Kedudukan Salat Dalam Islam

HIKMAH terpenting lainnya dari peristiwa akbar Isra dan Miraj Nabi Muhammad saw. adalah turunnya perintah salat lima waktu. Hal ini yang mungkin sering terabaikan oleh sebagian umat Islam. Peristiwa Isra dan Miraj memanglah satu-satunya. Hanya satu kali terjadi yang dianugerahkan Allah SWT dan dialami satu-satunya hamba Allah, yaitu Muhammad. Jangankan manusia biasa, nabi-nabi sebelum Muhammad tidak ada yang di-isramiraj-kan Allah. Hanya Muhammad.

Atas kuasa Allah Yang Mahaperkasa, Muhammad diisrakan atau diperjalankan dalam satu malam, dari Masjidilharam Mekah ke Masjidil Aqsha Palestina. Kemudian pada malam itu juga, dimirajkan (dinaikkan) ke langit dunia hingga langit ke tujuh, terus dibawa naik lagi ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah Yang Mahaperkasa. Dalil Isra (Q.S. Al-Isra [17]: 1) dan dalil Miraj (Q.S. An-Najm [53]: 13-18).

Tujuannya, untuk memperlihatkan salah satu tanda keagungan Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Allah SWT telah mengizinkan Nabi Muhammad untuk melihat langsung surga dunia, Al-Ma`wa, di mana roh-roh orang beriman dan bertakwa akan ditempatkan setelah wafat. Termasuk turunnya perintah salat lima waktu. Kendati dalil Isra hanya satu ayat dan dalil Miraj enam ayat, tapi setiap Muslim wajib mengetahui dan mengimaninya. Bila tidak mengimaninya, berarti orang itu kafir terhadap ayat-ayat Allah yaitu Alquran. Ini tentu dosa besar.

Rasulullah saw. menerima perintah salat ini langsung dari Allah SWT tanpa perantara Malaikat Jibril. Pada saat beliau menjalani peristiwa Miraj di Sidratul Muntaha, menandakan betapa pentingnya kedudukan salat fardu lima waktu ini di hadapan Allah. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik r.a., "Salat difardhukan kepada Nabi Saw. pada malam Isra lima puluh (kali), kemudian dikurangi sehingga menjadi lima (kali) lalu diserukan, `Ya Muhammad, keputusan ini di sisi-Ku tidak dapat diubah dan bagimu yang lima ini adalah lima puluh (kali pahalanya)`." (H.R. Ahmad, An-Nasa`i dan At-Tirmidzi)

Allah SWT dan Rasul-Nya menempatkan ibadah salat lebih tinggi kedudukannya dibandingkan ibadah-ibadah lainnya. Bukan berarti ibadah-ibadah lainnya ditinggalkan. Salat merupakan tiang agama, tidak akan berdiri Islam kecuali dengan salat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. "Pokok urusan (agama) ini adalah Islam dan tiangnya adalah sala.t" (Al-Mu`jam Al-Kabir, dari Mu`adz ibnu Jabal)

Salat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab oleh Allah SWT di akhirat kelak. Salat juga dijadikan berometer amal-amal yang lain. Peringatan dari Nabi saw.: "Yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salat. Jika salatnya beres, maka bereslah seluruh amalnya dan jika salatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalnya." (Al-Mu`jam Al-Ausath, Mushannaf Abi Syaibah, dari Ibnu Malik)

Salat merupakan benteng terakhir dari agama, kalau salat lenyap, lenyap pula agama Islam seluruhnya. Sebagaimana peringatan keras dari Nabi Muhammad saw. "Sesungguhnya akan terlepas ikatan-ikatan Islam satu demi satu. Setiap kali satu ikatan lepas, manusia akan tergantung pada ikatan yang berikutnya. Ikatan yang paling awal terlepas adalah hukum yang terakhir adalah salat." (Shahih Ibnu Hibban, dari Abu Umamah)

Dan apabila diamalkan berdasar ketentuannya, salat merupakan ibadah yang berfungsi mencegah perbuatan keji dan mungkar. Firman Allah SWT, "Sesungguhnya salat mencegah perbuatan keji dan mungkar dan sungguh (salat) mengingat Allah (zikir) yang paling utama." (Q.S. Al-Ankabut [29]: 45)

Berdasarkan keterangan dan dalil-dalil di atas, jelaslah salat merupakan titik sentral ibadah yang wajib diamalkan oleh setiap Muslim tanpa kecuali, tanpa membedakan status laki-laki atau perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin, pejabat atau rakyat, mulai dari usia tujuh tahun, tepatnya di usia balig hingga akhir hayat. Salat wajib yang lima waktu, jangan sekali-kali ditinggalkan. Di akhirat kelak, Allah SWT menyediakan tempat di neraka Saqar bagi yang meninggalkan salat. Allah SWT berfirman tentang keadaan orang-orang yang berdosa, "Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam Neraka Saqar?" Mereka menjawab, "Kami dahulu termasuk orang-orang yang meninggalkan salat." (Q.S. Al-Mudatstsir [74]: 41-43)

Kendati demikian, sangatlah ironis antara salat sebagai kewajiban pertama dan utama dengan umat Islam yang berkewajiban mengamalkannya. Fakta menunjukkan, betapa masih banyak kaum Muslimin yang masih belum melaksanakan salat, baik karena alasan malas, kesibukan rutin yang menyita waktu, terlalu senang bermain-main, sangat mencintai kehidupan dunia, maupun dengan dalih lainnya. Di sisi lain, sudah banyak pula kaum Muslimin yang telah melaksanakan ibadah salat ini, hanya saja jauh dari khusyuk apalagi salat tersebut dapat merefleksikan sikap hidup ideal seorang Muslim. Salat yang baik dan benar harus mengikuti contoh yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw., sebagaimana yang telah diinstruksikan beliau. "Salatlah kamu seperti kalian melihat (mendapatkan) aku salat (H.R. Bukhori), mulai dari tata cara wudu hingga tata cara mendirikan salat dan mengaplikasikan rohnya salat dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.

Betapa tingginya kedudukan dan peranan salat bagi setiap Muslim, maka perlu dikaji secara serius, khusus, dan komprehensif. Oleh karena itu, dibutuhkan dakwah yang kontinu dan simultan dari para dai, mubalig, ustaz, untuk membimbing umat. Juga tidak kalah pentingnya, peranan para orang tua membimbing putra putrinya mendirikan salat, sehingga umat serta putra-putri kita "naik kelasnya". Dari yang enggan dan tidak melaksanakan salat, menjadi sadar akan kewajibannya dan segera menunaikannya.

Pada tingkatan berikutnya, dari sekadar menunaikan kewajibannya, menjadi orang-orang yang khusyuk salatnya dan menjadikannya sebagai bagian dari kebutuhan dan kenikmatan hidupnya. Lalu menuju pada tingkat yang tertinggi, ibadah salatnya dapat menjadikannya sebagai seorang Muslim yang mampu merefleksikan nilai yang terkandung dalam salat, berwujud dalam perilaku kehidupan nyata sehari-harinya. Mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar, serta senantiasa ber-amar ma`ruf nahyi mungkar, mengajak kepada kebijakan dan mencegah segala kemungkaran. Wallahu a`lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar