Belajarlah pada Rayap!
"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap tanah yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan." (QS Sabaa:14)
AYAT ini mengungkapkan bahwa rayaplah yang secara tidak langsung memberi tahu manusia bahwa pada saat meninggal dunia, tubuh Nabi Sulaiman a.s. berada dalam posisi berdiri dengan ditopang oleh tongkatnya yang terbuat dari kayu. Saat itu, orang-orang di sekitar Nabi Sulaiman a.s. tidak mengetahui kematian beliau, sampai kemudian tubuhnya tersungkur karena tongkat penyangganya digerogoti rayap. Memang, rayap adalah serangga pemakan selulosa, zat pembentuk kayu.
Rayap merupakan serangga primitif pemakan selulosa yang telah hadir di muka bumi sekitar 250 juta tahun yang lalu, jauh lebih awal daripada kehadiran manusia di muka bumi yang diperkirakan baru satu juta tahun yang lalu. Jadi, wajarlah dalam masa hidup Nabi Sulaiman a.s., rayap telah berkiprah. Mengonsumsi berbagai bahan berselulosa termasuk tongkat kayu Nabi Sulaiman a.s.
Ayat tersebut di atas juga mengajari manusia bahwa rayap memiliki fitrah untuk mendegradasi bahan-bahan organik, termasuk kayu. Rayap, menurut pemahaman saya, diberikan oleh yang Mahakuasa suatu misi untuk mendaur ulang bahan organik menjadi mineral kembali. Dengan pemahaman seperti itu, sesungguhnya rayap tidak boleh dipandang semata-mata sebagai musuh. Pada dasarnya rayap seharusnya dipandang sebagai pengurai (decomposer) yang berperan penting dalam mengendalikan kesuburan tanah dan menghancurkan sampah di muka bumi.
Bayangkan, jika di dunia tidak ada rayap, sampah, cabang, ranting, dan tunggak-tunggak pohon, berpuluh-puluh tahun mungkin akan bertumpuk mengganggu ekosistem. Akan tetapi, alhamdulillah, dengan keberadaan rayap tersebut, tunggak-tunggak, ranting, batang, dan daun-daun yang jatuh di lantai hutan, serta sampah yang berhamparan di permukaan tanah, dirombak menjadi mineral kembali. Subhanallah, rayap pun ternyata bisa menjadi rahmat bagi alam. Oleh karena itu, manusia yang memang "diciptakan sebagai sebaik-baiknya makhluk" (QS 95:4), selayaknya juga menjadi rahmat bagi semesta alam.
Di pihak lain, harus diakui bahwa sebagian kecil rayap berperan sebagai perusak bangunan dan rumah, terutama yang dibuat dari kayu. Akan tetapi, dari 2.500 spesies rayap di dunia, hanya sedikit (sekitar sepuluh spesies) yang menjadi hama atau pengganggu. Sebagian besar spesies rayap justru berperan sebagai rahmat bagi alam.
Perlu dicatat bahwa rayap adalah serangga "sosial" yang memiliki beberapa sifat yang patut kita teladani. Pertama, mereka memegang teguh nilai-nilai (values) dalam "masyarakat"-nya, termasuk kegandrungan bekerja sama, saling mengingatkan secara kimiawi (melalui kerja pheromone), dan senantiasa saling membantu, bahu-membahu dalam memelihara kelangsungan hidup koloninya. Dalam masyarakat atau koloninya terdapat pembagian tugas yang jelas. Kasta pekerja bertugas mencari makanan, membersihkan sarang. Sementara kasta prajurit bertugas menjaga keamanan sarang dan penghuninya. Di pihak lain, yang memproduksi telur ya ratunya. Pembagian tugas ini dilaksanakan secara konsisten dari generasi ke generasi.
Kedua, setiap individu rayap, khususnya kasta prajurit, siap mati "membela negara". Sering ketika sarangnya diserang oleh pemangsa termasuk semut, demi penyelamatan bangsa dan "kerajaan"-nya, beberapa prajurit rayap menutup liang sarang dengan kepala mereka, walaupun berisiko mereka mati dimangsa musuh alaminya.
Ketiga, rayap adalah makhluk yang sangat gandrung kerja keras, tidak pernah lalai bekerja, dan selalu aktif. Dalam 24 jam sehari semalam, mereka bergantian bertugas.
Keempat, rayap adalah makhluk yang selektif dalam memilih makanan dan menjaga kebersihan lingkungan. Bahkan, kotoran dan bangkai sesamanya ditimbun oleh mereka di suatu pojok tertentu agar tidak mencemari lingkungan atau menjadi sumber penyakit. Perilaku ini sangat penting dalam memelihara sanitasi lingkungan dan keberlangsungan hidup koloni.
Kelima, rayap adalah makhluk yang hidup sangat efisien. Rasio antara jumlah kasta prajurit dan kasta pekerja dikendalikan dengan baik agar tidak terlalu membebani koloni. Persentase jumlah prajurit pada umumnya dipertahankan di bawah tiga persen dari total anggota koloni, kecuali jika koloni sedang mengalami "gangguan". Mereka juga hampir-hampir tidak pernah membiarkan ada sumber daya tersisa, termasuk makanan yang disia-siakan.
Jelasnya, spirit yang terkandung dalam koloni rayap adalah kerja sama, siap membela negara, gandrung kerja keras, hidup efisien, dan berbudaya bersih. Mereka juga seolah-olah punya moto "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Dapatkah kita memetik pelajaran dari kehidupan mereka? ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar