Presiden Merakyat
Ketika tiga pasangan calon presiden mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), saya ingat Presiden Iran Ahmadinejad. Bukan kagum terhadap keteguhannya dalam mengembangkan teknologi nuklir, tetapi sikap keseharian dan kesederhanaan yang luar biasa. Ahmadinejad memosisikan diri tidak lebih dari seorang pelayan kecil.
Kesederhanaan Ahmadinejad dapat dilukiskan, ia telah memberikan karpet mewah yang ada di istana ke sebuah masjid yang ada di ibu kota Iran. Sementara itu, karpet yang digunakan di istana hanyalah karpet biasa. Masih di lingkungan istana, dia menyuruh pegawai sekretariat untuk merombaknya. Ruangan tamu dibuat lebih sederhana, begitu juga dengan meja dan kursi. Dalam beberapa kesempatan, sang presiden juga bergabung dengan petugas kebersihan kota untuk membersihkan jalan di sekitar rumah dan istana.
Harta yang dimiliki Ahmadinejad adalah mobil Peugeot 504 buatan tahun 1977 dan satu rumah kecil warisan ayahnya empat puluh tahun lalu. Rekening tabungannya nol dan penghasilan yang diterima hanyalah gaji sebagai dosen sebesar kurang dari Rp 2.500.000,00 (250 dolar AS). Selama menjadi presiden, ia tidak pernah mengambil gajinya sebagai presiden, tetapi uang itu dikembalikan ke negara.
Jangan berharap para menteri Iran hidup mewah dengan menghiasi setiap akhir pekan bermain golf. Presiden Iran juga meminta menterinya hidup sederhana. Mereka diminta membuat kontrak politik yang benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat. Ahmadinejad juga mengalihkan pesawat kepresidenan menjadi pesawat angkutan barang (cargo) dengan alasan untuk menghemat pengeluaran negara. Presiden memilih terbang dengan pesawat biasa di kelas ekonomi.
Kalau harus tidur di hotel, sang presiden tidak tidur dengan ruangan dan tempat tidur mewah. Alasannya, ia tidak tidur di tempat tidur, tetapi tidur di lantai beralaskan matras sederhana atau karpet, dan sepotong selimut. Selama ini, dia memilih tidur di rumahnya yang sederhana.
Banyak cerita lainnya, soal keseharian orang nomor satu di pemerintahan Iran. Saat ekonomi Iran memang kurang baik karena embargo dari negara Barat, Ahmadinejad benar-benar berusaha menyatu kehidupannya dengan rakyat. Dia merasakan bagaimana kesedihan dan penderitaan rakyat, bukan dalam sekadar slogan.
Sekalipun istana dan kendaraan digunakan presiden bukan mobil mewah, tidak berarti kewibawaannya di mata rakyat hilang. Rakyat masih tetap menaruh hormat dan peluang untuk kembali menang dalam pemilihan presiden kedua sekarang, cukup besar.
Teman saya mengirim e-mail tentang Presiden Iran bersamaan dengan pendaftaran tiga pasangan presiden ke KPU. Tentu ada pesan lain yang ingin dia sampaikan. Pesan yang ditangkap, apakah tiga pasangan presiden yang mendaftar ke KPU mampu sederhana? Apakah mereka dapat memahami serta menyatukan jiwanya dengan keadaan rakyat?
Sulit menjawab pertanyaan ini. Karena, semua itu dikembalikan kepada komitmen calon presiden kita. Akan tetapi, bangsa ini berharap komitmen presiden terpilih benar-benar untuk mengutamakan kepentingan rakyat, bukan sebatas slogan saat kampanye.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar