).

Kesembilan, jangan mengadu domba untuk mencari keuntungan dari konflik yang terjadi. "Tidak akan masuk surga orang-orang yang mengadu domba." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Kesepuluh, jangan mudah marah dalam menghadapi sesuatu yang dirasakan tidak menyenangkan. "Sesungguhnya seseorang pria datang kepada Rasulullah dan berkata, ’Wahai Rasulullah nasihatilah saya.’ Mendengar itu, Rasulullah bersabda, ’Jangan marah.’ Namun, orang itu tidak puas sehingga bertanya lagi sampai tiga kali dengan pertanyaan yang sama. Rasulullah pun menjawab dengan jawaban sama yakni jangan marah." (H.R. Bukhari dan Abu Hurairah).

Kesebelas, jangan menjawab panggilan orang tua dengan perkataan yang tidak sopan apalagi sampai menyakiti hatinya. "... dan janganlah kamu mengatakan kepada keduanya dengan perkataan ah dan janganlah membentak mereka." (Q.S. Al Isra:28).

Kedua belas, janganlah kamu berbantah-bantahan. "Janganlah kamu berbantah-bantahan dengan saudaramu." (H.R. Tirmizi). Wallahu-a’lam. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar